Sunday, 24 September 2017

SATU HARI DI BULAN JANUARI

Beberapa tahun lalu semua masih terasa indah dan baik-baik saja. Kamu yang sangat mencintai ku senantiasa ada didalam hari-hari ku tuan, hari-hari yang kita lewati begitu indah. Entah bagaimana aku bisa bersyukur aku mendapatkan sosok yang sangat mencintai ku serta sangat menyayangi ku. Beberapa hal selalu membuat ku merasa bahagia di cintai oleh mu, dulu kamu selalu berkata “  terus temani aku “ ya aku ingat akan semua ucapan itu. Aku berjanji akan menemani mu tuan, sungguh aku tidak akan ingkar pada semua janji ku. Januari memang menjadi bulan untuk kita bukan? Dimana pertemuan itu dimulai, apa kau ingat tuan? Bagaimana dulu aku dan kamu bertemu di satu hari pada bulan Januari yang tidak akan pernah dapat ku lupakan. Semua berlalu begitu cepat, hari-hari pun berganti begitu cepat hingga aku sadari begitu lama aku menemani mu. Dan aku bangga akan hal itu.

Tuan, kau tahu aku selalu membanggakan mu di hadapan semua sahabat ku. Kamu mengenal mereka dan mereka mengenal mu, menurut mereka kamu sosok yang baik dan dapat membimbing ku serta mereka percaya jika kamu tidak akan pernah menyakiti ku. Tuan, aku juga senang kau bisa mengenal mereka semua. Mereka adalah penghibur lara ku saat kau jauh dari ku. Mereka yang selalu ada disaat pertengkaran antar kau dan aku menimbulkan tangisan ku. Mereka lah yang selalu menenangkan ku tuan. Jadi ku mohon mengertilah, mereka pun sangat berarti bagi ku.

Ada beberapa hal yang ingin ku ceritakan dalam kisah ini tuan, malam ini aku merindukan mu, tiba-tiba saja gambar mu muncul didalam fikiran ku. Raut wajah dengan senyuman yang selalu membuat ku bahagia itu datang menyapa. Maaf aku sangat merindukan mu namun aku tidak kuasa mengatakannya tuan. Semua berjalan lancar, tapi setelah kamu menemukan beberapa teman baru mu aku merasakan hal yang berbeda. Terlebih saat ada dia didalam hari-hari mu. Boleh aku cemburu? Ya tentu saja aku cemburu namun saat itu aku tidak pernah mengungkapkannya dan lebih memilih diam dalam kesedihan ku. Tuan, aku melihat raut kebahagiaan mu saat beberapa pesan masuk didalam ponsel mu, aku mencoba untuk tetap positif dalam hal ini. Namun, saat itu hati ku terasa sangat sakit, maaf aku lancang membaca percakapan mu dengan dia yang kau sebut sebagai seorang teman. Aku sedih mengapa kamu begitu asyik berbincang dan terasa begitu nyaman dengannya. Sementara saat itu hubungan yang kita jalani sedang tidak baik, kamu selalu mengabaikan pesan ku dan sibuk dengan segala urusan mu. Tidak apa, aku tidak akan menuntut semua waktu mu itu tuan. Kamu pun berhak memiliki waktu mu sendiri. Maafkan jika aku selalu menganggu mu dengan ribuan pesan tak jelas itu, aku hanya tidak mampu mengungkapkan jika aku merindukan mu. Cara ku yang salah kian membuat mu merasakan kejenuhan di hubungan kita.

Dalam beberapa waktu, kamu menjadi semakin jauh dari ku. Waktu yang kamu miliki begitu sedikit untuk ku. Bahkan aku ingat saat pertemuan kita untuk terakhir kalinya kamu masih begitu asyik dengan ponsel mu lalu mengabaikan ku “ lagi “.

Tenang saja, aku tidak akan menuntut mu untuk mendengarkan dan fokus pada ku. Namun tuan, semua menjadi sangat dingin dan canggung untuk ku. Entah bagaimana aku mau memulai percakapan dengan mu. Semua menjadi seperti kamu adalah orang asing bagi ku. Kamu terlihat berbeda beberapa akhir itu. Kamu selalu memainkan ponsel mu dan tidak pernah jauh dari barang kecil itu tapi mengapa kau selalu mengabaikan semua pesan dan semua telefon ku tuan?

Pada malam dimana kamu tidak memberikan kabar pada ku sama sekali. Aku begitu khawatir hingga ku hubungi semua teman-teman mu namun nihil hasilnya mereka pun tidak mengetahaui dimana keberadaan mu. Hingga ku beranikan diri untuk menemui dirumah.

Hampir beberapa jam ku habiskan hanya untuk menungu, beberapa kali ku lihat arloji yang terus memutar. Pergantian waktu itu tidak menyurutkan niat ku untuk beranjak pergi dari rumah mu. Namun di ujung jalan ku temui mobil mu, hati ku senang karena kamu baik-baik saja sampai dirumah. Hingga akhirnya aku sadar kamu tidaklah sendirian. Didalam mobil mu duduk seorang yang ku ketahui siapa dirinya, itu adalah orang yang kau panggil dengan sebutan “ teman “. Aku mencoba untuk baik-baik saja, dan segera pergi dari rumah mu. Aku lihat dari kejauhan kamu masuk bersama dengannya dimalam larut. Aku tidak tahu apa yang akan kalian lakukan diluar sana. Aku mencoba tegar dan pada akhirnya ku tahu ada airmata yang mengalir deras dipipi ku.

Setelah kejadian itu, kamu menjadi berubah. Tidak biasanya kamu selalu memperhatikan aku, dan memberikan beberapa kejutan kecil untuk ku. Sungguh aku tidak bisa melupakan kejadian pada malam itu. Aku larut dalam kepura-puraan seakan tidak terjadi apa-apa diantara kita.
 apa kamu mencintai ku? “
“ ya tentu hanya kamu yang aku cintai”
Itu yang ku dengar dari mu. Hanya aku katamu wanita yang kamu cintai. Hari itu aku mencoba melupakannya. Aku memohon hati ku untuk memaafkan mu untuk pertama kalinya dan melanjutkan kisah kita.

Pada hari ulang tahun mu, aku sengaja meluangkan waktu disela kesibukan ku untuk memberikan kejutan untuk mu. Selepas tugas ku di kantor akhirnya, aku menemui mu di sebuah tempat yang sudah sejak sore tadi ku beritahukan pada mu. Kamu bilang kamu akan datang namun sedikit terlambat karena urusan pekerjaan mu belum selesai, baiklah aku menunggu kedatangan mu dengan perasaan yang sangat senang berharap kamu akan bahagia dengan hadiah yang akan aku berikan untuk mu. Hadiah yang sangat kamu impikan sejak lama. 3 jam berlalu hingga kafe tempat kita janji untuk bertemu tutup akhirnya aku menyerah. Aku datang ke rumah mu malam ini. Aku melihat ada mobil mu didalam rumah. Lagi-lagi fikiran negatif itu datang, dan tuan aku memberanikan diri untuk masuk. Naasnya aku masih bisa mengingat bagaimana sakitnya hari itu. Kamu memeluk dia yang kau sebut sebagai teman dengan hangat, dia memberikan mu hadiah yang hendak ku berikan untuk mu. Lagi, kamu mengecup keningnya dengan hangat. Kau tahu? Apa yang ku rasakan? Bahkan aku tidak bisa mengeluarkan air mata dimalam itu. Semua terasa sesak dan sakit.

“ Aku sudah menunggu 3 jam. Tidak apa jika kamu tidak datang, aku tahu kamu sudah merayakan ulang tahun mu dengannya. Ini yang akan ku berikan pada mu.”
“ Dengarkan aku, ini bukan seperti yang kamu lihat.”
“ Tidak apa, aku akan pergi sekarang. Selamat ulang tahun aku mencintai mu.”

Itu kalimat terakhir yang ku ucapkan untuk mu, kau ingat bukan? Hari dimana aku mencoba untuk melepaskan mu. Hari dimana aku memulai hidup baru dan lebih menghargai perasaan ku. Tidak selamanya aku bertahan tuan.

Aku akan bertahan, jika kamu pun bisa mempertahankan ku didalam kisah ini, namun nyatanya kamu memang merelakan ku dan memilih untuk pergi memulai kisah mu yang baru dengan seorang yang juga baru ku kenal. Tuan, aku akan bahagia jika kamu pun bahagia. Aku tidak mendendam, akan ku biarkan kali ini aku yang tersakiti meski sudah ku hitung berapa kali kamu berhasil menghancurkan hati ku tuan.

Maaf jika aku mengingkari semua janji ku untuk menemani mu. Sungguh bukan aku yang sengaja untuk menginkari itu. Kamu lah yang membuat ku meninggalkan janji itu.

Setelah kejadian ini ku mohon jangan pernah perlakukan wanita lain seperti kau memperlakukan ku. Cobalah untuk setia tuan, kau tidak akan tahu bagaimana sakitnya rasa cinta mu yang tulus di sia-siakan tuan.

Di akhir, aku masih akan mendoakan semua kesuksesan mu tuan, jangan khawatir aku tidak akan membenci mu. Aku hanya melakukan yang harus ku lakukan. Yaitu menjaga jarak agar kau pun merasa nyaman. Ternyata yang dapat ku pelajari menjadi setia haruslah sesakit ini. Terimakasih karena bulan Januari ini juga menjadi hari sangat ku ingat. Saat dimana kamu pergi dan kisah kita usai.

Satu hari di bulan Januari- MVS 13

Monday, 29 May 2017

Tulisan Mahasiswa II

Hai? Selamat malam dimana pun kamu yang selalu ku sebut namanya didalam doa berada, aku malam ini di landa sebuah ke bimbangan tuan. Ya aku bimbang bagaimana memilih ini. Aku bingung harus memulai dari mana, bisa aku mulai dari saat pertama aku jatuh cinta padamu? Waktu singkat yang mengubah semua dunia ku, waktu yang membuat ku perlahan mencintai mu sepenuh hatiku. Dulu ada dia tuan yang ku anggap sebagai pria teristimewa sebelum kamu hadir, tapi saat itu kamu datang memberikan ku beberapa hal baru yang mampu menghadirkan tawa ku setelah sekian lama menghilang. Ya tuan begitu indah saat kamu hadir mengisi hari ku dulu. Tuan bisa ku mulai pembicaraan ini? Tapi rasanya berat hati untuk memulai semuanya, aku masih tidak sanggup membicarakan ini. Namun sebaiknya ku ungkit hal indah bersama mu dulu, ya akan ku bahas ditulisan kecil ini tuan.

Beberapa waktu lalu kamu dan aku bertemu dalam sebuah pertemuan singkat kita bukan? Percakapan yang awalnya sangat membosankan bagi ku kamu buat menjadi hidup, sapaan itu masih jelas aku ingat dalam memori ku tuan. Tuan? Ingatkah pertama pertemuan kita disebuah taman indah, dulu aku masih malu-malu bertemu dengan mu. Aku masih tidak bisa menyadari hadir mu dulu, sungguh aku tidak bisa menyadari apa arti dirimu dulu. Namun perlahan saat kamu memberanikan mengungkapkan apa yang ada didalam hatimu untuk ku tuan, aku mulai mempercayai jika kamu adalah orang yang dikirim tuhan menemani aku yang lemah setelah di campakan oleh nya.

Tuan akhirnya aku dan kamu menjadi satu dalam sebuah hubungan, aku dengan tegas menerima kamu sebagai orang yang ku panggil kekasih. Aku bangga dan bahagia dapat berjalan dengan mu tuan. Hari demi hari kamu dan aku lewati, beberapa rintangan lalu ujian hubungan juga sudah aku dan kamu lalui. Tahu kah kamu tuan? Aku semakin mencintai mu, dulu aku hanya menyayangi mu dan saat itu perasaan ini tumbuh menjadi cinta. Metamorfosa sempurna untuk kehidupan, tapi tidak untuk kamu bukan?

Tuan aku tahu dulu kamu mencintai ku, lalu rasa cinta itu turun menjadi rasa sayang hingga pada akhirnya bosan menyapa mu. Begitulah yang dapat ku jabarkan dalam metamorfosa mu dihubungan ini. Kamu berubah seiring berjalannya waktu, rasa cinta itu telah usang untuk waktu singkat. Tapi tidak dengan ku, semua keterbalikan ini aku rasakan. Bahkan aku masih mencintaimu dalam ketidakjelasan ini tuan. Aku perlahan mulai sadar kamu ingin lepas dari tali yang sepakat kita ikat berdua, entah aku yang masih menahan atau kamu yang perlahan melepaskannya, yang aku tahu ini adalah ambang dalam ketidakpastian hubungan kita.

Kamu berjalan ke arah barat dan aku berjalan ke arah timur, semua ini membuat ku bingung. Lalu bagaimana dengan janji yang senantiasa kamu ucapkan tuan? Bahwa kamu tidak akan meninggalkan ku dalam keadaan apapun itu? Bisa kamu ingat? Oh tuan jika kamu lupa tak apa, aku tahu kamu hanya seorang pria biasa, biar aku yang mengingat semua janji itu tuan.

Tuan, malam ini ku beranikan mengatakan semuanya. Aku yang sejak lama tahu jika kamu ingin melepaskan diri dari tali hubungan ini berjuta kali berfikir bagaimana caranya aku mengatakan pergilah tuan aku akan baik-baik saja meski tali itu putus. Beberapa kali aku pertanyakan bagaimana aku harus mengatakan hal ini? Seorang sahabat berbisik kepada ku lepaskan yang tidak mungkin kamu genggam lagi. Benar sesuatu yang dipaksakan memang tidak akan pernah sempurna hasilnya.

Tidak ada yang ingin aku sampaikan tuan, hanya beberapa bagian kecil dari hati yang merasa tersakiti dengan kepergian mu secara tiba-tiba. Dulu kamu yang selalu menahan ku namun kini kamu yang membuka celah pintu kepergian itu lebar-lebar.

Tuan, apa aku salah dengan selalu mengalah didalam hubungan ini? Setiap pertengkaran yang terjadi diantara kita, aku berperan sebagai si pengalah. Tujuan ku hanya satu mempertahan kan ini hingga lama. Kamu melakukan kesalahan yang kamu ciptakan berkali-kali, juga ku maafkan berkali-kali. Tapi, kamu ingat tuan? Ketika aku melakukan kesalah satu kali bahkan kesalahan yang menurut ku tidak fatal, aku selalu mengemis maaf dari mu. Lucu bukan? Sepertinya mencintai harus selucu itu, aku bahkan tidak habis fikir mengapa Tuhan menciptakan problematika percintaan seperti ini. Bukan, bukan Tuhan yang salah tapi kamu dan aku lah yang salah. Sikap egois mu dan sikap ku yang terlalu pemaaf memang tidak bisa disatukan.

Seorang sahabat pernah juga berbisik pada ku lupakan saja, maafkan maka kamu akan hidup lebih bahagia lagi. Bagi ku memaksakan dengan mu seperti memeluk kaktus, semakin erat semakin perih kurasakan tertusuk duri mu. Aku memilih perpisahan, biar saja sakitnya ku rasakan di awal tapi lambat laun pasti rasa itu akan menghilang dengan sendiri. Dan kamu memilih untuk melepaskan itu karena aku tahu pasti bahagia yang kamu cari bukan dengan ku tuan, bukankah begitu?

Tuan, pergilah cari kebahagian mu, cari apa yang kamu inginkan, cari seorang wanita yang dapat mencintaimu dengan tulus dan bisa mengerti mu melebihi apa yang bisa ku berikan. Tuan, berbahagialah untuk kepergian mu dari ku, kamu berhak bahagia walau bukan bersama dengan ku. Malam ini ku sampaikan perpisahan ini melalui tulisan. Sampai disini tuan, aku mencintai mu tapi aku tidak mampu untuk bertahan dengan mu, terimakasih luka yang kamu berikan akan ku ingat dan tidak akan ku sesali pernah mencintaimu. Tuhan memang begitu baik terhadap ku dia memberikan ku ketabahan dan kesabaran ini untuk bertemu dengan mu dan kelak nanti aku percaya Tuhan akan memberikan ku seseorang yang akan menghargai dan mencintai ku sepenuhnya.


Tuesday, 23 May 2017

Tulisan Mahasiswa I

Satu hari disebuah musim penghujan yang menyapa kami berdua setiap pagi, semua berubah seakan tidak pernah sama dan tidak akan menjadi satu kembali. Aku ingat bagaimana kalimat perpisahan itu terucap dibibir ku, sungguh hal yang tidak pernah terlintas difikiran untuk menyudahi semuanya. Aku fikir saat itu merupakan hal terbaik untuk mengakhiri kisah sedih yang tak berujung, bahkan semua menyesakan ku saat kamu mengatakan jika cinta itu sudah lama pudar. Aku yang selalu menjadi sosok wanita disisi mu, aku yang selalu mencoba menjadi penyemangat mu, dan aku yang selalu mencintaimu ternyata tak sanggup mempertahankan ini semua. Dulu semua itu terasa sangat indah, bahkan aku tidak berfikir bagaimana caranya menghapuskan kenangan indah yang dulu kita ciptakan. Haha sungguh ku fikir kita akan bertahan selamanya, tapi setelah dia masuk kedalam hubungan dan kehidupan mu semua seakan berubah. Kamu yang ku kenal sangat mencintai ku kini hanya dapat ku saksikan sebagai orang yang sangat mengacuhkan ku. Kamu yang dulu ku kenal sebagai orang yang selalu mengkhawatirkan ku kini ku kenal sebagai orang yang seakan tidak mengenalku.

Beberapa waktu lalu ku ingat kami masih mencinta satu sama lain kamu mengatakan “ Jangan tinggalkan aku, ku mohon apapun alasannya. Aku sayang kamu” benar? Kamu yang mengatakan itu semua bukan? Dengan berat hati boleh ku pertanyakan, mengapa kamu mengatakan semua itu sementara di akhir ini kamu mengatakan “maaf bisa kita sudahi semua sampai disini? “ tanpa alasan yang jelas kamu pergi meninggalkan ku. Sungguh menyedihkan bukan menjadi aku? Kamu tahu berapa besar rasa sakit yang aku terima, begitu banyak bahkan aku tidak ingat bagaimana tangis ku pecah saat kamu meninggalkan ku dengan alasan konyol itu.

Satu hari, satu bulan, satu tahu kemudian kamu dan aku tinggal dikehidupan yang berbeda. Kamu dan aku menjalani hidup dengan sempurna sendirinya, tidak hanya kamu yang menjalani hidup sempurna itu. Tidak untuk ku, aku fikir ini tidak mudah. Kamu masih mengisi sebagaian besar kehidupan ku. Beberapa waktu lalu ku dengar kabarmu dengan kekasih mu yang baru. Dia wanita yang masuk kedalam kehidupan mu, berawal dari pertemanan yang kau tekankan dirinya hanyalah sebatas teman mu. Hey, aku ini wanita saat kamu mengatakan tidak akan terjadi hal mengenai bermain perasaan dengan seorang teman tentu aku percaya dengan mu, namun tidak dengannya. Aku wanita dan tahu bagaimana seorang wanita melihat pria yang ia sukai. Itu bisa terpancar dari wanit yang kamu sebut sebagai teman.

Kamu mengatakan bahwa dia adalah seorang wanita baik-baik. Apa perlu ku garisi apa definisi dari kata baik? Sayang, seorang wanita baik-baik tidak akan pernah merebut apa yang wanita lain miliki. Termaksud memiliki kamu, tapi sudahlah nasi sudah menjadi bubur. Aku tidak akan pernah menyesalinya, aku bertahan namun pada akhirnya aku di abaikan. Malam ini disudut ruang ku sendiri mengenang mu, jangan khawatir aku bukan menginginkan mu kembali, aku hanya mengenang bagaimana cara mu memperlakukan ku dulu. Meski bibir ini berdusta aku tidak menginginkan mu, tapi ada hati yang menjerit ingin kamu kembali.

Aku sadar tidak ada yang mudah didunia ini, termaksud melupakan. Banyak yang mengatakan sesuatu dimulai dari kemauan mu sendiri sungguh melupakan mu sudah ku niati sedari awal perpisahan kita. Tapi bayangan masalalu kenangan itu selalu menarik ku, menciptakan ruang tersendiri dihati ku dan tidak merelakan aku untuk menghilangkannya. Aku pun sadar semua tidak harus dihilangkan, aku hanya perlu menyimpan semua itu rapat-rapat entah kapan aku akan membukanya tapi yang ku tahu saat ini kenangan itu masih tersimpan disatu ruang kosong dihati ku.

Beberapa gambar aku dan kamu masih terpajang rapih disudut ruangan ku, sebelum tidur aku menatap gambar itu dan berkata “ hai? Apa kabar? Aku harap kamu menemukan bahagia mu disana. Biarlah disini aku mengenggam hati ku sendiri” seperti orang bodoh aku selalu berucap itu, walau ku tahu tidak akan ada jawaban kamu akan kembali lalu merajut kebahagiaan yang sempat terhenti.

Di dunia ada hal sulit yang tidak dapat ku lakukan dengan baik, mencintai dan merelakan. Seorang pernah berkata padaku “ tidak ada kata ikhlas di surat al- ikhlas” dapat ku simpulkan jika tidak ada definisi dari merelakan. Tidak ada kalimat yang mengambarkan kamu sudah melupakan dan merelakan dia. Jika itu terjadi maka bukan kalimat yang ada namun sebuah prilaku, kamu akan menjadi biasa saja saat mendengar namanya, kamu akan biasa saja saat berhadapan dengannya dan yang terpenting tidak ada rasa kebencian saat mengetahui dia telah bahagia.

Mungkin aku fikir ini belum lah terjadi padaku, aku masih merasakan nama mu teringang di telinga ku, aku masih tidak mampu mengendalikan perasaan ku saat berhadapan dengan mu dan aku masih tidak bisa menyadari kamu telah bahagia bersama orang lain. Aku sungguh membencinya dulu, mengapa dia berbahagia diatas penderitaan dan kesedihan ku yang tak berujung, dia tersenyum bahagia bersama mu dan aku harus mengerang menahan rasa sakit kehilangan mu. Sungguh tak adil bukan?

Meskipun aku tahu semua perbuatan pasti ada pembalasannya, apa yang ku rasakan pasti kelak berbalik akan kamu rasakan. Sayang sungguh aku tidak ingin kamu merasakan sakitnya menjadi aku, aku tidak ingin membiarkan seseorang meninggalkan mu dengan alasan dia menemukan sosok lain yang lebih baik dari mu dan aku tidak akan sanggup melihat mu menahan kesedihan itu sayang.

Cukup hanya aku yang terluka seperti ini, ku harap ini tidak akan terjadi padamu. Meski disana kamu bersama denganya yang kamu cintai, aku disini masih setia dalam perasaan yang lama setelah bertahun kamu pergi meninggalkan luka ini. Tapi aku harus bahagia, aku masih memiliki kehidupan panjang dan tidak berhenti hanya saja karena mu. Aku juga masih tetap akan mencari seseorang yang mencintaiku dengan tulus, seseorang yang akan merangkul ku disaat aku merasa lelah dan seseorang yang tidak akan meninggalkan ku hanya karena dia menemukan sosok lain yang lebih baik dariku.

Walaupun aku masih mencintaimu bukan berarti aku akan terus mengharapkanmu. Sayang ku harap kamu bahagia dan ku harap tidak akan ada seorang pun yang menyakitimu seperti apa yang kamu lakukan terhadap ku.

Dari aku yang kamu sakiti.