Wednesday, 21 October 2015

One regret past.

Pernah mendengar sebuah kalimat………..
“ apa yang ditakdirkan menjadi milik mu entah ia akan pergi saat ini namun disuatu hari nanti ia akan kembali kepadamu.
            Dulu gue sempat berfikir jika kalimat ini merupakan kalimat yang akan menyihir seseorang yang telah pergi dari hidup kita tapi jika ia ditakdirkan untuk kita maka ia akan kembali lagi. Penyesalan terbesar datang karena gue terlalu mendambakan kalimat itu, bukannya mau menyalahkan tuhan atau sebuah agama mayoritas  yang mempercayai akan kalimat ini, namun karena diri gue yang memang terlalu menyepelekan tentang hidup. Gue tahu jika penyesalan datang dibelakang, jika penyesalan ada didepan tidak akan pernah mungkin ada manusia yang akan belajar tentang kesalahan yang telah diperbuat.
            Nama gue Anne seorang Mahasiswi Strata 2 di sebuah Universitas Negeri di Kota Kembang Bandung, gue berdomisili di Jakarta namun karena kesempatan yang berlian ini datang maka gue memutuskan untuk mengejar apa yang gue impikan sejak dulu. Kecintaan gue terhadap sebuah sastra membuat gue menjadi seorang sastrawati yang mendapat beasiswa berada di Universitas ini.
            Sudah hampir 2tahun gue menyelesaikan kuliah gue dan ini merupakan tahun terakhir gue sebagai seorang mahasiswi. Izinkan gue berbagi cerita untuk kehidupan yang gue miliki dulu, ya dulu saat-saat ke egoisan menang diri gue dan meninggalkan bekas sebuah penyesalan yang hingga saat ini masih sangat gue rasakan.
            Dulu gue sempat menjalin hubungan dengan seorang pria yang sangat teramat memiliki hati seperti seorang malaikat, dia seorang pria yang sangat mengerti wanitanya, seorang pria yang sangat sabar dalam menghadapi wanitnya dan seorang pria yang berhati besar rela jika wanitanya bermain dibelakangnya dengan pria lain.
            Junot , ya masih teringat jelas tentang seseorang yang pernah mengisi hari-hari gue penuh dengan warna. Tiba-tiba teringat betapa bodohnya gue menyia-nyiakan pria yang nyatanya memang sangat mengerti tentang gue.
Disuatu hari…..
            “ Kamu tahu enggak sih berapa lama aku nunggu kamu? Kamu enggak paham aku takut kalo nanti digangguin anak-anak punk yang ada dilampu merah sana.”
            “ Ann, maaf banget tadi aku bener-bener sibuk dan ada beberapa urusan yang harus aku selesain makannya aku baru bisa jemput kamu Ann….”
            “ Alasan klasik banget sih! Yaudah biarin aku naik taxi sendiri! Kamu pulang deh sana jangan harap bisa hubungin aku lagi! “
            Terdengar sangat childish bukan? Itulah sifat yang ada didalam diri gue dulu, saat itu memang Junot sangat sulit menerima panggilan maupun pesan dari ku bahkan aku mencoba beberapa kali menghubungi teman satu kampusnya dulu namun beberapa sahabat dekatnya memberitahukan ku jika Junot tidak masuk kelas hari itu. Memuncak semua emosi yang gue rasakan saat itu, Junot berbohong jika ia memiliki beberapa kesibukan dan urusan hingga ia menggabaikan panggilan serta telfon ku.
            “ tadi Junot titip ini, setelah kamu pergi ke kampus. Dan ada sesuatu yang Junot berikan untuk kamu dikamar”
Mamah memberikan sebuah kaset cd yang Junot titipkan melalui mamah dan mamah memberitahu jika ada sesuatu yang Junot berikan dan ada dikamar gue saat itu.
            “ Ann, happy anniversary untuk kesekian kalinya, maaf juga telah membuat kamu menjadi sedikit moodyan karena ulah ku yang sangat tidak memperdulikan mu beberapa minggu ini, ada maksud lain yang tidak dapat aku jelaskan. Ann maaf jika hanya ini yang bisa aku berikan untuk kamu. Tapi semua ini tidak aku dapatkan dari uang orang tua ku, sungguh aku bersusah payah mencari uang untuk semua itu. Sekali lagi aku minta maaf bukannya aku mau mengabaikan kamu tapi untuk inilah aku bersikap seperti itu. I love you for athousand more Ann.”
            Ketika teringat tentang itu rasanya gue ingin menangis dan menyalahkan diri gue sepenuhnya, terlebih saat gue mencari tahu apa yang sebenarnya dikerjakan Junot untuk mendapatkan semua ini. Dulu saat kami makan disalah satu Mall di Jakarta aku sempat melihat sebuah took tas dan jam yang memang sangat mencuri perhatian ku, namun apadaya aku masih menyandang status seorang mahasiswi yang harus sangat mengirit pengeluaran ku. Entah darimana Junot tahu jika aku sangat menginginkan barang itu. Saat anniversary kamo yang ke 7tahun Junot mengadiahkan itu untuk ku, terkejut memang , dan merasa sangat bersalah jika baru saja aku memaki dirinya dan memutuskan kembali kerumah sendiri setelah ia mencoba meluangkan waktunya untuk menjemput ku.
            “ Ann, kamu masih marah? Ann maaf.,… bukan itu maksud aku.”
            “ Kamu ngapain sih beliin barang-barang itu? Aku tahu itu mahal! Dan aku tahu kamu gak pakai uang orang tua kamu! Terus darimana kamu dapat barang itu? “
            “ Aku kerja Ann, sepulang kuliah aku mengajar beberapa orang untuk kursus Bahasa inggris dan mengajar matematika untuk siswa SD. Semua ku lakukan untuk membuat kamu senang Ann, aku tahu sewaktu di Mall kamu memperhatikan barang itu makannya aku coba untuk mengumpulkan uang demi kamu. Belum lagi aku mejadi seorang supir dikampus untuk teman ku dan hasilnya rumayan aku bisa membelikan itu dengan jerih payahku sendiri Ann, karena aku tahu kamu mungkin tidak suka jika aku menghabiskan uang orang tua ku untuk membelikan kamu sesuatu hadiah”
            Tuhan mengapa aku sangat bodoh? Sekali lagi aku teringat tentang itu. Dan semakin diriku merasakan kebodohan yang telah aku dapati kepahitannya saat ini
            Setelah beberapa tahun kami berjalan mengarungi hubungan kami, aku memang sempat mengenal seorang laki-laki yang berada disatu fakultas dengan ku, ia tahu jika aku memiliki seorang kekasih dan ia pun tahu siapa pacarku. Namun hubungan kami menjadi sangat akrab bahkan sangat mesra, aku beberapa kali berbohong kepada Junot saat akan pergi bersama dengan Rafael, Junot memang tidak pernah mengekang ku dan tidak bersikap over protect terhadap diriku, maka dari itu aku bebas dan aku tidak perlu merasa takut jika Junot mencurigai apa yang sebenarnya aku lakukan dibelakangnya.
            Tapi sebuah pepatah mengatakan. Sepintar-pintarnya menyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga

Hari itu…….
            Gue berniat untuk pergi ke bioskop bersama dengan Rafael , tanpa sepengetahuan Junot. Namun ada sebuah perasaan yang sangat mengganggu hati gue, entah apa itu tapi gue tidak terlalu memikirkan semua yang gue rasakan. Rafael memang terlihat memperhatikan gue dan sangat menunjukan jika ia menyukai gue. Rasa jenuh memang ada saat itu, rasa jenuh dihati gue dengan hubungan yang terjalin lama bersama Junot. Sampai akhirnya gue memutuskan untuk menjalin kasih dengan Rafael. Namun tiba-tiba ada satu pesan yang gue terima dan membuat jantung gue terasa terhenti saat itu juga
Junot:
            Ann, kamu dimana? Kok aku kayak lihat kamu, coba deh kamu tengok ke belakang. Aku ada dibelakang cowok yang pakai kemeja hitam samping kamu.
            Itu kali pertama gue ketahuan sama Junot kalau gue jalan dengan laki-laki lain tanpa sepengetahuan dia. Rafael pun memutuskan untuk membatalkan janjinya hari ini, Junot membawa gue untuk bicara berdua dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
            “ Jun, aku minta putus “
            “ Loh kenapa? Aku mau denger penjelasan kamu dulu, aku bakal jadi pendengar kamu kok.”
            “ Aku mau kamu putusin aku, aku udah gak setia Jun sama kamu jadi buat apa kalau aku masih sama kamu. Aku udah gak pantes buat kamu.”
            “ Aku tahu kok kamu ngomong kayak gini karena takut aku marah? Tentu bukan kamu yang salah tapi bajingan itu, dia pasti tahu kan kamu punya aku? Dan dia tahu juga kan kalau aku pacar kamu. Aku gak bakal putusin kamu, buat apa 8tahun yang kita jalanin ini? Aku tahu kamu gak salah Ann, aku akan kasih kesempatan buat kamu.”
            Lagi-lagi tetesan airmata gue membasahi pipi disaat mengingat hal yang sangat teramat bodoh yang gue lakukan kembali. Betapa gue harus mendapati segala penyesalan ini.
            Hari ini ada sebuah pameran di Universitas gue, pameran tentang karya seni yang berhubungan dengan lukisan. Gue mencoba untuk sekedar berkeliling melihat beberapa karya seni anak bangsa yang ternyata patut mendapat apresiasi penuh dari pemerintah.
            “ Anne,”
Suara itu gue dengar dari seorang pria dibalik jas hitam yang tepat berdiri dihadapan gue saat ini. Junot. Setelah hampir beberapa tahun setelah perpisahan kami ia datang kembali menyapa ku ditempat ini, tempat yang jauh dari semua kenangan kami berada.
            “ Aku sudah dari tadi mencari-cari kamu.”
Entah apa yang ada didalam fikiran dan hati ku saat Junot mengatakan hal itu, aku berfikir tentang hadist yang pernah ku dapatkan dari seorang teman saat berada di lingkungan ibadah.
            “ Ada apa kamu kesini? “
            “ Bisa keluar sebentar untuk ngobrol? “
Aku dan Junot memutuskan untuk berbicara di taman belakang kampus tempat beberapa mahasiswa mengabiskan waktu untuk berkutik dengan tugas mereka,
            “ Ada apa? “
Aku dengan terbatah-batah mengatakan hal itu seakan canggung dengan pertemuan pertama kami kembali.
            “ Apa kabarmu?”
Sapaan hangat kembali, yang dulu pernah ku dengar ya…. Dulu.
            “ Baik. Bagaimana dengan kamu? Sudah memiliki kekasih lain? “
            “ Aku pun sama. Sebenarnya ini yang ingin ku sampaikan untuk kamu Ann.”
Terasa seperti tersambar petir disiang hari, Junot memberikan undangan pernikahannya dengan seorang wanita bernama Sivia yang akan berlangsung pekan depan di Jakarta. Entah apa yang harus ku katakan, entah apa yang saat ini ku rasakan saat melihat nama sosok pria yang dahulu ada disisi ku, yang dulu ada didalam hidup ku, pria yang akan berjuang untuk kehidupan layak bersama ku dan pria yang selalu mengutamakan ku disbanding dengan segala hal. Saat ini akan naik kepelaminan bersama dengan wanita lain.
            “ Aku sengaja mencari kamu bukan untuk membuat hati kamu sakit Ann, tapi maaf..”
            “ Maaf untuk apa Jun? bisakah kamu berjanji kepada ku? Mimpi yang dulu sempat kita miliki bisakah kamu wujudkan bersama dengan wanita ini? Jaga dia seperti kamu menjaga ku dulu, cintai dia seperti kamu mencintai aku dulu , jangan pernah membuat nya menangis seperti kamu yang selalu menyeka airmata ku disaat aku menangis. Bahagiakan dia seperti apa upaya kamu yang telah kamu tunjukan untuk ku dulu.”

Bukan ketegaran itu yang sebenarnya aku tunjukan, ya kepalsuan itu ku tunjukan untuk menutupi kesedihan serta semua penyesalan yang telah ku lakukan dulu. Seandainya. Haha kalimat seandainya memang pasti ku ucapkan jika balasan telah ku dapatkan. memang penyesalan ada di akhir, jika penyesalan berada di awal seseorang taakan pernah belajar dari kesalahan yang ia perbuat dimasa lampau untuk menjadi sosok yang lebih baik untu masa depannya- Mvs.13

No comments:

Post a Comment