Tuesday, 20 October 2015

last meeting

Ada sebuah pepatah yang mengatakan…hmm sepertinya bukan sebuah pepatah namun lebih tepatnya quotes yang sering kali gue lihat dikalangan anak muda jaman ini.
Perpisahan yang paling sedih ialah berpisah karena kematian. Karena sekuat apapun kamu merindukan ia tidak akan pernah kembali lagi selamanya.
Dan mungkin saat ini gue percaya dengan semua kalimat itu. Ya kematian, tentu perpisahan yang akan kita dapatkan, awalnya bersikap takabur akan hal yang dirasakan oleh perpisahan ini karena mungkin gue belum pernah mengalami semua ini namun memang sakit yang dirasakan sakit yang memang sulit untuk di ungkapkan oleh sebuah kata. Pertama kali merasakan apa itu perpisahan oleh sebuah kematian adalah berpisah dengan sosok yang memang sangat berarti untuk gue seorang kakak yang sungguh teramat gue cintai. Entah mengapa hingga saat ini rasanya perpisahan itu tidak terjadi, gue masih merasakan jika dirinya ada diantara gue.
Mungkin bukan hanya gue yang merasakan sebuah perpisahan terpahit didalam hidup gue, gue kehilangan 2 orang sosok kakak yang memang sekaligus pergi saat itu bersama. Keluarga , teman , sahabat dan bahkan orang yang telah menjadi sosok teman special untuk hari-hari nya mungkin merasakan sebuah kehilangan medalam. Entah mengapa sosok teman special untuk dia masih tetap menjalin kesetian hingga saat ini. Hari ini adalah kepergian Yulfa untuk ke 3 tahun, rasanya sudah lama memang tidak melihat sosok dia berada menyapa atau sekedar bercanda gurau bersama. Sedikit cerita tentang Aldi , kekasih Yulfa yang sampai saat ini memang sudah mengenal dekat seluruh keluarga besar gue beberapa perayaan bersama memang sangat sering gue lalui dengan Aldi.
            Namun hal yang membuat gue terkagum dengan sosok seorang pria seperti dia adalah menjaga kesetiaan yang ia miliki untuk satu orang wanita. Ya mungkin gue memberikan penilaian besar untuknya.
            Gue sangat jelas mengingat bagaimana perjuangan Aldi untuk kesembuhan Yulfa. Yulfa di vonis dengan diagnose kanker otak stadium IV yang membuat keluarga sudah harus melakukan tindakan intensif demi kesembuhannya. 5 bulan Yulfa berada diruang intesif care unit dengan beberapa alat medis yang memang menyelimuti badan kecilnya.
            Yulfa dan Aldi sudah lama menjalin hubungan sejak mereka duduk dibangku SMA namun Yulfa mengundurkan diri untuk melanjutkan sekolah, kesepakat itu diambil untuk kebaikan bersama, terutama untuk kesehatan Yulfa. Bukan hanya mengidap C.A Yulfa juga memiliki penyakit yang memang aneh, yaitu darahnya sukar membeku ketika terluka dan ia akan mengalami luka-luka lebam saat kelelahan. Jadi keluarga kami pun memutuskan untuk Yulfa tetap berada dirumah demi keselamatannya.
            Hampir setiap hari setelah pengunduran dirinya dari sekolah Aldi memang rela setiap hari membawa beberapa tugas dan mengerjakan bersama dengan Yulfa, sempat berfikir apa ada seseorang yang masih menerima gadis yang nyatanya sudah tidak lagi berdaya dengan segala penyakit yang ia idap. Dan pertanyaan dari pemikiran itu terjawab. Aldi yang sudah gue kenal sangat tulus dalam mencintai Yulfa.
            Ingatan yang memang gue ingat jelas tentang kisah itu adalah disaat kondisi Yulfa yang sudah sangat kritis. Namun keluarga kami belum merelakan ia pergi, Yulfa masih tetap berjuang dengan semua alat-alat itu. Saat itu Aldi berada di Malang, ia diterima di universitas negeri yang berada dikota Malang, namun setiap hari ia pasti memastikan bagaimana keadaan Yulfa. Mungkin hari itu adalah hari terakhir dimana gue harus berbicara dengan Yulfa walau kondisi kesadarannya koma namun pasti Yulfa mendengarkan apa yang gue katakan. Sebelum kepergiaannya mungkin Yulfa berpesan dan hingga saat ini gue mengingat apa pesan yang ia katakan untuk gue sebelum kesadarannya memburuk.
            Keesokan harinya, kondisinya semakin memburuk bahkan dokter sudah menyerahkan semua kepada keluarga, untuk melanjutkan perawatan atau melepas seluruh peralatan yang membantu kehidupan Yulfa. Dan pada akhirnya kami meikhlaskannya pergi. Berat memang, bahkan gue dan beberapa kakak gue sempat belum percaya dengan semua itu, apa benar ini yang dinamakan perpisahan terpahit.
            “ kak Yulfa meninggal yu? Ah bercanda lo. Baru aja kemarin tangannya gerak. Gausah ngarang deh” namun perkataan gue dibalas dengan tangisan oleh Ayu.
            Entah bagaimana dan siapa yang memberitahukan Aldi tentang kepergian Yulfa, sore itu  setelah Yulfa dibawa kerumah duka, gue sudah melihat sosok Aldi berada dihadapan jenazah kakak yang memang sudah seperti seorang patner hidup gue. Sosoknya tegar tanpa meneteskan sebutir airmata, rasanya aneh memang apa yang gue rasakan pun terasa sangat aneh ada sesuatu perasaan yang tidak mampu di ungkapkan dengan kata-kata dan airmata.
            " Di, yang tegar ya. Ibu pun sudah mengikhlaskan, Ulfa pun sudah capek. Ikhlaskan dia ya? Ibu tahu Ulfa pasti berat untuk meninggalkan kamu.” Ibu memang sosok yang tegar, ia sama sekali tidak menangis ketika tahu putrinya menghembuskan nafas terakhir disaat ia bersujud untuk meminta kesembuhan putrinya itu.
            Selesai pemakaman disana terlihat jelas bagaimana gue sudah tidak dapat melihat Yulfa untuk selama-lamanya, ya disitu terasa bagaiaman rasa sakit itu. Barulah gue sanggup untuk menangis disaat jenazah Yulfa perlahan dikuburkan dan tertutup oleh tanah. Namun masih saja Aldi tegar melihat Yulfa sosok gadis yang selama ini menemaninya sudah akan pergi untuk selama-lamanya.
            “ semuanya masih sama seperti 3tahun yang lalu…”
            “ 3 tahun lalu? Saat kakak pergi? “
            “ Masih sama saja, enggak ada yang berubah sama sekali. Sayang gue , cinta gue , rasa gue , pelukan gue , rangkulan gue Cuma untuk dia. Sekarang gue udah membuktikan untuk mendapatkan gelar ini dek. Yang selama ini Ulfa impikan, seandainya dia masih ada betapa bangganya dia bisa menyaksikan gue wisuda. Seandainya dulu gue ada disana pasti setiap hari bahagia rasanya berada disamping dia, walau dia Cuma bisa denger apa yang gue katakan dan tanpa membalas. Pernah menyalahkan tuhan karena ini tapi gue sadar didunia ini enggak ada yang sempurna, bahkan daun yang jatuh sudah ada yang mengatur begitu juga kematian. Entah kapan gue di panggil, rasanya sangat ingin mengakhiri dulu… pernah mikir buat bunuh diri tapi tamparan hebat datang ketika gue sholat dan didalam sholat gue Yulfa nangis dan peluk gue, dia bilang kalau gue gaboleh kayak gitu gue harus kuat dan ikhlas untuk semua, gue harus banggain orang tua gue , gue harus nunjukin kalau apa yang gue janjikan untuk dia terwujud. Dari situlah gue berjanji untuk menyelesaikan strata 1 sampai strata 2 gue dan gak pernah berfikir macem-macem. Dan gue pun gatau kenapa selalu merasa Ulfa ada disamping gue, selalu semangatin gue tanpa gue sadari. Dia udah ada disurga, gadis cantik yang bahkan harus rela ikut kemo dan berkorban kesakitan terus kehilangan rambutnya. Dia wanita tercantik yang pernah gue miliki, meski banyak orang yang memang menjelekan dia gue orang pertama yang akan memeluk dia dan membanggakan dia dihadapan orang-orang yang rela membully dia. Sampai detik ini rasanya gue gak bisa menaruh hati sama wanita lain. Sulit, buat apa gue cari pendamping lain kalau gue belum mampu melupakan dia. Gue hanya akan menyakiti cewek itu, gimana sanggup gue harus menyakiti cewek yang gak bersalah, gue ini pria yang harus bertanggung jawab. Kalau masalah hati aja masih main-main bagaimana bisa gue berkomitmen untuk seumur hidup. Gue gak perduli bagaimana orang menilai gue, yang sulit membuka hati atau bahkan engga akan memiliki kekasih lain lagi. Sama sekali gue gak mendengarkan suara sumbang dari mereka. karena kesetiaan yang gue punya memang sudah mutlak gue jalani, ini kemauan gue dan gak ada sebuah paksaan. Dipisahkan karena restu itu tidak sama sekali sakit, tapi dipisahkan oleh keadaan dan tidak akan pernah dipertemukan kembali memang sungguh luar biasa sakit yang akan kamu terima.”
            Bagaimana bisa aku melihat sosok pria yang sangat setia seperti ini bertahan pada satu wanita walau semua kesuksesan akan ia gapai dan ia dapatkan. dan bahkan sampai detik ini Aldi masih tetap setia mengganti bucket bunga yang setiap hari ia berikan ke makam Yulfa.


Teruntuk mu kak, we miss you somuch kak.

No comments:

Post a Comment