Pernah mendengar sebuah kalimat………..
“
apa yang ditakdirkan menjadi milik mu entah ia akan pergi saat ini namun
disuatu hari nanti ia akan kembali kepadamu.
Dulu gue sempat
berfikir jika kalimat ini merupakan kalimat yang akan menyihir seseorang yang
telah pergi dari hidup kita tapi jika ia ditakdirkan untuk kita maka ia akan
kembali lagi. Penyesalan terbesar datang karena gue terlalu mendambakan kalimat
itu, bukannya mau menyalahkan tuhan atau sebuah agama mayoritas yang mempercayai akan kalimat ini, namun
karena diri gue yang memang terlalu menyepelekan tentang hidup. Gue tahu jika
penyesalan datang dibelakang, jika penyesalan ada didepan tidak akan pernah
mungkin ada manusia yang akan belajar tentang kesalahan yang telah diperbuat.
Nama gue
Anne seorang Mahasiswi Strata 2 di sebuah Universitas Negeri di Kota Kembang
Bandung, gue berdomisili di Jakarta namun karena kesempatan yang berlian ini
datang maka gue memutuskan untuk mengejar apa yang gue impikan sejak dulu. Kecintaan
gue terhadap sebuah sastra membuat gue menjadi seorang sastrawati yang mendapat
beasiswa berada di Universitas ini.
Sudah
hampir 2tahun gue menyelesaikan kuliah gue dan ini merupakan tahun terakhir gue
sebagai seorang mahasiswi. Izinkan gue berbagi cerita untuk kehidupan yang gue
miliki dulu, ya dulu saat-saat ke egoisan menang diri gue dan meninggalkan
bekas sebuah penyesalan yang hingga saat ini masih sangat gue rasakan.
Dulu gue
sempat menjalin hubungan dengan seorang pria yang sangat teramat memiliki hati
seperti seorang malaikat, dia seorang pria yang sangat mengerti wanitanya,
seorang pria yang sangat sabar dalam menghadapi wanitnya dan seorang pria yang
berhati besar rela jika wanitanya bermain dibelakangnya dengan pria lain.
Junot
, ya masih teringat jelas tentang seseorang yang pernah mengisi hari-hari gue
penuh dengan warna. Tiba-tiba teringat betapa bodohnya gue menyia-nyiakan pria
yang nyatanya memang sangat mengerti tentang gue.
Disuatu
hari…..
“ Kamu tahu enggak sih berapa lama aku nunggu
kamu? Kamu enggak paham aku takut kalo nanti digangguin anak-anak punk yang ada
dilampu merah sana.”
“ Ann, maaf banget tadi aku
bener-bener sibuk dan ada beberapa urusan yang harus aku selesain makannya aku
baru bisa jemput kamu Ann….”
“ Alasan klasik banget sih! Yaudah biarin
aku naik taxi sendiri! Kamu pulang deh sana jangan harap bisa hubungin aku
lagi! “
Terdengar
sangat childish bukan? Itulah sifat
yang ada didalam diri gue dulu, saat itu memang Junot sangat sulit menerima
panggilan maupun pesan dari ku bahkan aku mencoba beberapa kali menghubungi
teman satu kampusnya dulu namun beberapa sahabat dekatnya memberitahukan ku
jika Junot tidak masuk kelas hari itu. Memuncak semua emosi yang gue rasakan saat
itu, Junot berbohong jika ia memiliki beberapa kesibukan dan urusan hingga ia
menggabaikan panggilan serta telfon ku.
“ tadi Junot titip ini, setelah kamu pergi
ke kampus. Dan ada sesuatu yang Junot berikan untuk kamu dikamar”
Mamah memberikan sebuah kaset cd yang Junot titipkan
melalui mamah dan mamah memberitahu jika ada sesuatu yang Junot berikan dan ada
dikamar gue saat itu.
“ Ann, happy anniversary untuk
kesekian kalinya, maaf juga telah membuat kamu menjadi sedikit moodyan karena
ulah ku yang sangat tidak memperdulikan mu beberapa minggu ini, ada maksud lain
yang tidak dapat aku jelaskan. Ann maaf jika hanya ini yang bisa aku berikan
untuk kamu. Tapi semua ini tidak aku dapatkan dari uang orang tua ku, sungguh
aku bersusah payah mencari uang untuk semua itu. Sekali lagi aku minta maaf
bukannya aku mau mengabaikan kamu tapi untuk inilah aku bersikap seperti itu. I
love you for athousand more Ann.”
Ketika
teringat tentang itu rasanya gue ingin menangis dan menyalahkan diri gue
sepenuhnya, terlebih saat gue mencari tahu apa yang sebenarnya dikerjakan Junot
untuk mendapatkan semua ini. Dulu saat kami makan disalah satu Mall di Jakarta
aku sempat melihat sebuah took tas dan jam yang memang sangat mencuri perhatian
ku, namun apadaya aku masih menyandang status seorang mahasiswi yang harus
sangat mengirit pengeluaran ku. Entah darimana Junot tahu jika aku sangat
menginginkan barang itu. Saat anniversary kamo yang ke 7tahun Junot mengadiahkan
itu untuk ku, terkejut memang , dan merasa sangat bersalah jika baru saja aku
memaki dirinya dan memutuskan kembali kerumah sendiri setelah ia mencoba
meluangkan waktunya untuk menjemput ku.
“ Ann, kamu masih marah? Ann maaf.,… bukan itu
maksud aku.”
“ Kamu ngapain sih beliin
barang-barang itu? Aku tahu itu mahal! Dan aku tahu kamu gak pakai uang orang
tua kamu! Terus darimana kamu dapat barang itu? “
“ Aku kerja Ann, sepulang kuliah aku
mengajar beberapa orang untuk kursus Bahasa inggris dan mengajar matematika
untuk siswa SD. Semua ku lakukan untuk membuat kamu senang Ann, aku tahu
sewaktu di Mall kamu memperhatikan barang itu makannya aku coba untuk
mengumpulkan uang demi kamu. Belum lagi aku mejadi seorang supir dikampus untuk
teman ku dan hasilnya rumayan aku bisa membelikan itu dengan jerih payahku
sendiri Ann, karena aku tahu kamu mungkin tidak suka jika aku menghabiskan uang
orang tua ku untuk membelikan kamu sesuatu hadiah”
Tuhan
mengapa aku sangat bodoh? Sekali lagi aku teringat tentang itu. Dan semakin
diriku merasakan kebodohan yang telah aku dapati kepahitannya saat ini
Setelah
beberapa tahun kami berjalan mengarungi hubungan kami, aku memang sempat
mengenal seorang laki-laki yang berada disatu fakultas dengan ku, ia tahu jika
aku memiliki seorang kekasih dan ia pun tahu siapa pacarku. Namun hubungan kami
menjadi sangat akrab bahkan sangat mesra, aku beberapa kali berbohong kepada
Junot saat akan pergi bersama dengan Rafael, Junot memang tidak pernah mengekang
ku dan tidak bersikap over protect terhadap diriku, maka dari itu aku bebas dan
aku tidak perlu merasa takut jika Junot mencurigai apa yang sebenarnya aku
lakukan dibelakangnya.
Tapi sebuah pepatah mengatakan. Sepintar-pintarnya
menyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga
Hari itu…….
Gue berniat
untuk pergi ke bioskop bersama dengan Rafael , tanpa sepengetahuan Junot. Namun
ada sebuah perasaan yang sangat mengganggu hati gue, entah apa itu tapi gue
tidak terlalu memikirkan semua yang gue rasakan. Rafael memang terlihat
memperhatikan gue dan sangat menunjukan jika ia menyukai gue. Rasa jenuh memang
ada saat itu, rasa jenuh dihati gue dengan hubungan yang terjalin lama bersama
Junot. Sampai akhirnya gue memutuskan untuk menjalin kasih dengan Rafael. Namun
tiba-tiba ada satu pesan yang gue terima dan membuat jantung gue terasa
terhenti saat itu juga
Junot:
Ann, kamu dimana? Kok aku kayak
lihat kamu, coba deh kamu tengok ke belakang. Aku ada dibelakang cowok yang
pakai kemeja hitam samping kamu.
Itu kali
pertama gue ketahuan sama Junot kalau gue jalan dengan laki-laki lain tanpa
sepengetahuan dia. Rafael pun memutuskan untuk membatalkan janjinya hari ini,
Junot membawa gue untuk bicara berdua dan menjelaskan apa yang sebenarnya
terjadi.
“ Jun, aku minta putus “
“ Loh kenapa? Aku mau denger
penjelasan kamu dulu, aku bakal jadi pendengar kamu kok.”
“ Aku mau kamu putusin aku, aku udah
gak setia Jun sama kamu jadi buat apa kalau aku masih sama kamu. Aku udah gak
pantes buat kamu.”
“ Aku tahu kok kamu ngomong kayak
gini karena takut aku marah? Tentu bukan kamu yang salah tapi bajingan itu, dia
pasti tahu kan kamu punya aku? Dan dia tahu juga kan kalau aku pacar kamu. Aku gak
bakal putusin kamu, buat apa 8tahun yang kita jalanin ini? Aku tahu kamu gak
salah Ann, aku akan kasih kesempatan buat kamu.”
Lagi-lagi
tetesan airmata gue membasahi pipi disaat mengingat hal yang sangat teramat
bodoh yang gue lakukan kembali. Betapa gue harus mendapati segala penyesalan
ini.
Hari ini
ada sebuah pameran di Universitas gue, pameran tentang karya seni yang
berhubungan dengan lukisan. Gue mencoba untuk sekedar berkeliling melihat
beberapa karya seni anak bangsa yang ternyata patut mendapat apresiasi penuh
dari pemerintah.
“ Anne,”
Suara
itu gue dengar dari seorang pria dibalik jas hitam yang tepat berdiri dihadapan
gue saat ini. Junot. Setelah hampir beberapa tahun setelah perpisahan kami ia
datang kembali menyapa ku ditempat ini, tempat yang jauh dari semua kenangan
kami berada.
“ Aku sudah dari tadi mencari-cari
kamu.”
Entah
apa yang ada didalam fikiran dan hati ku saat Junot mengatakan hal itu, aku
berfikir tentang hadist yang pernah ku dapatkan dari seorang teman saat berada
di lingkungan ibadah.
“ Ada apa kamu kesini? “
“ Bisa keluar sebentar untuk
ngobrol? “
Aku
dan Junot memutuskan untuk berbicara di taman belakang kampus tempat beberapa
mahasiswa mengabiskan waktu untuk berkutik dengan tugas mereka,
“ Ada apa? “
Aku
dengan terbatah-batah mengatakan hal itu seakan canggung dengan pertemuan
pertama kami kembali.
“ Apa kabarmu?”
Sapaan
hangat kembali, yang dulu pernah ku dengar ya…. Dulu.
“ Baik. Bagaimana dengan kamu? Sudah
memiliki kekasih lain? “
“ Aku pun sama. Sebenarnya ini yang
ingin ku sampaikan untuk kamu Ann.”
Terasa
seperti tersambar petir disiang hari, Junot memberikan undangan pernikahannya
dengan seorang wanita bernama Sivia yang akan berlangsung pekan depan di
Jakarta. Entah apa yang harus ku katakan, entah apa yang saat ini ku rasakan
saat melihat nama sosok pria yang dahulu ada disisi ku, yang dulu ada didalam
hidup ku, pria yang akan berjuang untuk kehidupan layak bersama ku dan pria
yang selalu mengutamakan ku disbanding dengan segala hal. Saat ini akan naik
kepelaminan bersama dengan wanita lain.
“ Aku sengaja mencari kamu bukan
untuk membuat hati kamu sakit Ann, tapi maaf..”
“ Maaf untuk apa Jun? bisakah kamu
berjanji kepada ku? Mimpi yang dulu sempat kita miliki bisakah kamu wujudkan
bersama dengan wanita ini? Jaga dia seperti kamu menjaga ku dulu, cintai dia
seperti kamu mencintai aku dulu , jangan pernah membuat nya menangis seperti
kamu yang selalu menyeka airmata ku disaat aku menangis. Bahagiakan dia seperti
apa upaya kamu yang telah kamu tunjukan untuk ku dulu.”
Bukan
ketegaran itu yang sebenarnya aku tunjukan, ya kepalsuan itu ku tunjukan untuk
menutupi kesedihan serta semua penyesalan yang telah ku lakukan dulu. Seandainya.
Haha kalimat seandainya memang pasti ku ucapkan jika balasan telah ku dapatkan.
memang penyesalan ada di akhir, jika penyesalan berada di awal seseorang taakan
pernah belajar dari kesalahan yang ia perbuat dimasa lampau untuk menjadi sosok
yang lebih baik untu masa depannya- Mvs.13
No comments:
Post a Comment