Saturday, 24 October 2015

Second past regret

                “ Dit, kamu inget kan ditempat ini kita jadian? Sekarang ditempat ini juga aku minta putus dari kamu Dit, Dit aku cewek biasa aku punya perasaan sekuatnya seorang perempuan dia punya titik dimana dia sudah harus melepaskan apa yang ternyata semakin membuatnya sakit. Dit aku udah coba untuk mempertahankan semua tapi semua percuma kalau aku hanya berjuang sendirian. Berjuang sendirian itu sakit Dit, sangat teramat sakit.”
Tiba-tiba teringat kalimat itu, ya kalimat dimana seseorang wanita yang dulu mengisi hati gua dan mewarnai hari-hari gua terpaksa harus pergi karena semua ulah dan sikap gua kepada dia. Kebodohan itu gua lakuin pada seorang cewek yang nyatanya sangat mencintai gua , sangat mengerti gua dan sangat membanggakan gua, tapi apa daya gua yang brengsek ini malah menyakiti dan menyia-nyiakan dia.
            Jagalah wanita mu sebelum pria lain menjaganya. Jangan membuatnya dia menangis karena mu karena diluar sana ada ribuan pria yang bisa saja menghapuskan airmata yang ia jatuhkan karena mu.
Benar saja saat ini gua dapati sebuah penyesalan yang mendalam karena kebodohan gua dimasalalu. Devina sudah menemani gua selama 5tahun, dia wanita terkuat yang pernah gua kenal, wanita yang selalu mensupport gua dalam keadaan apapun dan wanita yang setia menemani gua. Devina selalu berkata jujur dan tidak pernah melakukan hal yang aneh seperti meladeni cowok-cowok yang seakan tebar pesona untuk menggodanya. Dia pun selalu membanggakan gua dihadapan keluarga dan temannya. Tapi tidak begitu dengan gua yang sangat acuh kepadanya.
            “ Dit, aku mau tanya ke kamu.”
            “ Apa? “
            “ Kalau cowok kaya gini gimana? “ Sambil menunjukan foto salah satu teman laki-lakinya di bbm yang memasang display picture bersama dengan kekasih wanitanya.
            “ Lebay banget.”
            “ Kok lebay sih? Tau gak kalau cowok kaya gini tuh malah dia menunjukan kalau dia itu punya orang lain dan dia bangga sama ceweknya “
            “ Kamu nyindir aku? Karena aku gapernah pasang Display Picture sama kamu? Jadi kamu anggap aku gak akuin kamu? Lo berlebihan tau gak sih! “
            “ Bu…kaaaan itu maksud aku Dit, maaf ya aku engga bermaksud “
Terkesan sangat amat kasar kata-kata gua kepada Devina saat itu, gua tau dihatinya pasti menangis meski ia terlihat biasa saja dan malah meminta maaf pada gua yang sudah menuduhnya. Dulu Devina selalu check in path dimana kita berada bersama dan membuat caption yang seeakan ia bahagia bisa menghabiskan waktu dengan gua, atau sekedar memberikan ucapan Anniversary di beberapa social media yang ia miliki dengan caption yang baru gua sadari saat ini mengandung banyak harapan dari dirinya untuk hubungan kami dulu.
Pernah beberapa kali kami memiliki masalah karena masalalu Devina, mantan kekasihnya mencoba untuk menghubungi dia kembali dan lagi-lagi gua bersikap ke kanak-kanakan.
            “ Jadi lo deket sama mantan lo lagi? Hebat yah hebat mana omongan lo gak akan selingkuh bulshit!”
            “ Dengerin dulu penjelasan aku Dit, aku sama sekali gak ngegubris dia Dit. Aku berani sumpah!
            “ Makan semua sumpah lo!”
Itu merupakan awal dimana gua mulai jenuh tanpa alasan kepada Devina, gua pun sama sekali tidak mendengarkan semua penjelasan gua bagi gua itu hanya sebuah pembelaannya semata untuk menutupi semua kesalahannya.
Beberapa bulan berjalan, hubungan gua dan Devina makin merenggang, sampai akhirnya gua dikenalin sama cewek bernama Aurel ya anak satu fakultas yang sama dengan gua tapi kita beda kelas, karena gua memiliki sahabat dikelasnya maka sahabat gua mencoba untuk mengenalkan gua dengan Aurel. Kehadiran Aurel memang benar-benar membuat hari-hari gua jadi semangat lagi setelah kejenuhan gua rasakan pada hubungan gua dengan Devina.
            “ Dit, kamu kan masih pacaran sama Devina. Jadi kapan kamu mau putusin dia? “
Aurel terus menerus menanyakan hal itu karena hubungan kami yang sudah terlampau jauh dibelakang Devina. Namun gua belum bisa memutuskan bersama Aurel dan pergi meninggalkan Devina saat itu.
Devina yang terus menerus meminta waktu untuk bertemu gua dan menjelaskan semua hal serta menanyakan bagaimana kelanjutan hubungan kita akhirnya gua iyakan. Pada hari itu gua bertemu dengan Devina disalah satu café favorite kami dulu.
            “ sudah lama banget ya Dit kita gak kesini “
            “ Hmmm “
            “ Kamu bete yah? Maaf yah Dit,”
            “ Bete apaan si, gak jelas tau gak si “
            “ Dit, maaf soal….”
            “ Lo maaf mulu dikit-dikit maaf.” Sebelum Devina melanjutkan perkataannya gua dengan seenaknya memotong ucapan dia dengan kalimat ketus
            “ Dev. Gua mau kita….”
            “ Kamu mau kita putus? “
            “ Iya Dev, aku fikir kita udah enggak ada kecocokan lagi. Apalagi saat denger kamu deket sama mantan kamu aku udah jenuh dan rasa sayang aku ke kamu udah ilang.”
            “ Aku gamau kita putus Dit, aku mau kita tetep jalan Dit, aku akan menggembalikan semua kayak dulu Dit. Aku enggak mau kita pisah sampai disini.”
            “ Kita break ya biar kita bisa punya waktu untuk saling mikir. Jangan saling menghubuungi lagi kita pakai waktu kita untuk sama-sama mikir “
Hari itu dimana hari gua berani untuk meminta break sebagai alasan agar Devina gak ganggu-ganggu gua lagi, rasanya memang risih dengan adanya dia dihari-hari gua saat itu. Gua selalu mengutamakan Aurel saat itu, seperti menjemput nya , pergi menemaninya dan beberapa hal yang disukai Aurel pun selalu gua wujudkan sampai pada suatu hari gua berani memposting gambar bersama dengan dia dengan caption “ Damn I love her.” Hal itu membuat para teman-teman gua berfikir jika hubungan gua dan Devina telah berakhir dan kini gua menjalin hubungan dengan Aurel.
            “ Banci lo!”
Nawa sahabat yang mengenalkan gua dan Devina menarik gua ke toilet kampus yang berada jauh dari keramaian. Nawa bersikap kasar saat menghantam gua dengan kepalan tangannya.
            “ Maksud lo apaan? Main hajar kayak gini! “
            “ Masih nanya apaan? Gua kasih Devina ke elo buat lo jaga bukan buat lo mainin dan lo sakitin. Gua mati-matian bikin dia senyum seenaknya lo buat dia nangis! Bajingan kayak lo gak pantes buat nyakitin cewek sebaik dia!”
            “ Lo tanya sama itu cewek kalo dia gak mulai selingkuh gak akan gua berlaku kayak gini! “
            “ Haha lucu lo! Dia selingkuh! Denger gua dia malah menghindari mantannya dan dia melindungi lo karena dia khawatir mantannya berbuat nekat ke elo! Sebegitu baik sahabat gua rela lo bikin sakit? Bajingan emang lo! Mati-matian Devina pertahanin semua sama lo sampe dia sakit mikirin lo dan puncaknya dia liat lo sama cewek lain? Otak lo dimana kalo lo cowok engga mungkin lo tega sakitin cewek sebaik dia yang rela tahan sakit , yang ngertiin lo disaat lo ngehabisin waktu dan lo asik sendiri sama dunia lo , yang seakan lo gak anggep dia sebagai pacarnya. Yang perlu lo ketahuin saat tahu lo selingkuh yang Devina katakan Cuma lo pasti lagi jenuh sampai kayak gitu, lebih baik gua gak pernah kenalin sahabat gua ke elo. Kalau gua harus liat dia malah merasa sakit kayak sekarang! “
Tamparan hebat gua dapat , bukan hanya terasa diwajah gua namun dihati gua. Setelah tau itu semua rasanya gua mau temuin Devina dan meminta maaf atas semua kesalahan gua. Namun semua terlambat Aurel sudah menuntut gua untuk menjadi kekasihnya walau belum ada kalimat putus antara gua dan Devina namun sudah 4bulan gua berjalan dengan Aurel. Gua fikir Aurel lebih mengerti gua dibanding Devina tapi gua salah, Devina memang yang terbaik dalam hal mengerti diri gua saat ini.
Sampai akhirnya gua bertemu dengan Devina di café kita pertama jadian……….Devina telihat sangat cantik saat ini….
            “Dev, ada yang mau aku omongin “
            “ Aku juga, oh iya gimana sama pacar kamu yang baru ? “
            “ Dev, aku minta maaf sebelumnya…”
            “ Kamu enggak usah minta maaf gitu Dit, aku sudah maafin semua kesalahan kamu kok “ Devina masih saja bisa tersenyum saat gua tahu betapa gua menggores luka dihatinya
            “ Aku sayang sama kamu Dev.”
            “ Dit, kamu inget gak ini tempat pertama kita jadian? “
            “ Iya aku inget Dev.”
            “Sekarang ditempat ini juga aku minta putus dari kamu Dit, Dit aku cewek biasa aku punya perasaan sekuatnya seorang perempuan dia punya titik dimana dia sudah harus melepaskan apa yang ternyata semakin membuatnya sakit. Dit aku udah coba untuk mempertahankan semua tapi semua percuma kalau aku hanya berjuang sendirian. Berjuang sendirian itu sakit Dit, sangat teramat sakit.”
            “ Kasih aku kesempatan sekali lagi Dev aku Janji.”
            “ Maaf Dit, aku gak bisa. Karena semakin aku sama kamu semakin aku merasa sakit. Kayak memeluk duri, semakin aku mendekapnya semakin perih aku rasa. Itu yang aku rasain kalau aku pertahanin sama kamu. Dit, kita punya hidup masing-masing kok. Dit, jangan pernah kayak gini lagi ya nanti ke seseorang yang nantinya bersama dengan kamu. Jangan pernah sia-siakan seseorang yang sangat tulus sama kamu lagi ya.”
Itu kalimat terakhir yang masih saja gua ingat saat Devina meminta get off dan mengakhiri semuanyai. Menyesal memang tapi gua belajar banyak dari segala penyesalan yang gua lakuin dimasalalu dulu. Sudah hamper 2tahun setelah perpisahan kami gua masih merasa sendiri dan tidak dapat membuka hati untuk seseorang lagi. Sampai gua ketahui jika Devina sudah memiliki kekasih lain saat ini, kekasih yang sangat membanggakannya dan kekasih yang sangat mengakui dan terlihat sangat mencintainya. Sakit memang dulu gua yang berada diposisi itu sebagai lelakinya namun ada perasaan senang juga dapat melihat senyumnya kembali walau hanya melihat di beberapa gambar yang ia unggah di Instagram miliknya
            “ Adit? Sendirian aja? “
Jantung gua berhenti berdetak ketika melihat sosok wanita cantik dihadapan gua, itu Devina sudah lama perpisahan kita dan hari ini kami dipertemukan di tempat dimana menjadi saksi hubungan kami dulu.
            “ Abis ketemu klien Dev tapi sekarang sudah selesai. Loh kamu sendirian aja? “
            “ Iya Dit, nunggu Tunangan aku kantornya disebrang dia janji nemuin aku selepas meeting karena kami mau meet up sama WO “
            “ Kamu mau Nikah? Secepat itukah setelah berakhirnya hubungan kita Dev? “
            “ Adit, aku emang dulu engga bisa move on. Tapi aku harus move on, kalau ada seseorang yang menghargai kamu dan seseorang yang menerima kamu dengan semua kekurangan kamu haruskah kamu melewatkannya? Kalau aku masih berada didalam lingkaran masalalu, aku akan kehilangan masadepan ku Dit.”
Memang apa yang dikatakan oleh Devina benar adanya.
            Hargai seseorang yang memang menghargai keberadaan mu serta seseorang yang menerima kamu dengan semua kekurangan kamu tanpa membandingkan mu dengan sosok lain yang lebih indah. Karena baginya kamu lah intan yang bersinar terang diantara beberapa berlian yang ada.
Gua belajar darimasalalu, Hari ini adalah hari pernikahan Devina dan Kekasihnya, setelah pertemuan tidak terduga kami di café beberapa bulan lalu akhirnya gua dan Devina memutuskan untuk berteman kembali. Bahkan Devina mengundang gua untuk menghadiri pernikahannya dengan Denis yang ternyata seorang teman SMA kami dulu, jodoh itu terasa sangat unik memang. Tiba-tiba teringat saat adegan film yang pernah gua tonton didalamnya ada kata-kata

            Ternyata benar, jika kamu mencintai seseorang kamu harus benar-benar melepaskannya bersama orang lain. Dan mengikhlaskan dia bahagia bersama orang lain, biarkan dia tersenyum walau senyuman itu bukan berasal dari hal yang kamu berikan untuknya.

Wednesday, 21 October 2015

One regret past.

Pernah mendengar sebuah kalimat………..
“ apa yang ditakdirkan menjadi milik mu entah ia akan pergi saat ini namun disuatu hari nanti ia akan kembali kepadamu.
            Dulu gue sempat berfikir jika kalimat ini merupakan kalimat yang akan menyihir seseorang yang telah pergi dari hidup kita tapi jika ia ditakdirkan untuk kita maka ia akan kembali lagi. Penyesalan terbesar datang karena gue terlalu mendambakan kalimat itu, bukannya mau menyalahkan tuhan atau sebuah agama mayoritas  yang mempercayai akan kalimat ini, namun karena diri gue yang memang terlalu menyepelekan tentang hidup. Gue tahu jika penyesalan datang dibelakang, jika penyesalan ada didepan tidak akan pernah mungkin ada manusia yang akan belajar tentang kesalahan yang telah diperbuat.
            Nama gue Anne seorang Mahasiswi Strata 2 di sebuah Universitas Negeri di Kota Kembang Bandung, gue berdomisili di Jakarta namun karena kesempatan yang berlian ini datang maka gue memutuskan untuk mengejar apa yang gue impikan sejak dulu. Kecintaan gue terhadap sebuah sastra membuat gue menjadi seorang sastrawati yang mendapat beasiswa berada di Universitas ini.
            Sudah hampir 2tahun gue menyelesaikan kuliah gue dan ini merupakan tahun terakhir gue sebagai seorang mahasiswi. Izinkan gue berbagi cerita untuk kehidupan yang gue miliki dulu, ya dulu saat-saat ke egoisan menang diri gue dan meninggalkan bekas sebuah penyesalan yang hingga saat ini masih sangat gue rasakan.
            Dulu gue sempat menjalin hubungan dengan seorang pria yang sangat teramat memiliki hati seperti seorang malaikat, dia seorang pria yang sangat mengerti wanitanya, seorang pria yang sangat sabar dalam menghadapi wanitnya dan seorang pria yang berhati besar rela jika wanitanya bermain dibelakangnya dengan pria lain.
            Junot , ya masih teringat jelas tentang seseorang yang pernah mengisi hari-hari gue penuh dengan warna. Tiba-tiba teringat betapa bodohnya gue menyia-nyiakan pria yang nyatanya memang sangat mengerti tentang gue.
Disuatu hari…..
            “ Kamu tahu enggak sih berapa lama aku nunggu kamu? Kamu enggak paham aku takut kalo nanti digangguin anak-anak punk yang ada dilampu merah sana.”
            “ Ann, maaf banget tadi aku bener-bener sibuk dan ada beberapa urusan yang harus aku selesain makannya aku baru bisa jemput kamu Ann….”
            “ Alasan klasik banget sih! Yaudah biarin aku naik taxi sendiri! Kamu pulang deh sana jangan harap bisa hubungin aku lagi! “
            Terdengar sangat childish bukan? Itulah sifat yang ada didalam diri gue dulu, saat itu memang Junot sangat sulit menerima panggilan maupun pesan dari ku bahkan aku mencoba beberapa kali menghubungi teman satu kampusnya dulu namun beberapa sahabat dekatnya memberitahukan ku jika Junot tidak masuk kelas hari itu. Memuncak semua emosi yang gue rasakan saat itu, Junot berbohong jika ia memiliki beberapa kesibukan dan urusan hingga ia menggabaikan panggilan serta telfon ku.
            “ tadi Junot titip ini, setelah kamu pergi ke kampus. Dan ada sesuatu yang Junot berikan untuk kamu dikamar”
Mamah memberikan sebuah kaset cd yang Junot titipkan melalui mamah dan mamah memberitahu jika ada sesuatu yang Junot berikan dan ada dikamar gue saat itu.
            “ Ann, happy anniversary untuk kesekian kalinya, maaf juga telah membuat kamu menjadi sedikit moodyan karena ulah ku yang sangat tidak memperdulikan mu beberapa minggu ini, ada maksud lain yang tidak dapat aku jelaskan. Ann maaf jika hanya ini yang bisa aku berikan untuk kamu. Tapi semua ini tidak aku dapatkan dari uang orang tua ku, sungguh aku bersusah payah mencari uang untuk semua itu. Sekali lagi aku minta maaf bukannya aku mau mengabaikan kamu tapi untuk inilah aku bersikap seperti itu. I love you for athousand more Ann.”
            Ketika teringat tentang itu rasanya gue ingin menangis dan menyalahkan diri gue sepenuhnya, terlebih saat gue mencari tahu apa yang sebenarnya dikerjakan Junot untuk mendapatkan semua ini. Dulu saat kami makan disalah satu Mall di Jakarta aku sempat melihat sebuah took tas dan jam yang memang sangat mencuri perhatian ku, namun apadaya aku masih menyandang status seorang mahasiswi yang harus sangat mengirit pengeluaran ku. Entah darimana Junot tahu jika aku sangat menginginkan barang itu. Saat anniversary kamo yang ke 7tahun Junot mengadiahkan itu untuk ku, terkejut memang , dan merasa sangat bersalah jika baru saja aku memaki dirinya dan memutuskan kembali kerumah sendiri setelah ia mencoba meluangkan waktunya untuk menjemput ku.
            “ Ann, kamu masih marah? Ann maaf.,… bukan itu maksud aku.”
            “ Kamu ngapain sih beliin barang-barang itu? Aku tahu itu mahal! Dan aku tahu kamu gak pakai uang orang tua kamu! Terus darimana kamu dapat barang itu? “
            “ Aku kerja Ann, sepulang kuliah aku mengajar beberapa orang untuk kursus Bahasa inggris dan mengajar matematika untuk siswa SD. Semua ku lakukan untuk membuat kamu senang Ann, aku tahu sewaktu di Mall kamu memperhatikan barang itu makannya aku coba untuk mengumpulkan uang demi kamu. Belum lagi aku mejadi seorang supir dikampus untuk teman ku dan hasilnya rumayan aku bisa membelikan itu dengan jerih payahku sendiri Ann, karena aku tahu kamu mungkin tidak suka jika aku menghabiskan uang orang tua ku untuk membelikan kamu sesuatu hadiah”
            Tuhan mengapa aku sangat bodoh? Sekali lagi aku teringat tentang itu. Dan semakin diriku merasakan kebodohan yang telah aku dapati kepahitannya saat ini
            Setelah beberapa tahun kami berjalan mengarungi hubungan kami, aku memang sempat mengenal seorang laki-laki yang berada disatu fakultas dengan ku, ia tahu jika aku memiliki seorang kekasih dan ia pun tahu siapa pacarku. Namun hubungan kami menjadi sangat akrab bahkan sangat mesra, aku beberapa kali berbohong kepada Junot saat akan pergi bersama dengan Rafael, Junot memang tidak pernah mengekang ku dan tidak bersikap over protect terhadap diriku, maka dari itu aku bebas dan aku tidak perlu merasa takut jika Junot mencurigai apa yang sebenarnya aku lakukan dibelakangnya.
            Tapi sebuah pepatah mengatakan. Sepintar-pintarnya menyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga

Hari itu…….
            Gue berniat untuk pergi ke bioskop bersama dengan Rafael , tanpa sepengetahuan Junot. Namun ada sebuah perasaan yang sangat mengganggu hati gue, entah apa itu tapi gue tidak terlalu memikirkan semua yang gue rasakan. Rafael memang terlihat memperhatikan gue dan sangat menunjukan jika ia menyukai gue. Rasa jenuh memang ada saat itu, rasa jenuh dihati gue dengan hubungan yang terjalin lama bersama Junot. Sampai akhirnya gue memutuskan untuk menjalin kasih dengan Rafael. Namun tiba-tiba ada satu pesan yang gue terima dan membuat jantung gue terasa terhenti saat itu juga
Junot:
            Ann, kamu dimana? Kok aku kayak lihat kamu, coba deh kamu tengok ke belakang. Aku ada dibelakang cowok yang pakai kemeja hitam samping kamu.
            Itu kali pertama gue ketahuan sama Junot kalau gue jalan dengan laki-laki lain tanpa sepengetahuan dia. Rafael pun memutuskan untuk membatalkan janjinya hari ini, Junot membawa gue untuk bicara berdua dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
            “ Jun, aku minta putus “
            “ Loh kenapa? Aku mau denger penjelasan kamu dulu, aku bakal jadi pendengar kamu kok.”
            “ Aku mau kamu putusin aku, aku udah gak setia Jun sama kamu jadi buat apa kalau aku masih sama kamu. Aku udah gak pantes buat kamu.”
            “ Aku tahu kok kamu ngomong kayak gini karena takut aku marah? Tentu bukan kamu yang salah tapi bajingan itu, dia pasti tahu kan kamu punya aku? Dan dia tahu juga kan kalau aku pacar kamu. Aku gak bakal putusin kamu, buat apa 8tahun yang kita jalanin ini? Aku tahu kamu gak salah Ann, aku akan kasih kesempatan buat kamu.”
            Lagi-lagi tetesan airmata gue membasahi pipi disaat mengingat hal yang sangat teramat bodoh yang gue lakukan kembali. Betapa gue harus mendapati segala penyesalan ini.
            Hari ini ada sebuah pameran di Universitas gue, pameran tentang karya seni yang berhubungan dengan lukisan. Gue mencoba untuk sekedar berkeliling melihat beberapa karya seni anak bangsa yang ternyata patut mendapat apresiasi penuh dari pemerintah.
            “ Anne,”
Suara itu gue dengar dari seorang pria dibalik jas hitam yang tepat berdiri dihadapan gue saat ini. Junot. Setelah hampir beberapa tahun setelah perpisahan kami ia datang kembali menyapa ku ditempat ini, tempat yang jauh dari semua kenangan kami berada.
            “ Aku sudah dari tadi mencari-cari kamu.”
Entah apa yang ada didalam fikiran dan hati ku saat Junot mengatakan hal itu, aku berfikir tentang hadist yang pernah ku dapatkan dari seorang teman saat berada di lingkungan ibadah.
            “ Ada apa kamu kesini? “
            “ Bisa keluar sebentar untuk ngobrol? “
Aku dan Junot memutuskan untuk berbicara di taman belakang kampus tempat beberapa mahasiswa mengabiskan waktu untuk berkutik dengan tugas mereka,
            “ Ada apa? “
Aku dengan terbatah-batah mengatakan hal itu seakan canggung dengan pertemuan pertama kami kembali.
            “ Apa kabarmu?”
Sapaan hangat kembali, yang dulu pernah ku dengar ya…. Dulu.
            “ Baik. Bagaimana dengan kamu? Sudah memiliki kekasih lain? “
            “ Aku pun sama. Sebenarnya ini yang ingin ku sampaikan untuk kamu Ann.”
Terasa seperti tersambar petir disiang hari, Junot memberikan undangan pernikahannya dengan seorang wanita bernama Sivia yang akan berlangsung pekan depan di Jakarta. Entah apa yang harus ku katakan, entah apa yang saat ini ku rasakan saat melihat nama sosok pria yang dahulu ada disisi ku, yang dulu ada didalam hidup ku, pria yang akan berjuang untuk kehidupan layak bersama ku dan pria yang selalu mengutamakan ku disbanding dengan segala hal. Saat ini akan naik kepelaminan bersama dengan wanita lain.
            “ Aku sengaja mencari kamu bukan untuk membuat hati kamu sakit Ann, tapi maaf..”
            “ Maaf untuk apa Jun? bisakah kamu berjanji kepada ku? Mimpi yang dulu sempat kita miliki bisakah kamu wujudkan bersama dengan wanita ini? Jaga dia seperti kamu menjaga ku dulu, cintai dia seperti kamu mencintai aku dulu , jangan pernah membuat nya menangis seperti kamu yang selalu menyeka airmata ku disaat aku menangis. Bahagiakan dia seperti apa upaya kamu yang telah kamu tunjukan untuk ku dulu.”

Bukan ketegaran itu yang sebenarnya aku tunjukan, ya kepalsuan itu ku tunjukan untuk menutupi kesedihan serta semua penyesalan yang telah ku lakukan dulu. Seandainya. Haha kalimat seandainya memang pasti ku ucapkan jika balasan telah ku dapatkan. memang penyesalan ada di akhir, jika penyesalan berada di awal seseorang taakan pernah belajar dari kesalahan yang ia perbuat dimasa lampau untuk menjadi sosok yang lebih baik untu masa depannya- Mvs.13

Tuesday, 20 October 2015

last meeting

Ada sebuah pepatah yang mengatakan…hmm sepertinya bukan sebuah pepatah namun lebih tepatnya quotes yang sering kali gue lihat dikalangan anak muda jaman ini.
Perpisahan yang paling sedih ialah berpisah karena kematian. Karena sekuat apapun kamu merindukan ia tidak akan pernah kembali lagi selamanya.
Dan mungkin saat ini gue percaya dengan semua kalimat itu. Ya kematian, tentu perpisahan yang akan kita dapatkan, awalnya bersikap takabur akan hal yang dirasakan oleh perpisahan ini karena mungkin gue belum pernah mengalami semua ini namun memang sakit yang dirasakan sakit yang memang sulit untuk di ungkapkan oleh sebuah kata. Pertama kali merasakan apa itu perpisahan oleh sebuah kematian adalah berpisah dengan sosok yang memang sangat berarti untuk gue seorang kakak yang sungguh teramat gue cintai. Entah mengapa hingga saat ini rasanya perpisahan itu tidak terjadi, gue masih merasakan jika dirinya ada diantara gue.
Mungkin bukan hanya gue yang merasakan sebuah perpisahan terpahit didalam hidup gue, gue kehilangan 2 orang sosok kakak yang memang sekaligus pergi saat itu bersama. Keluarga , teman , sahabat dan bahkan orang yang telah menjadi sosok teman special untuk hari-hari nya mungkin merasakan sebuah kehilangan medalam. Entah mengapa sosok teman special untuk dia masih tetap menjalin kesetian hingga saat ini. Hari ini adalah kepergian Yulfa untuk ke 3 tahun, rasanya sudah lama memang tidak melihat sosok dia berada menyapa atau sekedar bercanda gurau bersama. Sedikit cerita tentang Aldi , kekasih Yulfa yang sampai saat ini memang sudah mengenal dekat seluruh keluarga besar gue beberapa perayaan bersama memang sangat sering gue lalui dengan Aldi.
            Namun hal yang membuat gue terkagum dengan sosok seorang pria seperti dia adalah menjaga kesetiaan yang ia miliki untuk satu orang wanita. Ya mungkin gue memberikan penilaian besar untuknya.
            Gue sangat jelas mengingat bagaimana perjuangan Aldi untuk kesembuhan Yulfa. Yulfa di vonis dengan diagnose kanker otak stadium IV yang membuat keluarga sudah harus melakukan tindakan intensif demi kesembuhannya. 5 bulan Yulfa berada diruang intesif care unit dengan beberapa alat medis yang memang menyelimuti badan kecilnya.
            Yulfa dan Aldi sudah lama menjalin hubungan sejak mereka duduk dibangku SMA namun Yulfa mengundurkan diri untuk melanjutkan sekolah, kesepakat itu diambil untuk kebaikan bersama, terutama untuk kesehatan Yulfa. Bukan hanya mengidap C.A Yulfa juga memiliki penyakit yang memang aneh, yaitu darahnya sukar membeku ketika terluka dan ia akan mengalami luka-luka lebam saat kelelahan. Jadi keluarga kami pun memutuskan untuk Yulfa tetap berada dirumah demi keselamatannya.
            Hampir setiap hari setelah pengunduran dirinya dari sekolah Aldi memang rela setiap hari membawa beberapa tugas dan mengerjakan bersama dengan Yulfa, sempat berfikir apa ada seseorang yang masih menerima gadis yang nyatanya sudah tidak lagi berdaya dengan segala penyakit yang ia idap. Dan pertanyaan dari pemikiran itu terjawab. Aldi yang sudah gue kenal sangat tulus dalam mencintai Yulfa.
            Ingatan yang memang gue ingat jelas tentang kisah itu adalah disaat kondisi Yulfa yang sudah sangat kritis. Namun keluarga kami belum merelakan ia pergi, Yulfa masih tetap berjuang dengan semua alat-alat itu. Saat itu Aldi berada di Malang, ia diterima di universitas negeri yang berada dikota Malang, namun setiap hari ia pasti memastikan bagaimana keadaan Yulfa. Mungkin hari itu adalah hari terakhir dimana gue harus berbicara dengan Yulfa walau kondisi kesadarannya koma namun pasti Yulfa mendengarkan apa yang gue katakan. Sebelum kepergiaannya mungkin Yulfa berpesan dan hingga saat ini gue mengingat apa pesan yang ia katakan untuk gue sebelum kesadarannya memburuk.
            Keesokan harinya, kondisinya semakin memburuk bahkan dokter sudah menyerahkan semua kepada keluarga, untuk melanjutkan perawatan atau melepas seluruh peralatan yang membantu kehidupan Yulfa. Dan pada akhirnya kami meikhlaskannya pergi. Berat memang, bahkan gue dan beberapa kakak gue sempat belum percaya dengan semua itu, apa benar ini yang dinamakan perpisahan terpahit.
            “ kak Yulfa meninggal yu? Ah bercanda lo. Baru aja kemarin tangannya gerak. Gausah ngarang deh” namun perkataan gue dibalas dengan tangisan oleh Ayu.
            Entah bagaimana dan siapa yang memberitahukan Aldi tentang kepergian Yulfa, sore itu  setelah Yulfa dibawa kerumah duka, gue sudah melihat sosok Aldi berada dihadapan jenazah kakak yang memang sudah seperti seorang patner hidup gue. Sosoknya tegar tanpa meneteskan sebutir airmata, rasanya aneh memang apa yang gue rasakan pun terasa sangat aneh ada sesuatu perasaan yang tidak mampu di ungkapkan dengan kata-kata dan airmata.
            " Di, yang tegar ya. Ibu pun sudah mengikhlaskan, Ulfa pun sudah capek. Ikhlaskan dia ya? Ibu tahu Ulfa pasti berat untuk meninggalkan kamu.” Ibu memang sosok yang tegar, ia sama sekali tidak menangis ketika tahu putrinya menghembuskan nafas terakhir disaat ia bersujud untuk meminta kesembuhan putrinya itu.
            Selesai pemakaman disana terlihat jelas bagaimana gue sudah tidak dapat melihat Yulfa untuk selama-lamanya, ya disitu terasa bagaiaman rasa sakit itu. Barulah gue sanggup untuk menangis disaat jenazah Yulfa perlahan dikuburkan dan tertutup oleh tanah. Namun masih saja Aldi tegar melihat Yulfa sosok gadis yang selama ini menemaninya sudah akan pergi untuk selama-lamanya.
            “ semuanya masih sama seperti 3tahun yang lalu…”
            “ 3 tahun lalu? Saat kakak pergi? “
            “ Masih sama saja, enggak ada yang berubah sama sekali. Sayang gue , cinta gue , rasa gue , pelukan gue , rangkulan gue Cuma untuk dia. Sekarang gue udah membuktikan untuk mendapatkan gelar ini dek. Yang selama ini Ulfa impikan, seandainya dia masih ada betapa bangganya dia bisa menyaksikan gue wisuda. Seandainya dulu gue ada disana pasti setiap hari bahagia rasanya berada disamping dia, walau dia Cuma bisa denger apa yang gue katakan dan tanpa membalas. Pernah menyalahkan tuhan karena ini tapi gue sadar didunia ini enggak ada yang sempurna, bahkan daun yang jatuh sudah ada yang mengatur begitu juga kematian. Entah kapan gue di panggil, rasanya sangat ingin mengakhiri dulu… pernah mikir buat bunuh diri tapi tamparan hebat datang ketika gue sholat dan didalam sholat gue Yulfa nangis dan peluk gue, dia bilang kalau gue gaboleh kayak gitu gue harus kuat dan ikhlas untuk semua, gue harus banggain orang tua gue , gue harus nunjukin kalau apa yang gue janjikan untuk dia terwujud. Dari situlah gue berjanji untuk menyelesaikan strata 1 sampai strata 2 gue dan gak pernah berfikir macem-macem. Dan gue pun gatau kenapa selalu merasa Ulfa ada disamping gue, selalu semangatin gue tanpa gue sadari. Dia udah ada disurga, gadis cantik yang bahkan harus rela ikut kemo dan berkorban kesakitan terus kehilangan rambutnya. Dia wanita tercantik yang pernah gue miliki, meski banyak orang yang memang menjelekan dia gue orang pertama yang akan memeluk dia dan membanggakan dia dihadapan orang-orang yang rela membully dia. Sampai detik ini rasanya gue gak bisa menaruh hati sama wanita lain. Sulit, buat apa gue cari pendamping lain kalau gue belum mampu melupakan dia. Gue hanya akan menyakiti cewek itu, gimana sanggup gue harus menyakiti cewek yang gak bersalah, gue ini pria yang harus bertanggung jawab. Kalau masalah hati aja masih main-main bagaimana bisa gue berkomitmen untuk seumur hidup. Gue gak perduli bagaimana orang menilai gue, yang sulit membuka hati atau bahkan engga akan memiliki kekasih lain lagi. Sama sekali gue gak mendengarkan suara sumbang dari mereka. karena kesetiaan yang gue punya memang sudah mutlak gue jalani, ini kemauan gue dan gak ada sebuah paksaan. Dipisahkan karena restu itu tidak sama sekali sakit, tapi dipisahkan oleh keadaan dan tidak akan pernah dipertemukan kembali memang sungguh luar biasa sakit yang akan kamu terima.”
            Bagaimana bisa aku melihat sosok pria yang sangat setia seperti ini bertahan pada satu wanita walau semua kesuksesan akan ia gapai dan ia dapatkan. dan bahkan sampai detik ini Aldi masih tetap setia mengganti bucket bunga yang setiap hari ia berikan ke makam Yulfa.


Teruntuk mu kak, we miss you somuch kak.