Saturday, 14 November 2015

Ayah.

Aku melihatnya ya wajahnya yang lesu dan lelah setelah seharian mengadu nasib demi diriku,
Aku dekap dirinya, ku usap wajahnya yang sungguh tulus untuk membuat ku menjadi sosok yang ia ingini.
Aku melihat senyumannya yang begitu ikhlas disela tidurnya
Aku melihat sebuah tanggung jawab besar didalam dirinya
Dia yang selalu mengajarkan ku hidup
Dia yang selalu membanggakan ku
Dia yang selalu membuat ku tersenyum
Dia yang selalu membuat ku belajar bagaimana arti bersyukur dengan hidup yang ku miliki
Dan dia yang selalu membuat ku jatuh cinta seakan tiada pria lain yang terbaik didalam dunia ini.
Aku selalu membuatnya merasa kecewa dengan segala perbuatan yang ku lakukan
Dulu aku menjadi putri kecilnya, yang kemana-mana selalu menggenggam erat tangannya. Namun saat ini ada pria lain yang ku genggam erat selain dirinya
Dulu ia yang selalu mengerti tentang emosi ku, ya emosi seorang gadis kecil, dia yang selalu bersabar menghadapi ku. Namun saat ini aku dituntuk untuk bersabar untuk menghadapi prilaku seseorang.
Dulu dirinya yang mengajari ku bagaimana hidup bersyukur namun aku terlalu egois untuk meminta ini itu dan menuntut permintaan itu menjadi kenyataan. Namun kini aku mengerti bagaimana sulit mendapatkan apa yang kau inginkan dengan jerih payah mu.
Ayah selalu mengabulkan apa yang ku minta, tapi aku belum mampu mengabulkan apa yang ia minta dari ku. Setelah aku bertanya apa yang ia inginkan dari ku hanya sebuah kalimat yang mampu membuatku meneteskan airmata ini.

sungguh aku tidak mengharapkan apa-apa dari mu putri ku. Aku hanya minta untuk tetap kau bersyukur dengan segala hal yang kamu miliki saat ini. Aku tidak menuntut harta dari mu dari semua jerih payah yang telah kau dapatkan kelak. Aku hanya ingin waktu mu, waktu yang mungkin membuat mu melupakan aku kelak. Dulu kamu yang sering ingin ditemani, dulu kamu yang selalu ingin bermain bersama , dulu kamu yang selalu ingin aku berada disisi mu dan dulu kamu yang senantiasa membutuhkan aku. Putri ku, aku ingin ditemani , aku ingin kamu memiliki waktu untuk ku, waktu untuk sekedar kita berdua bercanda dan bertukar fikiran, Putri ku aku bukanlah sosok yang muda lagi cepat atau lambat aku akan melihat mu menjadi seorang wanita dewasa yang akan di pinang oleh seorang pria, dulu kamu mengatakan jika ingin mendapatkan yang seperti ku , Putri ku kamu pantas mendapatkan pria yang kelak lebih dari ku , pria yang pasti menjaga mu, pria yang selalu mengerti dirimu, pria yang sudah pasti mencintai mu dan pria yang akan membuat mu bahagia. Putri ku,carilah pria yang akan memeluk segala kekurangan mu bukan pria yang memuji mu dengan ribuan pujian akan kelebihan mu. Pria yang mampu menuntun mu kedalam surga dan menjadi imam penuntun mu.”

Ayah kau tahu, harapan besar ku mendapatkan pria yang seperti mu, namun sebuah kata itu yang kau dapatkan.
Pernah sesekali aku putri kecil mu ini melihat sebuah gambar kecil ku bersama dengan mu, ya gambar sebelum aku menjadi sangat menjengkelkan, sebelum aku menjadi sangat egois yang hanya mementingkan diriku sendiri tanpa memikirkan apa mau mu.
Ayah aku sungguh berbangga hati memiliki seorang raja seperti mu,
Ayah aku sungguh bahagia memiliki seorang pahlawan yang bahkan rela dirinya tersakiti demi seorang putri kecil yang sangat kau jaga.
Ayah terimakasih untuk cinta yang besar untuk ku
Ayah terimakasih untuk segala waktu yang kau berikan untuk ku.
Ayah maaf aku yang hanya mampu membuat mu bersedih
Ayah maaf aku belum mampu membuat apa yang kau impikan menjadi nyata
Ayah janji ku untuk mu akan selalu ku ingat,
Ayah akan ku luangkan waktu bersama mu kelak
Ayah terimakasih telah membuat ku menjadi seorang yang berguna saat ini
Ayah terimakasih untuk segala perjuangan mu
Aku tahu betapa lelahnya dirimu
Aku tahu betapa beban yang kau miliki
Aku tahu hanya keberhasilan ku yang mampu membuat mu tersenyum bangga
Jika suatu hari kelak aku menjadi seorang gadis yang akan di pinang oleh pria pilihan ku,
aku akan tetap mencintai mu
aku akan tetap menjadikan mu seorang raja didalam hatiku
no matter what , you still my be number one hero for me.


your little princess. 

Saturday, 24 October 2015

Second past regret

                “ Dit, kamu inget kan ditempat ini kita jadian? Sekarang ditempat ini juga aku minta putus dari kamu Dit, Dit aku cewek biasa aku punya perasaan sekuatnya seorang perempuan dia punya titik dimana dia sudah harus melepaskan apa yang ternyata semakin membuatnya sakit. Dit aku udah coba untuk mempertahankan semua tapi semua percuma kalau aku hanya berjuang sendirian. Berjuang sendirian itu sakit Dit, sangat teramat sakit.”
Tiba-tiba teringat kalimat itu, ya kalimat dimana seseorang wanita yang dulu mengisi hati gua dan mewarnai hari-hari gua terpaksa harus pergi karena semua ulah dan sikap gua kepada dia. Kebodohan itu gua lakuin pada seorang cewek yang nyatanya sangat mencintai gua , sangat mengerti gua dan sangat membanggakan gua, tapi apa daya gua yang brengsek ini malah menyakiti dan menyia-nyiakan dia.
            Jagalah wanita mu sebelum pria lain menjaganya. Jangan membuatnya dia menangis karena mu karena diluar sana ada ribuan pria yang bisa saja menghapuskan airmata yang ia jatuhkan karena mu.
Benar saja saat ini gua dapati sebuah penyesalan yang mendalam karena kebodohan gua dimasalalu. Devina sudah menemani gua selama 5tahun, dia wanita terkuat yang pernah gua kenal, wanita yang selalu mensupport gua dalam keadaan apapun dan wanita yang setia menemani gua. Devina selalu berkata jujur dan tidak pernah melakukan hal yang aneh seperti meladeni cowok-cowok yang seakan tebar pesona untuk menggodanya. Dia pun selalu membanggakan gua dihadapan keluarga dan temannya. Tapi tidak begitu dengan gua yang sangat acuh kepadanya.
            “ Dit, aku mau tanya ke kamu.”
            “ Apa? “
            “ Kalau cowok kaya gini gimana? “ Sambil menunjukan foto salah satu teman laki-lakinya di bbm yang memasang display picture bersama dengan kekasih wanitanya.
            “ Lebay banget.”
            “ Kok lebay sih? Tau gak kalau cowok kaya gini tuh malah dia menunjukan kalau dia itu punya orang lain dan dia bangga sama ceweknya “
            “ Kamu nyindir aku? Karena aku gapernah pasang Display Picture sama kamu? Jadi kamu anggap aku gak akuin kamu? Lo berlebihan tau gak sih! “
            “ Bu…kaaaan itu maksud aku Dit, maaf ya aku engga bermaksud “
Terkesan sangat amat kasar kata-kata gua kepada Devina saat itu, gua tau dihatinya pasti menangis meski ia terlihat biasa saja dan malah meminta maaf pada gua yang sudah menuduhnya. Dulu Devina selalu check in path dimana kita berada bersama dan membuat caption yang seeakan ia bahagia bisa menghabiskan waktu dengan gua, atau sekedar memberikan ucapan Anniversary di beberapa social media yang ia miliki dengan caption yang baru gua sadari saat ini mengandung banyak harapan dari dirinya untuk hubungan kami dulu.
Pernah beberapa kali kami memiliki masalah karena masalalu Devina, mantan kekasihnya mencoba untuk menghubungi dia kembali dan lagi-lagi gua bersikap ke kanak-kanakan.
            “ Jadi lo deket sama mantan lo lagi? Hebat yah hebat mana omongan lo gak akan selingkuh bulshit!”
            “ Dengerin dulu penjelasan aku Dit, aku sama sekali gak ngegubris dia Dit. Aku berani sumpah!
            “ Makan semua sumpah lo!”
Itu merupakan awal dimana gua mulai jenuh tanpa alasan kepada Devina, gua pun sama sekali tidak mendengarkan semua penjelasan gua bagi gua itu hanya sebuah pembelaannya semata untuk menutupi semua kesalahannya.
Beberapa bulan berjalan, hubungan gua dan Devina makin merenggang, sampai akhirnya gua dikenalin sama cewek bernama Aurel ya anak satu fakultas yang sama dengan gua tapi kita beda kelas, karena gua memiliki sahabat dikelasnya maka sahabat gua mencoba untuk mengenalkan gua dengan Aurel. Kehadiran Aurel memang benar-benar membuat hari-hari gua jadi semangat lagi setelah kejenuhan gua rasakan pada hubungan gua dengan Devina.
            “ Dit, kamu kan masih pacaran sama Devina. Jadi kapan kamu mau putusin dia? “
Aurel terus menerus menanyakan hal itu karena hubungan kami yang sudah terlampau jauh dibelakang Devina. Namun gua belum bisa memutuskan bersama Aurel dan pergi meninggalkan Devina saat itu.
Devina yang terus menerus meminta waktu untuk bertemu gua dan menjelaskan semua hal serta menanyakan bagaimana kelanjutan hubungan kita akhirnya gua iyakan. Pada hari itu gua bertemu dengan Devina disalah satu café favorite kami dulu.
            “ sudah lama banget ya Dit kita gak kesini “
            “ Hmmm “
            “ Kamu bete yah? Maaf yah Dit,”
            “ Bete apaan si, gak jelas tau gak si “
            “ Dit, maaf soal….”
            “ Lo maaf mulu dikit-dikit maaf.” Sebelum Devina melanjutkan perkataannya gua dengan seenaknya memotong ucapan dia dengan kalimat ketus
            “ Dev. Gua mau kita….”
            “ Kamu mau kita putus? “
            “ Iya Dev, aku fikir kita udah enggak ada kecocokan lagi. Apalagi saat denger kamu deket sama mantan kamu aku udah jenuh dan rasa sayang aku ke kamu udah ilang.”
            “ Aku gamau kita putus Dit, aku mau kita tetep jalan Dit, aku akan menggembalikan semua kayak dulu Dit. Aku enggak mau kita pisah sampai disini.”
            “ Kita break ya biar kita bisa punya waktu untuk saling mikir. Jangan saling menghubuungi lagi kita pakai waktu kita untuk sama-sama mikir “
Hari itu dimana hari gua berani untuk meminta break sebagai alasan agar Devina gak ganggu-ganggu gua lagi, rasanya memang risih dengan adanya dia dihari-hari gua saat itu. Gua selalu mengutamakan Aurel saat itu, seperti menjemput nya , pergi menemaninya dan beberapa hal yang disukai Aurel pun selalu gua wujudkan sampai pada suatu hari gua berani memposting gambar bersama dengan dia dengan caption “ Damn I love her.” Hal itu membuat para teman-teman gua berfikir jika hubungan gua dan Devina telah berakhir dan kini gua menjalin hubungan dengan Aurel.
            “ Banci lo!”
Nawa sahabat yang mengenalkan gua dan Devina menarik gua ke toilet kampus yang berada jauh dari keramaian. Nawa bersikap kasar saat menghantam gua dengan kepalan tangannya.
            “ Maksud lo apaan? Main hajar kayak gini! “
            “ Masih nanya apaan? Gua kasih Devina ke elo buat lo jaga bukan buat lo mainin dan lo sakitin. Gua mati-matian bikin dia senyum seenaknya lo buat dia nangis! Bajingan kayak lo gak pantes buat nyakitin cewek sebaik dia!”
            “ Lo tanya sama itu cewek kalo dia gak mulai selingkuh gak akan gua berlaku kayak gini! “
            “ Haha lucu lo! Dia selingkuh! Denger gua dia malah menghindari mantannya dan dia melindungi lo karena dia khawatir mantannya berbuat nekat ke elo! Sebegitu baik sahabat gua rela lo bikin sakit? Bajingan emang lo! Mati-matian Devina pertahanin semua sama lo sampe dia sakit mikirin lo dan puncaknya dia liat lo sama cewek lain? Otak lo dimana kalo lo cowok engga mungkin lo tega sakitin cewek sebaik dia yang rela tahan sakit , yang ngertiin lo disaat lo ngehabisin waktu dan lo asik sendiri sama dunia lo , yang seakan lo gak anggep dia sebagai pacarnya. Yang perlu lo ketahuin saat tahu lo selingkuh yang Devina katakan Cuma lo pasti lagi jenuh sampai kayak gitu, lebih baik gua gak pernah kenalin sahabat gua ke elo. Kalau gua harus liat dia malah merasa sakit kayak sekarang! “
Tamparan hebat gua dapat , bukan hanya terasa diwajah gua namun dihati gua. Setelah tau itu semua rasanya gua mau temuin Devina dan meminta maaf atas semua kesalahan gua. Namun semua terlambat Aurel sudah menuntut gua untuk menjadi kekasihnya walau belum ada kalimat putus antara gua dan Devina namun sudah 4bulan gua berjalan dengan Aurel. Gua fikir Aurel lebih mengerti gua dibanding Devina tapi gua salah, Devina memang yang terbaik dalam hal mengerti diri gua saat ini.
Sampai akhirnya gua bertemu dengan Devina di café kita pertama jadian……….Devina telihat sangat cantik saat ini….
            “Dev, ada yang mau aku omongin “
            “ Aku juga, oh iya gimana sama pacar kamu yang baru ? “
            “ Dev, aku minta maaf sebelumnya…”
            “ Kamu enggak usah minta maaf gitu Dit, aku sudah maafin semua kesalahan kamu kok “ Devina masih saja bisa tersenyum saat gua tahu betapa gua menggores luka dihatinya
            “ Aku sayang sama kamu Dev.”
            “ Dit, kamu inget gak ini tempat pertama kita jadian? “
            “ Iya aku inget Dev.”
            “Sekarang ditempat ini juga aku minta putus dari kamu Dit, Dit aku cewek biasa aku punya perasaan sekuatnya seorang perempuan dia punya titik dimana dia sudah harus melepaskan apa yang ternyata semakin membuatnya sakit. Dit aku udah coba untuk mempertahankan semua tapi semua percuma kalau aku hanya berjuang sendirian. Berjuang sendirian itu sakit Dit, sangat teramat sakit.”
            “ Kasih aku kesempatan sekali lagi Dev aku Janji.”
            “ Maaf Dit, aku gak bisa. Karena semakin aku sama kamu semakin aku merasa sakit. Kayak memeluk duri, semakin aku mendekapnya semakin perih aku rasa. Itu yang aku rasain kalau aku pertahanin sama kamu. Dit, kita punya hidup masing-masing kok. Dit, jangan pernah kayak gini lagi ya nanti ke seseorang yang nantinya bersama dengan kamu. Jangan pernah sia-siakan seseorang yang sangat tulus sama kamu lagi ya.”
Itu kalimat terakhir yang masih saja gua ingat saat Devina meminta get off dan mengakhiri semuanyai. Menyesal memang tapi gua belajar banyak dari segala penyesalan yang gua lakuin dimasalalu dulu. Sudah hamper 2tahun setelah perpisahan kami gua masih merasa sendiri dan tidak dapat membuka hati untuk seseorang lagi. Sampai gua ketahui jika Devina sudah memiliki kekasih lain saat ini, kekasih yang sangat membanggakannya dan kekasih yang sangat mengakui dan terlihat sangat mencintainya. Sakit memang dulu gua yang berada diposisi itu sebagai lelakinya namun ada perasaan senang juga dapat melihat senyumnya kembali walau hanya melihat di beberapa gambar yang ia unggah di Instagram miliknya
            “ Adit? Sendirian aja? “
Jantung gua berhenti berdetak ketika melihat sosok wanita cantik dihadapan gua, itu Devina sudah lama perpisahan kita dan hari ini kami dipertemukan di tempat dimana menjadi saksi hubungan kami dulu.
            “ Abis ketemu klien Dev tapi sekarang sudah selesai. Loh kamu sendirian aja? “
            “ Iya Dit, nunggu Tunangan aku kantornya disebrang dia janji nemuin aku selepas meeting karena kami mau meet up sama WO “
            “ Kamu mau Nikah? Secepat itukah setelah berakhirnya hubungan kita Dev? “
            “ Adit, aku emang dulu engga bisa move on. Tapi aku harus move on, kalau ada seseorang yang menghargai kamu dan seseorang yang menerima kamu dengan semua kekurangan kamu haruskah kamu melewatkannya? Kalau aku masih berada didalam lingkaran masalalu, aku akan kehilangan masadepan ku Dit.”
Memang apa yang dikatakan oleh Devina benar adanya.
            Hargai seseorang yang memang menghargai keberadaan mu serta seseorang yang menerima kamu dengan semua kekurangan kamu tanpa membandingkan mu dengan sosok lain yang lebih indah. Karena baginya kamu lah intan yang bersinar terang diantara beberapa berlian yang ada.
Gua belajar darimasalalu, Hari ini adalah hari pernikahan Devina dan Kekasihnya, setelah pertemuan tidak terduga kami di café beberapa bulan lalu akhirnya gua dan Devina memutuskan untuk berteman kembali. Bahkan Devina mengundang gua untuk menghadiri pernikahannya dengan Denis yang ternyata seorang teman SMA kami dulu, jodoh itu terasa sangat unik memang. Tiba-tiba teringat saat adegan film yang pernah gua tonton didalamnya ada kata-kata

            Ternyata benar, jika kamu mencintai seseorang kamu harus benar-benar melepaskannya bersama orang lain. Dan mengikhlaskan dia bahagia bersama orang lain, biarkan dia tersenyum walau senyuman itu bukan berasal dari hal yang kamu berikan untuknya.

Wednesday, 21 October 2015

One regret past.

Pernah mendengar sebuah kalimat………..
“ apa yang ditakdirkan menjadi milik mu entah ia akan pergi saat ini namun disuatu hari nanti ia akan kembali kepadamu.
            Dulu gue sempat berfikir jika kalimat ini merupakan kalimat yang akan menyihir seseorang yang telah pergi dari hidup kita tapi jika ia ditakdirkan untuk kita maka ia akan kembali lagi. Penyesalan terbesar datang karena gue terlalu mendambakan kalimat itu, bukannya mau menyalahkan tuhan atau sebuah agama mayoritas  yang mempercayai akan kalimat ini, namun karena diri gue yang memang terlalu menyepelekan tentang hidup. Gue tahu jika penyesalan datang dibelakang, jika penyesalan ada didepan tidak akan pernah mungkin ada manusia yang akan belajar tentang kesalahan yang telah diperbuat.
            Nama gue Anne seorang Mahasiswi Strata 2 di sebuah Universitas Negeri di Kota Kembang Bandung, gue berdomisili di Jakarta namun karena kesempatan yang berlian ini datang maka gue memutuskan untuk mengejar apa yang gue impikan sejak dulu. Kecintaan gue terhadap sebuah sastra membuat gue menjadi seorang sastrawati yang mendapat beasiswa berada di Universitas ini.
            Sudah hampir 2tahun gue menyelesaikan kuliah gue dan ini merupakan tahun terakhir gue sebagai seorang mahasiswi. Izinkan gue berbagi cerita untuk kehidupan yang gue miliki dulu, ya dulu saat-saat ke egoisan menang diri gue dan meninggalkan bekas sebuah penyesalan yang hingga saat ini masih sangat gue rasakan.
            Dulu gue sempat menjalin hubungan dengan seorang pria yang sangat teramat memiliki hati seperti seorang malaikat, dia seorang pria yang sangat mengerti wanitanya, seorang pria yang sangat sabar dalam menghadapi wanitnya dan seorang pria yang berhati besar rela jika wanitanya bermain dibelakangnya dengan pria lain.
            Junot , ya masih teringat jelas tentang seseorang yang pernah mengisi hari-hari gue penuh dengan warna. Tiba-tiba teringat betapa bodohnya gue menyia-nyiakan pria yang nyatanya memang sangat mengerti tentang gue.
Disuatu hari…..
            “ Kamu tahu enggak sih berapa lama aku nunggu kamu? Kamu enggak paham aku takut kalo nanti digangguin anak-anak punk yang ada dilampu merah sana.”
            “ Ann, maaf banget tadi aku bener-bener sibuk dan ada beberapa urusan yang harus aku selesain makannya aku baru bisa jemput kamu Ann….”
            “ Alasan klasik banget sih! Yaudah biarin aku naik taxi sendiri! Kamu pulang deh sana jangan harap bisa hubungin aku lagi! “
            Terdengar sangat childish bukan? Itulah sifat yang ada didalam diri gue dulu, saat itu memang Junot sangat sulit menerima panggilan maupun pesan dari ku bahkan aku mencoba beberapa kali menghubungi teman satu kampusnya dulu namun beberapa sahabat dekatnya memberitahukan ku jika Junot tidak masuk kelas hari itu. Memuncak semua emosi yang gue rasakan saat itu, Junot berbohong jika ia memiliki beberapa kesibukan dan urusan hingga ia menggabaikan panggilan serta telfon ku.
            “ tadi Junot titip ini, setelah kamu pergi ke kampus. Dan ada sesuatu yang Junot berikan untuk kamu dikamar”
Mamah memberikan sebuah kaset cd yang Junot titipkan melalui mamah dan mamah memberitahu jika ada sesuatu yang Junot berikan dan ada dikamar gue saat itu.
            “ Ann, happy anniversary untuk kesekian kalinya, maaf juga telah membuat kamu menjadi sedikit moodyan karena ulah ku yang sangat tidak memperdulikan mu beberapa minggu ini, ada maksud lain yang tidak dapat aku jelaskan. Ann maaf jika hanya ini yang bisa aku berikan untuk kamu. Tapi semua ini tidak aku dapatkan dari uang orang tua ku, sungguh aku bersusah payah mencari uang untuk semua itu. Sekali lagi aku minta maaf bukannya aku mau mengabaikan kamu tapi untuk inilah aku bersikap seperti itu. I love you for athousand more Ann.”
            Ketika teringat tentang itu rasanya gue ingin menangis dan menyalahkan diri gue sepenuhnya, terlebih saat gue mencari tahu apa yang sebenarnya dikerjakan Junot untuk mendapatkan semua ini. Dulu saat kami makan disalah satu Mall di Jakarta aku sempat melihat sebuah took tas dan jam yang memang sangat mencuri perhatian ku, namun apadaya aku masih menyandang status seorang mahasiswi yang harus sangat mengirit pengeluaran ku. Entah darimana Junot tahu jika aku sangat menginginkan barang itu. Saat anniversary kamo yang ke 7tahun Junot mengadiahkan itu untuk ku, terkejut memang , dan merasa sangat bersalah jika baru saja aku memaki dirinya dan memutuskan kembali kerumah sendiri setelah ia mencoba meluangkan waktunya untuk menjemput ku.
            “ Ann, kamu masih marah? Ann maaf.,… bukan itu maksud aku.”
            “ Kamu ngapain sih beliin barang-barang itu? Aku tahu itu mahal! Dan aku tahu kamu gak pakai uang orang tua kamu! Terus darimana kamu dapat barang itu? “
            “ Aku kerja Ann, sepulang kuliah aku mengajar beberapa orang untuk kursus Bahasa inggris dan mengajar matematika untuk siswa SD. Semua ku lakukan untuk membuat kamu senang Ann, aku tahu sewaktu di Mall kamu memperhatikan barang itu makannya aku coba untuk mengumpulkan uang demi kamu. Belum lagi aku mejadi seorang supir dikampus untuk teman ku dan hasilnya rumayan aku bisa membelikan itu dengan jerih payahku sendiri Ann, karena aku tahu kamu mungkin tidak suka jika aku menghabiskan uang orang tua ku untuk membelikan kamu sesuatu hadiah”
            Tuhan mengapa aku sangat bodoh? Sekali lagi aku teringat tentang itu. Dan semakin diriku merasakan kebodohan yang telah aku dapati kepahitannya saat ini
            Setelah beberapa tahun kami berjalan mengarungi hubungan kami, aku memang sempat mengenal seorang laki-laki yang berada disatu fakultas dengan ku, ia tahu jika aku memiliki seorang kekasih dan ia pun tahu siapa pacarku. Namun hubungan kami menjadi sangat akrab bahkan sangat mesra, aku beberapa kali berbohong kepada Junot saat akan pergi bersama dengan Rafael, Junot memang tidak pernah mengekang ku dan tidak bersikap over protect terhadap diriku, maka dari itu aku bebas dan aku tidak perlu merasa takut jika Junot mencurigai apa yang sebenarnya aku lakukan dibelakangnya.
            Tapi sebuah pepatah mengatakan. Sepintar-pintarnya menyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga

Hari itu…….
            Gue berniat untuk pergi ke bioskop bersama dengan Rafael , tanpa sepengetahuan Junot. Namun ada sebuah perasaan yang sangat mengganggu hati gue, entah apa itu tapi gue tidak terlalu memikirkan semua yang gue rasakan. Rafael memang terlihat memperhatikan gue dan sangat menunjukan jika ia menyukai gue. Rasa jenuh memang ada saat itu, rasa jenuh dihati gue dengan hubungan yang terjalin lama bersama Junot. Sampai akhirnya gue memutuskan untuk menjalin kasih dengan Rafael. Namun tiba-tiba ada satu pesan yang gue terima dan membuat jantung gue terasa terhenti saat itu juga
Junot:
            Ann, kamu dimana? Kok aku kayak lihat kamu, coba deh kamu tengok ke belakang. Aku ada dibelakang cowok yang pakai kemeja hitam samping kamu.
            Itu kali pertama gue ketahuan sama Junot kalau gue jalan dengan laki-laki lain tanpa sepengetahuan dia. Rafael pun memutuskan untuk membatalkan janjinya hari ini, Junot membawa gue untuk bicara berdua dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
            “ Jun, aku minta putus “
            “ Loh kenapa? Aku mau denger penjelasan kamu dulu, aku bakal jadi pendengar kamu kok.”
            “ Aku mau kamu putusin aku, aku udah gak setia Jun sama kamu jadi buat apa kalau aku masih sama kamu. Aku udah gak pantes buat kamu.”
            “ Aku tahu kok kamu ngomong kayak gini karena takut aku marah? Tentu bukan kamu yang salah tapi bajingan itu, dia pasti tahu kan kamu punya aku? Dan dia tahu juga kan kalau aku pacar kamu. Aku gak bakal putusin kamu, buat apa 8tahun yang kita jalanin ini? Aku tahu kamu gak salah Ann, aku akan kasih kesempatan buat kamu.”
            Lagi-lagi tetesan airmata gue membasahi pipi disaat mengingat hal yang sangat teramat bodoh yang gue lakukan kembali. Betapa gue harus mendapati segala penyesalan ini.
            Hari ini ada sebuah pameran di Universitas gue, pameran tentang karya seni yang berhubungan dengan lukisan. Gue mencoba untuk sekedar berkeliling melihat beberapa karya seni anak bangsa yang ternyata patut mendapat apresiasi penuh dari pemerintah.
            “ Anne,”
Suara itu gue dengar dari seorang pria dibalik jas hitam yang tepat berdiri dihadapan gue saat ini. Junot. Setelah hampir beberapa tahun setelah perpisahan kami ia datang kembali menyapa ku ditempat ini, tempat yang jauh dari semua kenangan kami berada.
            “ Aku sudah dari tadi mencari-cari kamu.”
Entah apa yang ada didalam fikiran dan hati ku saat Junot mengatakan hal itu, aku berfikir tentang hadist yang pernah ku dapatkan dari seorang teman saat berada di lingkungan ibadah.
            “ Ada apa kamu kesini? “
            “ Bisa keluar sebentar untuk ngobrol? “
Aku dan Junot memutuskan untuk berbicara di taman belakang kampus tempat beberapa mahasiswa mengabiskan waktu untuk berkutik dengan tugas mereka,
            “ Ada apa? “
Aku dengan terbatah-batah mengatakan hal itu seakan canggung dengan pertemuan pertama kami kembali.
            “ Apa kabarmu?”
Sapaan hangat kembali, yang dulu pernah ku dengar ya…. Dulu.
            “ Baik. Bagaimana dengan kamu? Sudah memiliki kekasih lain? “
            “ Aku pun sama. Sebenarnya ini yang ingin ku sampaikan untuk kamu Ann.”
Terasa seperti tersambar petir disiang hari, Junot memberikan undangan pernikahannya dengan seorang wanita bernama Sivia yang akan berlangsung pekan depan di Jakarta. Entah apa yang harus ku katakan, entah apa yang saat ini ku rasakan saat melihat nama sosok pria yang dahulu ada disisi ku, yang dulu ada didalam hidup ku, pria yang akan berjuang untuk kehidupan layak bersama ku dan pria yang selalu mengutamakan ku disbanding dengan segala hal. Saat ini akan naik kepelaminan bersama dengan wanita lain.
            “ Aku sengaja mencari kamu bukan untuk membuat hati kamu sakit Ann, tapi maaf..”
            “ Maaf untuk apa Jun? bisakah kamu berjanji kepada ku? Mimpi yang dulu sempat kita miliki bisakah kamu wujudkan bersama dengan wanita ini? Jaga dia seperti kamu menjaga ku dulu, cintai dia seperti kamu mencintai aku dulu , jangan pernah membuat nya menangis seperti kamu yang selalu menyeka airmata ku disaat aku menangis. Bahagiakan dia seperti apa upaya kamu yang telah kamu tunjukan untuk ku dulu.”

Bukan ketegaran itu yang sebenarnya aku tunjukan, ya kepalsuan itu ku tunjukan untuk menutupi kesedihan serta semua penyesalan yang telah ku lakukan dulu. Seandainya. Haha kalimat seandainya memang pasti ku ucapkan jika balasan telah ku dapatkan. memang penyesalan ada di akhir, jika penyesalan berada di awal seseorang taakan pernah belajar dari kesalahan yang ia perbuat dimasa lampau untuk menjadi sosok yang lebih baik untu masa depannya- Mvs.13

Tuesday, 20 October 2015

last meeting

Ada sebuah pepatah yang mengatakan…hmm sepertinya bukan sebuah pepatah namun lebih tepatnya quotes yang sering kali gue lihat dikalangan anak muda jaman ini.
Perpisahan yang paling sedih ialah berpisah karena kematian. Karena sekuat apapun kamu merindukan ia tidak akan pernah kembali lagi selamanya.
Dan mungkin saat ini gue percaya dengan semua kalimat itu. Ya kematian, tentu perpisahan yang akan kita dapatkan, awalnya bersikap takabur akan hal yang dirasakan oleh perpisahan ini karena mungkin gue belum pernah mengalami semua ini namun memang sakit yang dirasakan sakit yang memang sulit untuk di ungkapkan oleh sebuah kata. Pertama kali merasakan apa itu perpisahan oleh sebuah kematian adalah berpisah dengan sosok yang memang sangat berarti untuk gue seorang kakak yang sungguh teramat gue cintai. Entah mengapa hingga saat ini rasanya perpisahan itu tidak terjadi, gue masih merasakan jika dirinya ada diantara gue.
Mungkin bukan hanya gue yang merasakan sebuah perpisahan terpahit didalam hidup gue, gue kehilangan 2 orang sosok kakak yang memang sekaligus pergi saat itu bersama. Keluarga , teman , sahabat dan bahkan orang yang telah menjadi sosok teman special untuk hari-hari nya mungkin merasakan sebuah kehilangan medalam. Entah mengapa sosok teman special untuk dia masih tetap menjalin kesetian hingga saat ini. Hari ini adalah kepergian Yulfa untuk ke 3 tahun, rasanya sudah lama memang tidak melihat sosok dia berada menyapa atau sekedar bercanda gurau bersama. Sedikit cerita tentang Aldi , kekasih Yulfa yang sampai saat ini memang sudah mengenal dekat seluruh keluarga besar gue beberapa perayaan bersama memang sangat sering gue lalui dengan Aldi.
            Namun hal yang membuat gue terkagum dengan sosok seorang pria seperti dia adalah menjaga kesetiaan yang ia miliki untuk satu orang wanita. Ya mungkin gue memberikan penilaian besar untuknya.
            Gue sangat jelas mengingat bagaimana perjuangan Aldi untuk kesembuhan Yulfa. Yulfa di vonis dengan diagnose kanker otak stadium IV yang membuat keluarga sudah harus melakukan tindakan intensif demi kesembuhannya. 5 bulan Yulfa berada diruang intesif care unit dengan beberapa alat medis yang memang menyelimuti badan kecilnya.
            Yulfa dan Aldi sudah lama menjalin hubungan sejak mereka duduk dibangku SMA namun Yulfa mengundurkan diri untuk melanjutkan sekolah, kesepakat itu diambil untuk kebaikan bersama, terutama untuk kesehatan Yulfa. Bukan hanya mengidap C.A Yulfa juga memiliki penyakit yang memang aneh, yaitu darahnya sukar membeku ketika terluka dan ia akan mengalami luka-luka lebam saat kelelahan. Jadi keluarga kami pun memutuskan untuk Yulfa tetap berada dirumah demi keselamatannya.
            Hampir setiap hari setelah pengunduran dirinya dari sekolah Aldi memang rela setiap hari membawa beberapa tugas dan mengerjakan bersama dengan Yulfa, sempat berfikir apa ada seseorang yang masih menerima gadis yang nyatanya sudah tidak lagi berdaya dengan segala penyakit yang ia idap. Dan pertanyaan dari pemikiran itu terjawab. Aldi yang sudah gue kenal sangat tulus dalam mencintai Yulfa.
            Ingatan yang memang gue ingat jelas tentang kisah itu adalah disaat kondisi Yulfa yang sudah sangat kritis. Namun keluarga kami belum merelakan ia pergi, Yulfa masih tetap berjuang dengan semua alat-alat itu. Saat itu Aldi berada di Malang, ia diterima di universitas negeri yang berada dikota Malang, namun setiap hari ia pasti memastikan bagaimana keadaan Yulfa. Mungkin hari itu adalah hari terakhir dimana gue harus berbicara dengan Yulfa walau kondisi kesadarannya koma namun pasti Yulfa mendengarkan apa yang gue katakan. Sebelum kepergiaannya mungkin Yulfa berpesan dan hingga saat ini gue mengingat apa pesan yang ia katakan untuk gue sebelum kesadarannya memburuk.
            Keesokan harinya, kondisinya semakin memburuk bahkan dokter sudah menyerahkan semua kepada keluarga, untuk melanjutkan perawatan atau melepas seluruh peralatan yang membantu kehidupan Yulfa. Dan pada akhirnya kami meikhlaskannya pergi. Berat memang, bahkan gue dan beberapa kakak gue sempat belum percaya dengan semua itu, apa benar ini yang dinamakan perpisahan terpahit.
            “ kak Yulfa meninggal yu? Ah bercanda lo. Baru aja kemarin tangannya gerak. Gausah ngarang deh” namun perkataan gue dibalas dengan tangisan oleh Ayu.
            Entah bagaimana dan siapa yang memberitahukan Aldi tentang kepergian Yulfa, sore itu  setelah Yulfa dibawa kerumah duka, gue sudah melihat sosok Aldi berada dihadapan jenazah kakak yang memang sudah seperti seorang patner hidup gue. Sosoknya tegar tanpa meneteskan sebutir airmata, rasanya aneh memang apa yang gue rasakan pun terasa sangat aneh ada sesuatu perasaan yang tidak mampu di ungkapkan dengan kata-kata dan airmata.
            " Di, yang tegar ya. Ibu pun sudah mengikhlaskan, Ulfa pun sudah capek. Ikhlaskan dia ya? Ibu tahu Ulfa pasti berat untuk meninggalkan kamu.” Ibu memang sosok yang tegar, ia sama sekali tidak menangis ketika tahu putrinya menghembuskan nafas terakhir disaat ia bersujud untuk meminta kesembuhan putrinya itu.
            Selesai pemakaman disana terlihat jelas bagaimana gue sudah tidak dapat melihat Yulfa untuk selama-lamanya, ya disitu terasa bagaiaman rasa sakit itu. Barulah gue sanggup untuk menangis disaat jenazah Yulfa perlahan dikuburkan dan tertutup oleh tanah. Namun masih saja Aldi tegar melihat Yulfa sosok gadis yang selama ini menemaninya sudah akan pergi untuk selama-lamanya.
            “ semuanya masih sama seperti 3tahun yang lalu…”
            “ 3 tahun lalu? Saat kakak pergi? “
            “ Masih sama saja, enggak ada yang berubah sama sekali. Sayang gue , cinta gue , rasa gue , pelukan gue , rangkulan gue Cuma untuk dia. Sekarang gue udah membuktikan untuk mendapatkan gelar ini dek. Yang selama ini Ulfa impikan, seandainya dia masih ada betapa bangganya dia bisa menyaksikan gue wisuda. Seandainya dulu gue ada disana pasti setiap hari bahagia rasanya berada disamping dia, walau dia Cuma bisa denger apa yang gue katakan dan tanpa membalas. Pernah menyalahkan tuhan karena ini tapi gue sadar didunia ini enggak ada yang sempurna, bahkan daun yang jatuh sudah ada yang mengatur begitu juga kematian. Entah kapan gue di panggil, rasanya sangat ingin mengakhiri dulu… pernah mikir buat bunuh diri tapi tamparan hebat datang ketika gue sholat dan didalam sholat gue Yulfa nangis dan peluk gue, dia bilang kalau gue gaboleh kayak gitu gue harus kuat dan ikhlas untuk semua, gue harus banggain orang tua gue , gue harus nunjukin kalau apa yang gue janjikan untuk dia terwujud. Dari situlah gue berjanji untuk menyelesaikan strata 1 sampai strata 2 gue dan gak pernah berfikir macem-macem. Dan gue pun gatau kenapa selalu merasa Ulfa ada disamping gue, selalu semangatin gue tanpa gue sadari. Dia udah ada disurga, gadis cantik yang bahkan harus rela ikut kemo dan berkorban kesakitan terus kehilangan rambutnya. Dia wanita tercantik yang pernah gue miliki, meski banyak orang yang memang menjelekan dia gue orang pertama yang akan memeluk dia dan membanggakan dia dihadapan orang-orang yang rela membully dia. Sampai detik ini rasanya gue gak bisa menaruh hati sama wanita lain. Sulit, buat apa gue cari pendamping lain kalau gue belum mampu melupakan dia. Gue hanya akan menyakiti cewek itu, gimana sanggup gue harus menyakiti cewek yang gak bersalah, gue ini pria yang harus bertanggung jawab. Kalau masalah hati aja masih main-main bagaimana bisa gue berkomitmen untuk seumur hidup. Gue gak perduli bagaimana orang menilai gue, yang sulit membuka hati atau bahkan engga akan memiliki kekasih lain lagi. Sama sekali gue gak mendengarkan suara sumbang dari mereka. karena kesetiaan yang gue punya memang sudah mutlak gue jalani, ini kemauan gue dan gak ada sebuah paksaan. Dipisahkan karena restu itu tidak sama sekali sakit, tapi dipisahkan oleh keadaan dan tidak akan pernah dipertemukan kembali memang sungguh luar biasa sakit yang akan kamu terima.”
            Bagaimana bisa aku melihat sosok pria yang sangat setia seperti ini bertahan pada satu wanita walau semua kesuksesan akan ia gapai dan ia dapatkan. dan bahkan sampai detik ini Aldi masih tetap setia mengganti bucket bunga yang setiap hari ia berikan ke makam Yulfa.


Teruntuk mu kak, we miss you somuch kak.

Sunday, 9 August 2015

TERUNTUK KALIAN......

 Hallo mah, pah aku sengaja buat tulisan ini teruntuk untuk kalian.Pah, Mah sebelum aku ingin bilang maaf jika aku menjadi anak yang sama sekali tidak mengikuti apa yang kalian katakan, aku sedikit sulit mendengar apa yang kalian ucapkan  , aku sering melawan , aku sering membantah dan aku sering buat hati mamah papah sakit.


Mah, terimakasih sudah memberikan kesempatan buat lihat dunia ini, merasakan hidup didunia ini sebelumnya. Mah maaf aku sebagai seorang anak yang hanya bisa meminta sesuatu sama mamah belum dapat membanggakan mamah, aku Cuma bisa bikin mamah sakit, Cuma bisa bikin mamah sedih dan bikin mamah marah. 

Mah sejujurnya aku sayang sama mamah, kadang aku berfikir aku bakalan jadi apa jika tidak ada mamah didunia ini.Mah, mamah selalu bilang sama aku untuk jadi wanita yang berguna, wanita yang memang bisa membuat suami bangga , mamah selalu bilang aku harus dapat gelar sebanyak mungkin dalam pendidikan ku, tapi mamah juga selalu bilang kalau aku harus sadar kodrat ku ini adalah perempuan yang tidak lupa harus mengurus keluarga.Mah, aku sedang berjuang. Aku sedang berjuang untuk mewujudkan satu persatu apa yang mamah impikan didalam diri anak mamah ini, mah mungkin saat ini aku hanya dapat meminta ini dan itu , menuntut apa yang ku inginkan haruslah mamah penuhi. 

Mah maafkan juga jika aku selalu membuat mamah menangis , aku menganggap mamah sangat menyebalkan jika melarang ku ini itu dengan hal hal yang aku sukai. Mamah pun tidak menginzinkan aku melakukan apa yang ku inginkan. Tapi aku sekarang tahu apa arti dari larangan mamah itu, mamah hanya tidak ingin aku merasakan sebuah kegagalan. Mamah selalu melarang ku untuk bermain malam , melarang ku bergaul dengan teman yang tidak membuat ku bangkit dan maju. Kini aku tahu apa alasan yang mamah lakukan untuk ku.

Mah, bisakah mamah hadir disaat nanti, disaat aku ya aku sebagai seorang anak yang sering kali membuat mamah merasakan kecewa kini menjelema menjadi seorang sosok yang akan mamah banggakan didepan teman-teman mamah?Bisakah mamah berjanji untuk selalu ada disaat aku sebagai seorang anak akan membalas semua perjuangan mamah, walau aku tahu jika balasan yang akan ku berikan ini tidak akan setimpal dengan apa yang mamah berikan untuk ku selama dihidupku.Mah satu yang aku minta, hanya satu. Aku ingin tetap melihat mamah disaat aku berdiri sebagai seorang yang sudah mengapai segala mimpiku.Terimakasih sudah mengajarkan ku arti apa itu menjadi seorang wanita yang sabar, menjadi seorang wanita yang memang akan berguna untuk keluarga kecil yang akan ku jalani kelak.Terimakasih untuk selalu menjaga ku dan tidak membiarkan seorang pun menyakiti ku.Mah, if you know, I love you more than anything. You’re my world. And you’re my life.

Hallo my king. Yah seorang pria yang selalu mengajarkan segala hal ,Seorang pria yang ternyata mati-matian membahagiakan ku.Pah, maafkan anak mu yang selalu membuat mu merasa kesal, membuat mu merasa kecewa atas semua yang kau lakukan.Pah aku tahu papah lelah disetiap malam papah, papah selalu menunjukan jika papah lah sosok pria yang sangat hebat, papah yang selalu bersikap semua baik baik saja ketika masalah ada didalam hari hari papah.

Pah, maafkan anak mu ini yang setiap permintaannya harus segera dituruti namun papah masih selalu mengusahakan semua yang aku inginkan.Papah tidak pernah memarahi ku,Papah tidak pernah menunjukan jika papah merasa lelah dihadapanku

Pah, mungkin ada sosok pria lain yang akan menemani hari-hari ku kelak nantiDia akan menjadi pemimpin untuk ku dan anak-anak ku,Dia akan menjadi sosok pertanggung jawaban ku kelak di akhirat kepada AllahDia yang mengajarkan ku tentang agama kelakDia yang akan berdiri didepan memimpin ku untuk beribadah bersama keluarga kecilku nanti.Sama dengan apa yang papah lakukan dengan mamah serta aku.

Aku hanya berharap siapapun pria itukelak nanti ku temukan aku ingin ia seperti dirimuSosok pria yang bertanggung jawab atas keluarganyaSosok suami yang mengayomi makmumnyaSeorang imam yang membimbing makmumnya dalam beribada kepada AllahSeorang ayah yang selalu berusaha membuat anaknya bahagiaSeorang pemimpin yang senantiasa menunjukan apa itu jalan yang benarPah, berjanjilah papah akan selalu bersama dengan ku hingga papah melepaskan ku bersama dengan pria yang kau restui dan kau anggap pantas bersama dengan putri mu ini.

Pah berjanjilah tetap ada bersama dengan putri mu ini hingga ia mampu menggapai segala impiannya.Pah tetap berjanji untuk tersenyum bersama dengan ku hingga nanti papah melepaskan ku.Aku mohon jangan lah ada tetesan airmata kelak ketika kau melepaskan ku.Sesungguhnya aku tidak akan merelakan airmata mu menetes karena menangisi putri kecil mu kini telah menjelema menjadi seorang wanita dewasa yang sudah akan menjadi milik pria lain.

Pah percayalah papah masih tetap mejadi sosok pria pertama didalam diriku yang amat ku cintai.Kelak jika aku telah memiliki keluarga akan ku ceritakan betapa berbangga hatinya aku menjadi seorang putri dari pria sehebat dirimu.Pria yang sangat ku cintai hingga akhir.Pria yang membuat ku berjuang untuk menggapai mimpi ku hanya untuk membahagiakannya

Pria yang hingga saat ini menjadi hero untuk ku.Pria yang ku anggap sebagai raja didalam hidupku.Papah, can you stay wih me? Cause I really need you too realized my dreams just for my King.                                                 From your Little Daughter..

Friday, 10 July 2015

To him from your Future...

Dear my future husband.
Entah dimana kamu saat ini , siapa kamu dan kapan kita akan dipertemukan aku akan selalu meminta pada yarob untuk selalu menjaga mu , selalu menepatkan mu di kalangan para umat Allah yang memang terbaik. Saat ini aku sedang berusaha menjadi sosok yang soleha , sosok wanita yang paham akan agama yang ku jalani dan belajar menjadi sosok makmum mu suatu saat nanti. Aku masih menata masa depan ku , menata semua ke suksesan ku untuk kedua orang tua dan keluarga ku. Aku pun yakin kamu sedang melakukan hal yang sama dengan ku, kamu yang bekerja keras sebelum nantinya kita dipertemukan. Aku tidak mengetahui siapa kamu , entah itu teman ku saat disekolah , teman sejawat dengan ku atau bahkan orang yang pernah ada didalam masalalu ku. Di bisikan doa ku dalam butiran tasbih selalu ku panjatkan cinta ku pada yang maha kuasa , ku selipkan doa ku untuk mu kepada yarob. Ketika suatu saat itu datang aku ingin melakukan beberapa hal bersama dengan mu ku harap kamu pun mau untuk melakukan itu. Aku tidak memuluk sebuah  permintaan yang berlebihan hanya beberapa permintaan kecil seperti menjadi imam ku disetiap sujud ku kepada ALLAH , selalu menjadi imam yang membimbing ku ketika aku melakukan kesalahan , menjadi sosok ayah yang soleh untuk amak-anak ku kelak. Aku sudah membayangkan betapa nikmat yang Allah berikan saat ayah ku melepaskan ku disela ijab yang akan terjadi nanti untuk mu. Aku akan menjadi tanggungan mu sepenuhnya bukan lagi tanggungan orang tua ku , bahkan dosa dan kesalahan ku akan kembali kau tanggung terang saja Allah menjanjikan surga untuk mu jika saja kamu berhasil menjadi imam yang takwa dan beriman. Aku masih merasa hina dan penuh dosa , jelas aku ingin mendapatkan sosok yang soleh suatu hari nanti , maka dari itu akan ku perbaiki diriku dan berserah diri pada maha pencipta. Betapa nikmat yang ku rasakan saat kamu dan aku bersujud berdoa dalam mihrab cinta kelak, memohon untuk diberikan rahmat dalam keluarga yang akan kita jalani kelak. Aku mencintai mu karna Allah, aku mengasihi mu karna Allah dan karna Allah yang telah mempertemukan ku dengan dirimu. Satu lagi permintaan ku untuk bersama mu nanti , cium lah kening ku didepan ka’bah nanti dan katakan jika kamu mencintai ku lahir dan batin , berjanjilah jika kamu akan selalu menjadi imam yang memimpin ku disaat sujud nanti. Lalu aku akan berjanji menjadi makmum yang berada di samping mu , yang selalu ada disaat kamu terjatuh dan selalu memberikan mu semangat. Aku tidak akan meninggalkan mu jika nanti kamu terjatuh atas segala hal , yang ku lakukan adalah tetap berada bersama mu , bangkit kembali bersama mu. Karna dalam ijab itu aku telah memiliki perjanjian pada yang maha kuasa untuk tetap berada bersama dengan dirimu apapun keadaan yang ada suatu saat nanti. Aku akan menjadi orang yang selalu mencium tangan mu setelah kita memanjatkan doa bersama dan kamu menjadi pria yang selalu mengusap keningku setelah kita melaksanakan kewajiban sebagai muslim.

-Untuk mu sosok imam ku kelak.

Friday, 9 January 2015

love never felt so good.


                “ Juaaaaaaaaaaan” lagi-lagi Ignatia merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh kekasihnya itu , ya sikap Juan yang sangat senang menggoda Ignatia itu memang menjadi kesenangan sendiri untuknya saat melihat wajah Ignatia yang marah padanya. Mereka pasangan yang benar-benar sangat membuat semua mata iri karenanya , ya mereka hampir menjalin hubungan selama 5tahun lamanya setelah kenal dibangku SMP dan berlanjut hingga bangku SMA awalnya Juan masuk kedalam sekolah bertaraf internasional di Jakarta namun karena kesetiannya kepada Ignatia akhirnya Juan memutuskan untuk berada disatu sekolah yang sama dengan Ignatia.
                “ Maaf aku sengaja hahahaha” Juan hanya tertawa melihat wajah Ignatia yang seakan-akan merasa sangat kesal kepadanya.
                “ Untung aku sabar hadepin kamu.”
                “ Ngambek? Sini peluk dulu” Juan menarik tubuh Ignatia masuk kedalam pelukannya memang hal ini yang senantiasa Juan lakukan ketika Ignatia mulai kesal terhadapnya dan Ignatia pun akan segera meredam sesaat Juan memeluknya seperti ini.
                Juan memang sangat mencintai wanitanya , ya beberapa kali mereka menghadapi masalah besar namun selalu berjalan dengan mudah saat mereka menyikapi semua itu bersama. Ignatia dan Juan pun terhalang oleh tembok keimanan yang berdiri kokoh menghalangi kebersamaan mereka. Juan merupakan lelaki yang lahir dan besar dalam keluarga yang sangat menjunjung tinggi agama Islam dan Juan pun merupakan sosok lelaki yang taat beragama. Lain halnya dengan Ignatia , dia merupakan gadis yang lahir dengan menganut agama Katolik ya memang ada perbedaan cukup besar diantara mereka berdua , terlebih saat perbedaan itu merupakan perbedaan ke imanan sungguh memang sangat disayangkan. Tapi banyak yang menyangkal jika hubungan mereka akan tetap berjalan walaupun sudah jelas ada sebuah perbedaan dari mereka yang cukup signifikan.

                Pagi menjelang , Ignatia terlihat sedang menunggu sang pangeran datang kerumahnya untuk menjemputnya ke sekolah pagi ini. Ya mereka telah memasuki semester akhir sebagai siswa berseragam putih abu-abu tahun ini. Kefokusan memang menjadi kunci utama untuk lulus dan mendapatkan nilai maksimal , begitupun yang dilakukan  oleh Ignatia maupun oleh Juan mereka bersama berjuang untuk mendapatkan kelulusan serta sebuah prestasi. Setiap malam Juan menyempatkan diri untuk sekedar mengajarkan Ignatia beberapa pelajaran seperti fisika dan Matematika karena mengingat Ignatia sedikit lemah dalam bidang ini. Sebaliknya Ignatia selalu memberikan privat bahasa asing kepada Juan karena Ignatia yang memang sejak kecil sangat mahir berbahasa asing dinilai cukup untuk berprestasi dalam bidang ini.
                “ Selamat pagi bidadari……..” Juan melepaskan masker yang ia kenakan dan mengucapkan selamat pagi kepada kekasihnya itu dengan senyuman manja khas yang ia ciptakan.
                “ Lebay. Udah hampir setengah tujuh nih ayooooooooo” timbul sebuah senyum kecut ketika gombalan Juan dihiraukan oleh Ignatia. Juan memberikan helm dan segera meluncur kesekolahnya mengingat mereka hampir terlambat pagi ini.
                Selama diperjalanan memang mereka tidak pernah berhenti untuk tertawa , ada saja lelucuan yang diciptakan dianatara mereka berdua , terlebih Juan merupakan sosok pria yang sangat humoris itulah yang menjadi daya tarik Ignatia terhadapnya. Setiap kali mereka bertengkar mengenai sesuatu Juang selalu membuat sebuah hal yang mampu mengembalikan senyuman Ignatia kembali entah apa yang ia lakukan tapi yang jelas itu membuat Ignatia berhenti marah kepadanya. Sebuah magic namun ini bukan magic ini hanyalah sebuah ketulusan seorang pria yang tahu bagaimana cara membuat seorang wanita kembali tersenyum disaat kabut hitam kemarahan datang.
                Sesampai disekolah mereka berpisah karena tidak berada dikelas yang sama , itu pun menjadi salah satu alasan mereka untuk tetap fokus dan tahu tempat dimana mereka menghabiskan waktu berdua dan dimana mereka haruslah berfokus dengan pelajaran. Ignatia dikenal sebagai siswa yang cerdas dalam berkomunikasi terlebih saat ia mampu menguasai 3bahasa asing itu sudah cukup membuktikan jika dirinya mempunyai sebuah bakat dalam “ Public Speaking”. Selain itu ke aktifannya sebagai ketua organisasi Rohani Kristen pun  memang dipandang cukup baik , predikatnya sebagai seorang siswa yang taat pada ajaran agamanya memang sudah terlihat sejak ia kecil.
                Berbeda dengan Juan, ya Juan pun merupakan siswa berprestasi dalam hal akademik , ia pernah menjuarai beberapa olimpiade sains yang di selenggarakan dari tinggkat nasional hingga internasional , sekolah merekomendasikannya memang tepat karena nilai-nilai akademik Juan yang sangat menunjang. Belum lagi Juan dikenal sebagai lelaki yang soleh dan bergabung dalam sebuah organisasi keagamaan disekolah, wajahnya yang sangat tampan pun memang banyak menyita perhatian para gadis disekolah , ketika Juan berceramah didepan mereka rasanya mereka merasa jika Juan merupakan seorang imam yang teladan nantinya.
                Memang banyak yang menyangkan mengapa Ignatia dan Juan berpacaran , ya mereka melihat sisi dari paras yang memang mereka miliki memang sangat serasi serta kecerdasan yang mereka miliki juga nyatanya mampu disandingkan. Tapi jika dilihat dari sebuah sisi besar menjadi tolak ukur kebersamaan mereka , tentu saja banyak yang menyayangkan jika mereka pada akhirnya harus menyerah pada keadaan itu. Tentang sebuah tembok besar nan kokoh yang terasa sulit mereka runtuhkan.
                “ Good Afternoon Sweety….” Juan membawakan sebuah susu kotak coklat untuk Ignatia ketika ia mengunjungi Ignatia selepas menunaikan ibadahnya sebagai seorang muslim.
                “ Kamu habis sholat?”
                “ Kok tahu? Wah kamu punya indera ke-9 yah?”
                “ Apasih itu rambut mu masih basah bekas air wudhu”
                “ Haha masih keliat ganteng kan tapi?” Juan mencoba untuk menggoda Ignatia kali ini dengan memainkan rambutnya yang masih basah lalu cipratan airnya dikenai ke wajah Ignatia.
                “ Iya-iya terus deh kebiasaan banget sih. Sore ini aku ada rapat untuk natal , kamu boleh pulang duluan kok biar nanti aku naik umum.”
                “ Nonono , aku tunggu kamu deh yah? Seperti biasa tuan putri aku engga akan ngebiarin kamu naik angkutan sendiri. Engga pake nolak ini sudah taken kontrak nanti aku tunggu kamu sampai selesai. Byeee..” belum sempat Ignatia mengeluarkan kalimat untuk menyuruh Juan untuk tidak menunggunya ya sama saja dengan hal-hal sebelumnya , Juan akan memaksa untuk menunggu hingga Ignatia menyelesaikan rapatnya.

                Jam sekolah pun usai semua siswa berhamburan meninggalkan sekolah tapi tidak untuk Ignatia yang akan menjadi pembicara untuk rapat natal dari sekolahnya , ya ia akan menjadi ketua penyelenggaraan natal yang akan diadakan setiap tahun disekolahnya. Didalam organisasi ini memang ada seorang siswa laki-laki yang menyukai Ignatia ya namanya Fernando yang mungkin merasa aneh ketika mengetahui hubungan Ignatia dengan Juan yang ia nilai tidak cocok.
                “ Jadi bagaimana semuanya? Sudah berapa persen semua persiapan yang kalian lakukan? Disini aku gak bisa banyak berbicara karena semua tugas sudah aku berikan kepada masing-masing penanggung jawab dan semua harus diserahkan H-4 sebelum acara.” Ignatia memang terlihat begitu elegan saat ia berbicara dihadapan banyak orang terlebih ketika ia mulai menggunakan beberapa bahasa inggris dalam logatnya
                “ Semua sudah siap kak , 98% sudah kami persiapkan tinggal dilaporkan.” Seorang juniornya memberikan beberapa laporan tentang persiapan mereka kepadanya , ya Ignatia sudah merasa lega karena sudah hampir menyelesaikan beberapa tugasnya dan hasilnya sekarang tinggal beberapa hal yang bisa ia kerjakan demi kelancaran ini.
                “ Okay , semua hampir finished. Thanks for teamworknya aku harap ini akan berjalan lancar tanpa hambatan. Sampai disini , ada yang ditanyakan? Kalo engga ada aku akhiri pertemuan selanjutnya maybe akan lewat jarkom humas. Terimakasih untuk yang sudah menyempatkan hadir.” Ignatia bergegas pergi untuk mencari Juan yang entah berada dimana menunggunya sejak tadi.
                “ Ignaaaaaaaaaaa….” Seseorang menghentikan langkahnya , ya itu Fernando teman satu organisasi dengannya.
                “ Iya? Ada yang bisa aku bantu?”
                “ Besok malam ada acara?”
                “ Hmmm , emang kenapa Fer?” Tanya nya
                “ Gue mau ajak lo makan bisa?”
                “ Maaf yah , aku gak bisa….”
                “ Karena Juan? Gue gak habis fikir deh mau selama apa lagi lo sama dia? Selama apapun kalian menjalin hubungan tetep aja kalian gak akan pernah bersatu.” Ucapan Fernando memang bukan hanya kali ini saja , ya Fernando sudah sering mengatakan ini kepada Ignatia. Karena ketidak mampuan Fernando untuk mendapatkan hati Ignatia hingga ia tega selalu mengatakan jika hubungan yang dimiliki Ignatia tidak akan berujung pada sebuah kebahagiaan.
                “  Igna?....” Juan yang datang tiba-tiba segera menghampiri kekasihnya itu , ya Juan memang tidak hanya sekali ini melihat Fernando bersikap seperti ini kepada kekasihnya. Juan menggenggam jemari tangan Ignatia dengan erat dihadapan Fernando.
                “ Gue juga gak tau bakal gimana nantinya sama wanita gue. Tapi apa hak lo untuk berkata seperti itu? Lo tuhan? That’s so awesome saat lo berucap seperti itu sedangkan lo gak tau bagaimana jalan masa depan gue dengan wanita ini.” Fernando hanya terdiam saat ia mendengar semua perkataan Juan , dan membiarkan Juan pergi dengan Ignatia. Apa yang dikatakan oleh Juan memang sangat membuat Fernando panas sehingga ia harus mencari cara bagaimana cara memisahkan Juan dan Ignatia
                Sampai saat ini pun memang banyak godaan didalam hubungan Ignatia dan Juan bukan hanya Fernando seorang. Dulu ada seorang siswa perempuan yang begitu cantik menawan dengan jilbabnya yang digosipkan dekat dengan Juan , ya beberapa beranggapan jika kedekatan mereka tidak hanya dekat didalam organisasi namun mereka memiliki hubungan istimewa diluar dari organisasi bahkan kabar angina ini sudah terdengar dan diketahui oleh Ignatia , namun Ignatia tidak begitu saja mempercayai tentang kabar burung yang entah kejelasannya bagaimana. Sampai pada akhirnya ia merasa sangat penasaran hingga bertanya apa yang sebenarnya terjadi apakah semua itu benar. Nyatanya itu hanyalah sebuah berita hoax yang sengaja diciptakan untuk mengoyahkan mereka berdua , nyatanya pun Delia itu hanyalah seorang rekan kerja didalam organisasi rohis bersama dengan Juan tidak lebih.
                Dengan hal itu , mereka menjadi semakin teguh bersatu menjalani hubungan mereka suara sumbang dari beberapa orang yang mencela tentang hubungan mereka pun sudah cukup menjadi makanan sehari-hari untuk Juan dan Ignatia, malahan mereka lebih cerdas lagi untuk menyikapi kejadian yang datang silih berganti menguji cinta mereka berdua..
                “ Kamu laper kan? Hayo ngaku tuh perutnya keroncongan. Hahaha” lagi-lagi Juan mencoba untuk meledek dan menggoda Ignatia , wajah Ignatia lantas memerah ketika ketahuan jika ia sedang merasakan lapar karena sejak pagi tadi ia belum sempat makan.
                “ Juan kamu kalo ngomong pelanan dikit kenapa sih aku malu ih”
                “Harus nih aku teriak-teriak? Haha yaudah ayo kita makan?” Juan menggandeng kekasihnya dengan erat menunjukan kepada dunia bagaimana ia berbangga hati memiliki wanita yang tampil begitu apa adanya , menunjukan sikap kesetiaannya , dan senantiasa menemaninya sesaat ia terjatuh.

                Mereka memutuskan untuk makan disebuah kedai makan pinggir jalan yang sering mereka datangi , Ignatia memang terlahir disebuah keluarga yang sangat berkecukupan. Namun ia merupakan sosok gadis yang sangat sederhana dan tidak penah menuntut apapun ya itu menjadi sebuah nilai + tersendiri yang ia miliki. Terlebih saat bersama dengan Juan , Ignatia tidak pernah menuntut dan meminta apapun darinya , mereka ingin berjalan dengan apa adanya saling memiliki namun tidak saling membebani.
                “ Berdoa dulu jangan lupa loh” Ignatia mengenggam kedua jemarinya , berdoa sesuai dengan ketentuan yang ia jalani , sesaat ia membuka matanya ia masih melihat seorang pria yang teramat ia sayangi berdoa dengan ketentuan berbeda dengannya. Disaat ia menggenggam kedua tangannya untuk berdoa , Juan mengangkat kedua tangannya untuk berdoa.
                “ I’ve done…..”
                “ Yaudah dimakan toh mbak. Hahaha sehabis ini kita cari masjid dulu yah? Aku belum sholat nih” ucap Juan setelah melirik arloji yang ia kenakan di tangan kirinya sudah menunjukan masuk jam Maghrib.
                Jauh didalam lubuk hati Juan yang paling dalam ada sebuah keinginan menjadi seorang imam didalam sholatnya bersama dengan sosok yang ia cintai kelak nantinya. Menjadi seorang imam yang akan membimbing wanitanya didalam ibadah dan semua kehidupannya kelak nanti , memberikan tangannya untuk wanita yang kelak menjadi halal untuknya, namun sesaat ia berfikir untuk melanjutkan semua itu dia yakin jika tuhan masih mempersiapkan kebahagiaan untuknya dan Ignatia kelak nanti , walau kebahagiaan itu tidak akan mereka jalani bersama setidaknya ia sadar dan akan mengikhlaskan jikalau semua itu akan menjadi semua kenyataan.
                Setelah selesai makan malam , Juan dan Ignatia bergegas untuk mencari masjid yang berada tidak jauh dari tempat itu , dengan naik sebuah motor vespa classic mungkin membuat mereka merasa bahagia menjalani hari-harinya. Seperti biasa Ignatia hanya menunggu diparkiran , menunggu panggerannya menyelesaikan kewajibannya sebagai seorang pria yang taat beragama. Sempat Ignatia ingin masuk kedalam masjid melihat apa saja yang ada didalam sana , serta apa saja yang dilakukan seseorang selain sholat ditempat suci ini. Apakah sama atau malah berbeda dengan gereja yang selalu ia sambangi setiap minggu untuk beribadah
                “ Sudah selesai nih. Pulang yuk? Aku anter kamu dulu , sampai depan pagar hahaha” Juan menghampiri Ignatia setelah selesai beribadah dan mengajaknya kembali kerumah mengingat sudah seharusnya ia berada dirumah malam ini.
                “ Baik lah kapten haha. Mana pelindung kepala ku?”
                “ Lebay banget sih hahaha. Nih toh ndo helm mu. Okay naik , kita ready meluncur” dengan gaya khas bicara Juan cukup membuat Ignatia terkikik dibuatnya ya ini yang memang dilakukan pria itu saat berada bersamanya , tidak ada sebuah sifat yang ditutup-tutupi semua berjalan begitu saja mereka mengenal satu sama lain dengan sifat asli mereka satu sama lain.
                                                                                                &&&&
                Jam menunjukan pukul 12.00 siang ,hari ini ada acara disekolah Ignatia namun Juan datang untuk sekedar menjemputnya sehabis acara natal berlangsung , beberapa yang datan memang sudah tidak heran mengapa Juan berada disini. Juan memutuskan untuk sekedar membaca ayat-ayat suci didalam masjid sekolah , untuk menghilangkan rasa jenuh menunggu kekasihnya itu.
                “ Loh? Juan? Kok ada disini?” Delia yang ternyata datang untuk menaruh beberapa alat yang telah digunakan para grup marawis sekolah setelah lomba kemarin datang ke masjid dan mendapati Juan telah berada disana.
                “ Oh Delia? Itu nunggu Igna selesai acara , kasihan kalo pulang sendiri hehe. Lo sendiri ngapain disini? Oh mau balikin alat marawis yah? Gimana? Congrastulation deh yah kemarin menang kan? Haha”
                “ Ah iya Igna kan jadi ketua untuk acara tahun ini yah? Hehe iya nih alhamdulilah syukur banget kita bisa menang lagi hehe.” Ucap Delia dengan lembut
                “ Hmmm , Del boleh Tanya?”
                “ Silakan , mau Tanya apa?” Suasana menjadi sangat hening ketika Juan memulai pembicaraan menjadi serius.
                “ Lo kan pasti tau semua tentang agama? Bagaimana tanggepan lo tentang orang yang berpacaran beda agama?”
                “ Haruskah aku jawab pertanyaan ini Ju?” seperti ada rasa tidak enak kepada Juan jika Delia harus mengatakan itu semua , seakan takut menyinggung perasaan Juan.
                “ Kan gue Tanya mbo yoh toh dijawab Del.”
                “ Sebenarnya pacaran pun dalam islam itu tidak diperbolehkan , yang diperbolehkan itu hanyalah Ta’aruf? Tapi Ta’aruf itu akan menjurus untuk yang sudah siap kenjang pernikahan. Pacaran saja tidak boleh apalagi berbeda keyakinan? Sebenarnya itu memang tidak boleh , ya kalau beranggapan masih sekedar “ pacaran “ tapi jikalau kamu malah “ langgeng “ bukankah itu yang ditakutan? Apakah salah satu diantara kalian akan merelakan pindah ke agama lain? Belum tentu , apalagi kamu dan Igna merupakan sosok yang sangat taat beragama? Kalian itu sebenarnya memang pasangan yang benar-benar serasi dan aku melihat diantara kalian ada sebuah ketulusan mencintai satu sama lain. Namun apakah mungkin kamu akantetap mempertahankan ini hingga kalian bersatu?” Juan terdiam mencerna dalam-dalam apa yang dikatakan oleh Delia memang benar adanya berpacaran saja dalam islam itu tidak diperbolehkan apalagi jika berbeda keyakinan selain islam?
                “ Menurut kamu apa yang harus aku lakukan?”
                “ Semua ada ditangan mu dan Igna bagaimana cara kalian untuk mengambil jalan yang benar-benar terbaik untuk kalian berdua.” Delia tersenyum karena baginya tidak mengikut campuri dan menyerahkan kepada mereka berdua tentang bagaimana kedepannya sudah dirasa cukup.
                Butiran tetes airmata membasahi pipi Ignatia yang tidak sengaja mendengar semua percakapan Delia dengan Juan , ya memang benar adanya hubungan mereka ini tidaklah akan berjalan kesebuah kebersamaan seperti yang mereka impikan sejak lama. Meniti mimpi dan membangun sebuah keluarga kelak dimasa depan nanti memang sangat sulit untuk mereka wujudkan mengingat masih ada benteng yang sangat tinggi membatasi semua mimpi mereka bahkan menghancurkan semua bayangan masa depan yang mereka dambakan akan terjadi nanti.
                Entah ini menjadi awal atau pun hanya sebuah cobaan semata saat Juan mulai bertanya-tanya hal itu. Yang ada dibenak hati Ignatia hanyalah,” Apakah Juan ingin menyerah dengan keadaan ini?” dengan berat hati Ignatia menyembunyikan sebuah kesedihannya bersikap seolah-olah ia tidak mendengar apa yang mereka bicarakan lalu masuk dan menghampiri Juan bersama  Delia.
                “ Assalamualaikum.”
                “ Waalaikumsalam, kamu sudah selesai?” ucap Juan yang terkejut ketika mendapati Ignatia berada dihadapannya kali ini.
                “ Aku baru saja turun dan selesai hehe , ada Delia juga disini?”
                “ Iya nih Igna , aku habis kembaliin alat marawis setelah dipakai untuk lomba kemarin.” Delia tersenyum menatap gadis yang berkacamata itu.
                “ Oalah gitu toh hehe , Ju kita pulang sekarang yuk?”
                “ Hmm kalau gitu gue sama Igna balik duluan yah Del , kasihan nih kayaknya bidadari gue kelelahan haha” Dalam hal situasi ini pun Juan masih saja sempat menggoda Ignatia dan mencoba untuk kembali mencairkan suasana.
                Delia hanya tertawa kecil melihat pasangan itu , rasanya memang sangat disayangkan jika mereka harus berpisah karena telah mendapatkan sebuah predikat the best couple untuk pasangan terserasi disekolah bahkan banyak sekali pasangan yang iri dengan keserasian yang dimiliki Juan dan Ignatia.
                Dipertengahan perjalanan mereka hujan turun cukup deras membuat mereka untuk mencari tempat berteduh hari itu , ya Juan tidak akan membiarkan Ignatia bermain hujan bersama dengannya karena mengingat jika Ignatia mempunyai sebuah imunitas tubuh yang lemah dan mudah terserang penyakit.
                “ Kita neduh disini yah?” Juan memarikirkan kendarannya dan melihat keadaan Ignatia yang sudah basah kuyup karena hujan tadi.
                “ Ah kamu , ini ini pake jaket aku deh kasihan kamunya kedinginan gitu kan, bukannya bawa jaket kan” Juan melepaskan Jaket yang tadinya ia kenakan dan ia berikan untuk Ignatia yang sudah basah kuyup.
                “ Terus kamu? Gak pake jaket dong?”
                “ Gak apa-apa kok yang penting bidadari aku sayapnya gak kebasahan eh udah lepek deng hahahaha” Juan tertawa ketika kembali meledek kekasihnya itu , Ignatia pun tertawa kecil melihat kelakuan konyol yang diciptakan oleh kekasihnya itu.
                “ Hahaha aku kan punya guardian angel jadi aku gak perlu takut sakit deh.”
                “ Lebay kan , gombal kan?” nada ledekan kembali diciptakan ketikan Ignatia mulai untuk menggombal kepada Juan. Ignatia menunjukan wajah sinisnya ketika dibalas dengan nada ketus oleh Juan.
                “ Ngambek? Pinter banget ngambek sih kamu sekarang? Haha sini deh biar hangat.” Juan meraih jemari tangan Ignatia dan menggosok-gosokan jemarinya bersamaan dengan jemari Ignatia , karena itu adalah salah satu cara untuk menciptakan panas didalam tubuh manusia. Tidak perduli banyak orang di Halte tempat Ignatia dan Juan berada ia tetap melakukan itu untuk menghangatkan tubuh kekasihnya kembali. Ini bukanlah kali pertama sebuah keromantisan yang ada didalam diri Juan , banyak sekali sebuah kejadian yang memang bisa jadi membuat Ignatia meleleh dibuatnya. Juan bukanlah sosok yang romantic yang bisa menyiptakan ribuan kalimat cinta namun seketika Juan mampu melakukan sebuah keromatisan yang tidak mampu dilupakan oleh pasangannya.

                Hari ini Juan mengajak Ignatia berkunjung kerumahnya untuk sekedar bertemu dengan kedua orang tua Juan , sebenarnya sudah sangat lama Juan ingin mengajak Ignatia bertemu dengan Ayah dan Ibu Juan namun Juan masih belum siap jika saja kedua orang tuanya melihat siapa sebenarnya gadis yang telah menjalani hubungan selama 5tahun bersama dengan putranya.
                “ Ini rumah ku , memang tidak cukup besar tapi disini aku sudah lama banget haha banyak kenangannya juga.” Juan menunjukan dan mempersilakan Ignatia untuk masuk kedalam rumahnya , tidak lama ibu Juan keluar rumah dan tersenyum ramah kepada gadis yang dibawa Juan kerumah.
                “ Assalamualaikum bu, “ Ignatia mengucapkan salam lalu mencium tangan Ibu Juan  dengan sikap ramah dan sopan dari dirinya.
                “ Waalaikumsalam nak , kamu temannya Juan? Hehe cantik yah, ayo masuk-masuk kita ngobrol didalam saja. Ada Ayah Juan juga didalam.” Dengan disambut hangat Ignatia akhirnya merasa sangat lega , didalam benak Ignatia hanyalah ketakutan jika saja orang tua Juan tidak mampu menerimanya atau bahkan sama sekali tidak meresponsnya.
                “ Yah , ada temannya Juan nih. Bukan teman sih kayaknya tapi pacarnya kan? Haha” Ibu Juan terlihat seakan meledek mereka berdua sampai-sampai wajah keduanya memerah.
                “ Assalamualaikum om, “ Ignatia pun mencium tangan Ayah Juan , namun Ayah Juan seketika memusatkan pandangannya kepada sebuah kalung salib yang terpakai dileher Ignatia saat itu , wajahnya yang tadinya akan bersikap ramah menjadi sangat acuh kepada kehadiran Ignartia.
                Ignatia pun mulai menyadari ketidak nyamanan yang ditunjukan oleh Ayah Juan ketika ia berada dirumahnya , rasanya Ignatia telah menyadari sejak pertama bertemu Ayah Juan melihat ia mengenakan kalung salib itu. Juan pun merasakan ada hal beda yang ditunjukan oleh Ayahnya terhadap Ignatia , meskipun Ibunya terkesan open dan ramah menerima kedatangan Ignatia saat itu.
                Begitu sulit memang saat semua itu dirasakan , Ignatia mencoba untuk menelan pil pahit itu dengan harapan jika suatu hari nanti Ayah Juan akan menerimanya seutuhnya.
                                                                                                &&&&
                “ Juan , kemarin itu yang datang pacar kamu?” Tiba-tiba pertanyaan ayahnya menghentikan langkah juan yang akan masuk ke dalam kamarnya.
                “ Iya yah.”
                “ Non islam?” Tanya Ayahnya lagi
                “ Iya.”
                “ Sudah berapa lama?”
                “ 5 tahun yah….”
                “ Putuskan , lagi pula ayah tidak akan mengizinkan kamu bersama dengan wanita yang tidak seiman dengan kamu. Cari wanita lain yang pastinya seiman dengan mu. Masih banyak wanita diluar sana.” Seakan petir yang menghantam dirinya , Juan tidak kuasa mendengar semua yang diucapkan ayahnya. Ya bagaimana tidak , ayahnya dengan tegas meminta Juan untuk memutuskan Ignatia , setelah sekian lama mereka menjalani hari-hari mereka berdua kini hal yang paling ditakutkan olehnya sudahlah terjadi. Bagaimana mungkin Juan bisa memutuskan hubungannya dengan Ignatia. Berapa banyak moment yang dilakukan bersama dengannya rasa berat jika harus menghilangkan dan meninggalkan semua itu.

                Sore hari Juan memang miliki janji untuk bertemu dengan Ignatia , hari ini mereka bertemu disebuah taman kota yang ada didaerah menteng , ya ini memang tempat favorite mereka menghabiskan waktu berdua ketimbang berkeliling di mall.
                “ Kamu mau turutin 1 permintaan aku gak?”
                “ Apa? Mau lah kamu kan selama ini gak pernah minta sama aku” dengan wajah semangat Juan menyimak apa yang diinginkan oleh kekasihnya itu.
                “ Aku mau edelwies. Bisa kamu kasih itu untuk aku?”
                “ I go it. Aku akan kasih Edelwies buat kamu.” Juan Tersenyum setelah tahu apa yang sangat di inginkan oleh kekasihnya saat ini , mungkin ini menjadi sebuah barang pertama yang akan ia berikan kepada Ignatia.
                “ Seriously?”
                “ Aku janji akan bawain kamu Edelwies.”  Juan mengapai jemari tangan Ignatia dan berjanji jika ia akan membawakan Edelwies untuk gadis itu.
                                                                                                &&&&

28 December 2013
                Hari ini Juan bersama dengan tim pencinta alam temannya akan melakukan perjalanan ke mahameru yang membutuhkan waktu 3 hari mencapai puncak , ya sebelumnya Juan tidak pernah melakukan olahraga hiking seperti ini mengingat kondisinya dan ia juga memiliki asma yang membatasi dirinya melakukan sebuah kegiatan. Ia tidak memberitahukan Ignatia jika ia akan melakukan perjalanan demi mendapatkan Edelwies untuk Ignatia , ini akan menjadi sebuah kejutan istimewa dikala ulangtahun Ignatia yang jatuh tepat pada 2 Januari nanti. Meskipun rasanya berat untuk meninggalkan Ignatia tanpa kabar selama 3 hari namun ini yang harus ia lakukan agar Ignatia tidak menghalanginya pergi.
                Hari pertama mereka melakukan perjalan menggunakan sebuah kereta , ya disini ada beberapa orang kurang lebih 12 pendaki yang termuda adalah Juan setelah mengetahui apa alasan Juan ikut dalam rombongan mereka , tidak habis fikir jika seorang anak sma seperti Juan mempersiapkan sebuah rencana yang sungguh Romantis untuk kekasihnya. Mereka pun sepakat untuk membantu Juan menjalankan semuanya.
                Disisi lain berbeda dengan halnya Juan , kini rasa cemas dan gundah dirasakan oleh Ignatia. Bagaimana tidak? Ini tidak seperti biasanya Juan bersikap seakan menghilang dari segalanya , bahkan beberapa temannya tidak mengetahui keberadaan Juan saat ini. Rasanya memang seperti kehilangan secara tiba-tiba yang ia rasakan.
                Sesaat Ignatia hanyalah memandangi wajah Juan lewat gambar foto mereka berdua yang ia letakan dikamarnya , ya hanya itu yang mampu ia lakukan. Beberapa kali ia mencoba untuk menghubungi Juan namun nihil adanya, ponselnya tidak aktif dan kini entah Juan sedang berada dimana dan apa yang sedang ia lakukan.
                “ Delia , “ Ignatia mencoba untuk datang kesekolah , berharap jika akan bertemu dengan Juan disekolah karena sepengetahuannya Juan selalu menyempatkan diri untuk memantau jalannya latihan dalam kegiatan rohis.
                “ Ya? Ada apa Igna?” Delia menghentikan langkahnya ketika mendapati Ignatia datang dengan wajah bingungnya.
                “ Kamu tahu Juan dimana? Mungkin dia kesekolah untuk liat kalian latihan?”
                “ Engga udah beberapa hari ini Juan gak kelihatan di sekolah Igna, memang kenapa?”
                “ Juan sudah 2 hari tidak menghubungi ku bahkan aku engga tau dimana dia sekarang Del. Aku sudah coba hubungin dia tapi ponselnya gak aktif aku khawatir ada apa-apa sama dia.” Wajah Ignatia seakan menahan semua rasa sedihnya karena kepergian Juan yang secara tiba-tiba darinya , ini merupakan kali pertamanya ia merasakan hal ini,
                “ Sebelumnya kamu ada masalah sama dia? Atau pertikaian kecil diantara kalian?”
                “ Maybe nope…. Aku terakhir ketemu sama dia itu Cuma ngobrolin kalau aku lagi ingin bunga Edelwies tapi gak ada masalah dari itu semua. Setelah itu malamnya kita masih telfonan gak kesangka paginya dia sama sekali gak kasih aku kabar” Kini airmata yang sejak tadi Ignatia tahan telah membahasi pipinya , Delia binggung apa yang harus ia lakukan selain mencoba menenangkan Ignatia yang sudah menangis terisak.
                “ Insyaallah gak akan terjadi apa-apa sama Juan kok Na , kamu Positif saja yaah udah dong jangan nangis tenangin diri kamu mungkin ada sebuah hal yang gak bisa Juan katakan atau belum siap untuk itu semua.”
                “ Aku tahu kok aku sama Juan itu gak akan berjalan happy ending but I want him to be my future, aku mau kok belajar menjadi seorang muslimah. Tapi tidak semudah itu sepertinya orang tua ku? kamu tau mereka berada dan memegang kuat teguh iman sebagai seorang katolik. Bagaimana mungkin semudah itu mereka mengizinkan ku untuk mempelajari agama lain? Orang tua Juan bahkan juga bersikap sama , seakan mereka tidak mau kami bersama. Lantas apa yang harus aku lakukan Del?” tangisan Ignatia semakin pecah , Delia merasakan semua kesedihan itu , semua kesakitan saat mereka sudah mempertahankan semua ini namun harus kandas dan pada akhirnya menyerah pada sebuah keadaan.
                “ Aku dulu sempat seperti kamu , namun sayangnya aku menjadi diposisi Juan dan kamu menjadi diposisi kekasih ku dulu. Kami juga belum lama berakhir baru beberapa bulan lalu. Hubungan kami bahkan sudah sama seperti kalian berjalan selama 5tahun lamanya , namun karena kami berdua terlalu menyerah pada keadaan akhirnya membuat kami memutuskan untuk menjalani jalan kami masing-masing. Aku sama seperti halnya kamu, mendapat sebuah pertentangah keras dari keluarga ku dan dipaksa untuk mengakhiri semua itu.” Ignatia menghentikan tangisannya , dan memfokuskan semua pandangannya kearah Delia yang ternyata pernah mengalami hal yang sama seperti yang dialami dirinya dan Juan.
                “ Lalu yang kamu lakukan? Setelah itu apa yang kamu rasakan?”
                “ Kami mencoba untuk berpisah secara baik-baik. Menjalani jalan masing-masing , mungkin itu adalah sebuah jalan terbaik yang mungkin dapat kami ambil. Sekarang aku dan dia berteman , aku hanya ingat jika jodoh yang allah berikan itu tidak akan diduga dan aku selalu ingat jika jodoh itu gak akan lari kemana. Mungkin saat ini aku dan dia harus terpisah namun someday entah kapan itu terjadi bisa saja allah mempertemukan ku dan dia lagi.”
                “ Namun sungguh sulit jika harus melepaskan semua untuk ku….”
                “ Jika kamu masih akan berjuang begitupun dengan Juan , pertahankan lah semua ini. Aku yakin allah akan memberikan kebahagian untuk kalian berdua.”
                Ignatia erat memeluk Delia dengan tangisan , ya kali ini hanya ada satu orang yang mampu merasakan apa yang benar-benar menjadi sebuah kesakitan baginya. Selama ini orang lain hanya mampu melihatnya bersedih-sedih namun tidak bisa memahami apa sebenarnya yang senantiasa menjadi kesedihannya. Mungkin Delia pun sempat merasakan bagaimana rasanya berada diposisi ketika ia begitu sulit untuk melepaskan sesuatu yang tidak mungkin akan pernah bisa dilepaskan
                                                                                                &&&&
31 Januari 2013…..
                Hari ini Juan telah menyelesaikan perjalannya , rasanya seakan melihat semua ciptaan yang tuhan ciptakan begitu indah. Juan melepaskan kelelahannya sesaat melihat sebuah foto dirinya bersama dengan Ignatia yang sengaja ia bawa untuk melepaskan rasa rindu kepada gadisnya itu. Setelah beristirahat Juan dengan beberapa rekannya bergegas untuk menjalankan rencanya awal mengapa ia mendaki sejauh ini.
                Setelah turun kesebuah padang bunga sungguh Juan merasakan sebuah kelegaan karena ia telah melihat ribuan atau bahkan hamparan bunga Edelwies yang berada didepannya. Seharusnya ia membawa Ignatia ikut serta bersamanya agar Igantia dapat melihat semua hamparan Edelwies yang sangat ia inginkan.
                “ ini kan gabisa diambil?” salah satu dari rekan Juan memberi tahukan Juan Jika edelwies bukanlah bunga yang dapat dibawa pulang.
                “ terus gimana? Sebatang aja yah yah? Tolong?” wajahnya sangat memelas saat meminta Edelwiesnya walau hanya satu batang asalkan ia dapat membawanya untuk Ignatia.
                “ Hmmm gimana?” beberapa penjaga disitu pun akhirnya berdiskusi untuk mencari jawaban akan permintaan anak muda ini.
                “ Hanya satu batang….” Wajahnya kembali dibuat seakan ia minta dikasihani.
                “ 1 batang? Yaudahlah bawa deh inget 1 batang gak banyak-banyak?”
                “ Yaallah makasih makasih paaaaak!!!!!!!” seketika Juan loncat kegirangan karena mampu menepati janjinya untuk kekasihnya itu. Ini akan menjadi sebuah kenangan yang memang terindah karena ia mampu memberikan apa yang diinginkan oleh Ignatia.
                Setelah mendapatkan itu , Juan kembali untuk membuat sebuah film pendek sebagai hadiah ulang tahun untuk Ignatia , hanya ini yang mampu ia berikan untuk Ignatia bukan sebuah cincin berlian maupun barang-barang berharga melainkan sebuah perjalanannya untuk mendapatkan apa barang yang diinginkan oleh kekasinya itu.
                Semua telah ia lakukan kini adalah saat kembali kebawah dan kembali ke Jakarta lalu memberikan sebuah kejutan kecil namun bernilai besar bagi Juan untuk Ignatia. Sebatang Edelwies yang mungkin tidak bernilai dibandingkan banyak sekali hadiah yang didapatkan oleh Ignatia mungkin menjadi sebuah kado terspecial karena butuh sebuah perjuangan besar demi mendapatkan bunga ini.

1 Januari 2014.
                Tahun sudah berganti , semalam menjadi sebuah moment yang memang tidak begitu special , tahun-tahun sebelumnya Ignatia menghabiskan pergantian malam tahun baru ini bersama dengan Juan namun tidak untuk tahun ini. Sampai saat ini pun Ignatia belum mendapatkan kabar dimana keberadaan Juan berada, besok adalah hari lahir Ignatia biasanya Juan akan memberikan atau bahkan mempersiapkan sesuatu untuknya namun untuk tahun ini mungkin Ignatia tidak berharap lebih , baginya kehadiran Juan pun berada di pestanya sudahlah lebih dari cukup.
                “ Kok murung? Masih tahun baru loh masa sudah murung?” seorang wanita paruh baya menghampirinya yang terdiam duduk disebuah ayunan kayu ditaman belakang rumah.
                “ Juan mah sampai sekarang Juan pun gak kasih kabar dimana dia mah sama Igna…..”
                “ Lalu bagaimana? Sudah Tanya keteman-temannya?” sekali lagi wanita itu mencoba untuk menenangkan putrinya seakan memberikan putrinya sebuah sinyal jika seseorang yang sangat ia khawatirkan akan baik-baik saja.
                “ Sudah , semua temannya tidak tahu dimana Juan sekarang……”
                “ Yaudah dia pasti baik-baik saja percaya deh sama mamah yah” wanita itu lalu memeluk erat putrinya , rasanya memang sungguh berat untuk merelakan putri kesayangannya yang sejak kecil ia didik untuk menjadi wanita pemegang teguh kesetiaannya pada ajaran katolik harus ia lepaskan demi kebahagiaan bersama dengan pria yang ia cintai kelak nantinya. Sungguh sulit jika menyadari putrinya akan benar-benar ia lepaskan namun ini semua untuk sebuah kebahagiaan yang akan digapai oleh Ignatia semata.
                “ Mah bagaimana jika aku benar-benar bersama dengannya? Apakah mamah mengizinkan ku?”
                “ Ya.. mamah memilih kebahagian mu , meski berat rasanya melepaskan sebuah anugrah yang tuhan berikan untuk mamah dikeluarga ini , mamah berharap jika kamu mampu berpegang teguh dalam hal ajaran yang memang telah mamah berikan kepada mu sayang. Rasanya memang sulit melihat seorang anak yang diharapkan selalu bersama dalam komitmen beragama dengan keluarganya direlakan untuk memilih agama lain. Namun jika itu yang mampu membuat kamu bahagia mamah ikhlas akan semua itu.” Theresia memeluk erat putrinya , tanpa ia sadari airmatanya pun membasahi pundak Ignatia , ia menyadari jika Ibunya menangis entah apakah memang ibunya sudah benar-benar mampu melepaskan putrinya untuk kebahagiaan atau malah belum merelakan sepenuhnya untuk hal itu.
                “ Mamah benar-benar merelakan ku untuk bersama dengan Juan?” Ignatia menatap wajah ibunya masih tersisa butir air mata menggenangi pipi Theresia.
                “ Jika semua demi semua kebahagiaan mu , mamah ikhlas jika harus melepaskan mu nak.” Ignatia tidak kuasa menahan semua kesedihan karena ibunya telah memberinya izin untuk memilih cintanya dibandingkan mempertahankan agamanya.

2 Januari 2014….
                Hari ini merupakan hari kelahiran Ignatia , ia mengadakan sebuah pesta kecil disebuah café yang terletak dibilangan Jakarta , beberapa temannya sudah datang memenuhi undangan termaksud dengan Delia yang ternyata datang seorang diri tanpa ditemani oleh Juan , padahal Ignatia berharap jika Delia telah menghubungi Juan dan membawanya untuk bertemu dengan Ignatia. Ignatia terus menerus mencari sosok Juan berharap ia ingat hari ini adalah ulang tahunnya namun dikerumunan keramaian yang ada Juan tetap saja tidak terlihat. Ignatia memastikan jika Juan tidak akan hadir hari ini.
                Namun tiba-tiba lampu padam hanya sebuah layar projector yang menyala diiringi dengan beberapa lagu romance yang diputar seakan sengaja….. disebuah layar terlihat sosok yang benar-benar sudah sangat Ignatia kenal……

………this for my queen of my life……..
……..she was change my life when first I saw her…………
……….Maria Ignatia Jessilian………….
            Haaaaiiii , seorang wanita yang bernama Maria Ignatia Jessilian , ini adalah hari pertama ku di stasiun gambir untuk pergi ketempat yang memang belum bisa ku katakan kepada mu. Aku sengaja membuat sebuah documenter ini untuk mu. Maaf jika sebelumnya aku tidak mengatakan kemana aku menghilang.
            Hari ini aku menaiki kereta sampai kesebuah tujuan tapi maaf jika dalam pengeditan gambar aku masih merahasiakan kemana aku akan pergi……………..
            Days 2………
            Ini hari kedua dimana aku melakukan perjalanan ku , can u see? Menakjubkan bukan? Aku menaiki sebuah jeep untuk mengunjungi sebuah tempat. Nanti semua akan ku beritahukan diakhir aku membuat documenter ini………
            Days’3……………………………..
            Haaaiiiiii? Hari ini merupakan hari ke-3 ku melakukan perjalan ketempat yang mungkin akan cukup berharga untuk ku dan mungkin untuk dirimu. Sebuah tempat yang akan mewujudkan apa yang kau inginkan dari ku. mungkin aku tidak mampu memberikan mu sebuah barang berharga , maupun sebuah barang mewah yang mencengankan tapi aku akan memberikan mu ini……………………..
Juan menunjukan sebuah hamparan bunga Edelwies yang bermekaran diperjalanannya untuk mendapatkan sebatang Edelwies sesuai dengan permintaan Ignatia
            For my angel…… mungkin sebatang Edelwies ini memang tidak cukup berharga bahkan sama sekali tidak bernilai namun untuk ku , ini sangat membuat ku mampu membahagiakan mu karena tidak mudah untuk ku mendapatkan semua ini. Butuh perjuangan yang cukup untuk mendapatkan ini , karena aku tidak ingin membuat seorang wanita yang bersama ku merasa kecewa ketika aku tidak mampu memberikan apa yang ia mau. Kamu bahkan baru sekali ini menuntut ku untuk memberikan kamu sesuatu kan? Maka dari itu aku ingin menuruti apa yang kamu miliki……………….

            “ Ignatia , ini sebatang Edelwies yang sengaja ku dapatkan dipuncak gunung , untuk mu. Maaf sudah membuat mu merasakan khawatir karena beberapa hari kepergian ku tanpa kabar , membuat mu cemas dengan keadaan ku tapi semua ini memang ku lakukan hanya untuk mu. Maria Ignatia Jessilian”  Juan datang dari arah layar dengan sebatang Edelwies yang ia genggam untuk kekasihnya , kedatangannya tiba-tiba membuat semua orang terkejut dan terkesan dengan apa yang ia lakukan untuk Ignatia , sebuah pembuktian cintanya terhadap Ignatia telah ia lakukan dan ia tunjukan didepan semua teman-temannya bahkan semua keluarga Igantia.
                Ignatia yang tidak kuasa menahan tangisnya karena melihat semua itu , ia tersenyum seakan ia bangga memiliki sosok pria seperti Juan yang ternyata memberikannya sebuah hadiah istimewa yang bahkan melebihi apapun.
                “ Aku gak bisa ngomong apa-apa lagi. Aku gak bisa berkata apa-apa lagi , this so awesome entah bagaimana aku bisa untuk menyangka kalo ini akan terjadi but. Thanks you somuch dear I love you more than those three word……”  
                Di hadapan banyak orang, Juan memberanikan diri untuk mengungkapkan sesuatu kepada Ignatia yang memang sangat cepat untuk remaja seumuran mereka. Juan berlutut dihadapan Ignatia yang menitikan airmata karena sebuah kejutan yang tidak pernah ia duga sebelumnya akan terjadi. Juan mengeluarkan sebuah cincin dari saku jasnya dan memperuntuhkan cincin imitasi yang ia miliki itu untuk gadis yang kini ada dihadapannya.
                “ mungkin ini hanyalah sebuah cincin imitasi yang tiada harganya dimata siapapun. Bukan sebuah emas atau perak yang aku berikan untuk kamu sebagai lambing pengikat antara kamu dan aku menjadi kita. Namun satu pinta ku, yang sangat ku mohon kepadamu. Tolong tetap jaga cincin ini, karena aku akan menggantinya dengan sebuah permata intan sebagai bukti aku akan mengikat mu sebagai pendamping ku kelak nanti………”
                Semua tamu yang datang terkesimah dengan apa yang lakukan oleh Juan betapa Juan memiliki sebuah keberanian dan gentle ketika mampu mengungkapkan semua itu didepan banyak halayak, sesungguhnya bukan hal mudah untuk mengatakan semua itu perlu sebuah keyakinan dan kesungguhan tentu saja dengan keberanian penuh dalam mengatakan semua itu. Ignatia memang selalu membuat para temannya iri karena memiliki kekasih seperti Juan, tidak hanya mempunyai paras yang sempurna namun Juan pun memiliki sebuah hati yang tulus, dan lagi Ignatia patut membanggakan dirinya karena ia  memiliki Juan sebagai pria yang kelak nantinya menjadi pemimpin didalam kehidupan bersama yang akan ia jalani nanti.

                Ini memang bukan akhir namun menjadi sebuah awal dimana sebuah kisah, sebuah cerita dan lika-liku kisah cinta mereka dimulai sesungguhnya masih banyak rintangan yang menanti mereka didepan sana. Ya terutama benteng yang membatasi antara mereka untuk mempersatukan diri menjadi satu. Sebuah perbedaan keyakinan yang sangat jelas sudah menjadi sebuah rintangan besar yang mereka lalui, hanya ada 2 pilihan. Bertahan atau menyerah? Jika bertahan bukankah itu akan terasa sia-sia? Namun jika menyerah bukankah pengorbanan yang telah lama dilakukan pun sia-sia jika pada akhirnya semua akan berakhir sia-sia tanpa ada hasil?


******************************************To Be Continued*********************************************