Ada sebuah pepatah yang mengatakan…hmm sepertinya
bukan sebuah pepatah namun lebih tepatnya quotes
yang sering kali gue lihat dikalangan anak muda jaman ini.
Perpisahan
yang paling sedih ialah berpisah karena kematian. Karena sekuat apapun kamu
merindukan ia tidak akan pernah kembali lagi selamanya.
Dan mungkin saat ini gue
percaya dengan semua kalimat itu. Ya kematian, tentu perpisahan yang akan kita
dapatkan, awalnya bersikap takabur akan hal yang dirasakan oleh perpisahan ini
karena mungkin gue belum pernah mengalami semua ini namun memang sakit yang
dirasakan sakit yang memang sulit untuk di ungkapkan oleh sebuah kata. Pertama kali
merasakan apa itu perpisahan oleh sebuah kematian adalah berpisah dengan sosok
yang memang sangat berarti untuk gue seorang kakak yang sungguh teramat gue
cintai. Entah mengapa hingga saat ini rasanya perpisahan itu tidak terjadi, gue
masih merasakan jika dirinya ada diantara gue.
Mungkin bukan hanya gue
yang merasakan sebuah perpisahan terpahit didalam hidup gue, gue kehilangan 2
orang sosok kakak yang memang sekaligus pergi saat itu bersama. Keluarga ,
teman , sahabat dan bahkan orang yang telah menjadi sosok teman special untuk
hari-hari nya mungkin merasakan sebuah kehilangan medalam. Entah mengapa sosok
teman special untuk dia masih tetap menjalin kesetian hingga saat ini. Hari ini
adalah kepergian Yulfa untuk ke 3 tahun, rasanya sudah lama memang tidak
melihat sosok dia berada menyapa atau sekedar bercanda gurau bersama. Sedikit cerita
tentang Aldi , kekasih Yulfa yang sampai saat ini memang sudah mengenal dekat
seluruh keluarga besar gue beberapa perayaan bersama memang sangat sering gue
lalui dengan Aldi.
Namun hal yang membuat gue terkagum
dengan sosok seorang pria seperti dia adalah menjaga kesetiaan yang ia miliki
untuk satu orang wanita. Ya mungkin gue memberikan penilaian besar untuknya.
Gue sangat
jelas mengingat bagaimana perjuangan Aldi untuk kesembuhan Yulfa. Yulfa di
vonis dengan diagnose kanker otak stadium IV yang membuat keluarga sudah harus
melakukan tindakan intensif demi kesembuhannya. 5 bulan Yulfa berada diruang intesif care unit dengan beberapa alat
medis yang memang menyelimuti badan kecilnya.
Yulfa
dan Aldi sudah lama menjalin hubungan sejak mereka duduk dibangku SMA namun
Yulfa mengundurkan diri untuk melanjutkan sekolah, kesepakat itu diambil untuk
kebaikan bersama, terutama untuk kesehatan Yulfa. Bukan hanya mengidap C.A
Yulfa juga memiliki penyakit yang memang aneh, yaitu darahnya sukar membeku
ketika terluka dan ia akan mengalami luka-luka lebam saat kelelahan. Jadi keluarga
kami pun memutuskan untuk Yulfa tetap berada dirumah demi keselamatannya.
Hampir
setiap hari setelah pengunduran dirinya dari sekolah Aldi memang rela setiap
hari membawa beberapa tugas dan mengerjakan bersama dengan Yulfa, sempat berfikir apa ada seseorang yang masih
menerima gadis yang nyatanya sudah tidak lagi berdaya dengan segala penyakit
yang ia idap. Dan pertanyaan dari pemikiran itu terjawab. Aldi yang sudah
gue kenal sangat tulus dalam mencintai Yulfa.
Ingatan
yang memang gue ingat jelas tentang kisah itu adalah disaat kondisi Yulfa yang
sudah sangat kritis. Namun keluarga kami belum merelakan ia pergi, Yulfa masih
tetap berjuang dengan semua alat-alat itu. Saat itu Aldi berada di Malang, ia
diterima di universitas negeri yang berada dikota Malang, namun setiap hari ia
pasti memastikan bagaimana keadaan Yulfa. Mungkin hari itu adalah hari terakhir
dimana gue harus berbicara dengan Yulfa walau kondisi kesadarannya koma namun
pasti Yulfa mendengarkan apa yang gue katakan. Sebelum kepergiaannya mungkin
Yulfa berpesan dan hingga saat ini gue mengingat apa pesan yang ia katakan
untuk gue sebelum kesadarannya memburuk.
Keesokan
harinya, kondisinya semakin memburuk bahkan dokter sudah menyerahkan semua
kepada keluarga, untuk melanjutkan perawatan atau melepas seluruh peralatan
yang membantu kehidupan Yulfa. Dan pada akhirnya kami meikhlaskannya pergi. Berat
memang, bahkan gue dan beberapa kakak gue sempat belum percaya dengan semua
itu, apa benar ini yang dinamakan perpisahan terpahit.
“ kak Yulfa meninggal yu? Ah bercanda lo. Baru
aja kemarin tangannya gerak. Gausah ngarang deh” namun perkataan gue
dibalas dengan tangisan oleh Ayu.
Entah
bagaimana dan siapa yang memberitahukan Aldi tentang kepergian Yulfa, sore
itu setelah Yulfa dibawa kerumah duka,
gue sudah melihat sosok Aldi berada dihadapan jenazah kakak yang memang sudah
seperti seorang patner hidup gue. Sosoknya tegar tanpa meneteskan sebutir
airmata, rasanya aneh memang apa yang gue rasakan pun terasa sangat aneh ada
sesuatu perasaan yang tidak mampu di ungkapkan dengan kata-kata dan airmata.
"
Di, yang tegar ya. Ibu pun sudah
mengikhlaskan, Ulfa pun sudah capek. Ikhlaskan dia ya? Ibu tahu Ulfa pasti
berat untuk meninggalkan kamu.” Ibu memang sosok yang tegar, ia sama sekali
tidak menangis ketika tahu putrinya menghembuskan nafas terakhir disaat ia
bersujud untuk meminta kesembuhan putrinya itu.
Selesai
pemakaman disana terlihat jelas bagaimana gue sudah tidak dapat melihat Yulfa
untuk selama-lamanya, ya disitu terasa bagaiaman rasa sakit itu. Barulah gue
sanggup untuk menangis disaat jenazah Yulfa perlahan dikuburkan dan tertutup
oleh tanah. Namun masih saja Aldi tegar melihat Yulfa sosok gadis yang selama
ini menemaninya sudah akan pergi untuk selama-lamanya.
“ semuanya masih sama seperti 3tahun yang lalu…”
“ 3 tahun lalu? Saat kakak pergi? “
“ Masih sama saja, enggak ada yang
berubah sama sekali. Sayang gue , cinta gue , rasa gue , pelukan gue ,
rangkulan gue Cuma untuk dia. Sekarang gue udah membuktikan untuk mendapatkan
gelar ini dek. Yang selama ini Ulfa impikan, seandainya dia masih ada betapa
bangganya dia bisa menyaksikan gue wisuda. Seandainya dulu gue ada disana pasti
setiap hari bahagia rasanya berada disamping dia, walau dia Cuma bisa denger
apa yang gue katakan dan tanpa membalas. Pernah menyalahkan tuhan karena ini
tapi gue sadar didunia ini enggak ada yang sempurna, bahkan daun yang jatuh
sudah ada yang mengatur begitu juga kematian. Entah kapan gue di panggil,
rasanya sangat ingin mengakhiri dulu… pernah mikir buat bunuh diri tapi
tamparan hebat datang ketika gue sholat dan didalam sholat gue Yulfa nangis dan
peluk gue, dia bilang kalau gue gaboleh kayak gitu gue harus kuat dan ikhlas
untuk semua, gue harus banggain orang tua gue , gue harus nunjukin kalau apa
yang gue janjikan untuk dia terwujud. Dari situlah gue berjanji untuk
menyelesaikan strata 1 sampai strata 2 gue dan gak pernah berfikir macem-macem.
Dan gue pun gatau kenapa selalu merasa Ulfa ada disamping gue, selalu semangatin
gue tanpa gue sadari. Dia udah ada disurga, gadis cantik yang bahkan harus rela
ikut kemo dan berkorban kesakitan terus kehilangan rambutnya. Dia wanita
tercantik yang pernah gue miliki, meski banyak orang yang memang menjelekan dia
gue orang pertama yang akan memeluk dia dan membanggakan dia dihadapan
orang-orang yang rela membully dia. Sampai detik ini rasanya gue gak bisa
menaruh hati sama wanita lain. Sulit, buat apa gue cari pendamping lain kalau
gue belum mampu melupakan dia. Gue hanya akan menyakiti cewek itu, gimana
sanggup gue harus menyakiti cewek yang gak bersalah, gue ini pria yang harus
bertanggung jawab. Kalau masalah hati aja masih main-main bagaimana bisa gue
berkomitmen untuk seumur hidup. Gue gak perduli bagaimana orang menilai gue,
yang sulit membuka hati atau bahkan engga akan memiliki kekasih lain lagi. Sama
sekali gue gak mendengarkan suara sumbang dari mereka. karena kesetiaan yang
gue punya memang sudah mutlak gue jalani, ini kemauan gue dan gak ada sebuah
paksaan. Dipisahkan karena restu itu tidak sama sekali sakit, tapi dipisahkan
oleh keadaan dan tidak akan pernah dipertemukan kembali memang sungguh luar
biasa sakit yang akan kamu terima.”
Bagaimana bisa aku
melihat sosok pria yang sangat setia seperti ini bertahan pada satu wanita
walau semua kesuksesan akan ia gapai dan ia dapatkan. dan bahkan sampai detik ini Aldi masih tetap setia mengganti bucket
bunga yang setiap hari ia berikan ke makam Yulfa.
Teruntuk
mu kak, we miss you somuch kak.
No comments:
Post a Comment