Beberapa tahun lalu semua masih terasa indah dan baik-baik saja. Kamu yang sangat mencintai ku senantiasa ada didalam hari-hari ku tuan, hari-hari yang kita lewati begitu indah. Entah bagaimana aku bisa bersyukur aku mendapatkan sosok yang sangat mencintai ku serta sangat menyayangi ku. Beberapa hal selalu membuat ku merasa bahagia di cintai oleh mu, dulu kamu selalu berkata “ terus temani aku “ ya aku ingat akan semua ucapan itu. Aku berjanji akan menemani mu tuan, sungguh aku tidak akan ingkar pada semua janji ku. Januari memang menjadi bulan untuk kita bukan? Dimana pertemuan itu dimulai, apa kau ingat tuan? Bagaimana dulu aku dan kamu bertemu di satu hari pada bulan Januari yang tidak akan pernah dapat ku lupakan. Semua berlalu begitu cepat, hari-hari pun berganti begitu cepat hingga aku sadari begitu lama aku menemani mu. Dan aku bangga akan hal itu.
Tuan, kau tahu aku selalu membanggakan mu di hadapan semua sahabat ku. Kamu mengenal mereka dan mereka mengenal mu, menurut mereka kamu sosok yang baik dan dapat membimbing ku serta mereka percaya jika kamu tidak akan pernah menyakiti ku. Tuan, aku juga senang kau bisa mengenal mereka semua. Mereka adalah penghibur lara ku saat kau jauh dari ku. Mereka yang selalu ada disaat pertengkaran antar kau dan aku menimbulkan tangisan ku. Mereka lah yang selalu menenangkan ku tuan. Jadi ku mohon mengertilah, mereka pun sangat berarti bagi ku.
Ada beberapa hal yang ingin ku ceritakan dalam kisah ini tuan, malam ini aku merindukan mu, tiba-tiba saja gambar mu muncul didalam fikiran ku. Raut wajah dengan senyuman yang selalu membuat ku bahagia itu datang menyapa. Maaf aku sangat merindukan mu namun aku tidak kuasa mengatakannya tuan. Semua berjalan lancar, tapi setelah kamu menemukan beberapa teman baru mu aku merasakan hal yang berbeda. Terlebih saat ada dia didalam hari-hari mu. Boleh aku cemburu? Ya tentu saja aku cemburu namun saat itu aku tidak pernah mengungkapkannya dan lebih memilih diam dalam kesedihan ku. Tuan, aku melihat raut kebahagiaan mu saat beberapa pesan masuk didalam ponsel mu, aku mencoba untuk tetap positif dalam hal ini. Namun, saat itu hati ku terasa sangat sakit, maaf aku lancang membaca percakapan mu dengan dia yang kau sebut sebagai seorang teman. Aku sedih mengapa kamu begitu asyik berbincang dan terasa begitu nyaman dengannya. Sementara saat itu hubungan yang kita jalani sedang tidak baik, kamu selalu mengabaikan pesan ku dan sibuk dengan segala urusan mu. Tidak apa, aku tidak akan menuntut semua waktu mu itu tuan. Kamu pun berhak memiliki waktu mu sendiri. Maafkan jika aku selalu menganggu mu dengan ribuan pesan tak jelas itu, aku hanya tidak mampu mengungkapkan jika aku merindukan mu. Cara ku yang salah kian membuat mu merasakan kejenuhan di hubungan kita.
Dalam beberapa waktu, kamu menjadi semakin jauh dari ku. Waktu yang kamu miliki begitu sedikit untuk ku. Bahkan aku ingat saat pertemuan kita untuk terakhir kalinya kamu masih begitu asyik dengan ponsel mu lalu mengabaikan ku “ lagi “.
Tenang saja, aku tidak akan menuntut mu untuk mendengarkan dan fokus pada ku. Namun tuan, semua menjadi sangat dingin dan canggung untuk ku. Entah bagaimana aku mau memulai percakapan dengan mu. Semua menjadi seperti kamu adalah orang asing bagi ku. Kamu terlihat berbeda beberapa akhir itu. Kamu selalu memainkan ponsel mu dan tidak pernah jauh dari barang kecil itu tapi mengapa kau selalu mengabaikan semua pesan dan semua telefon ku tuan?
Pada malam dimana kamu tidak memberikan kabar pada ku sama sekali. Aku begitu khawatir hingga ku hubungi semua teman-teman mu namun nihil hasilnya mereka pun tidak mengetahaui dimana keberadaan mu. Hingga ku beranikan diri untuk menemui dirumah.
Hampir beberapa jam ku habiskan hanya untuk menungu, beberapa kali ku lihat arloji yang terus memutar. Pergantian waktu itu tidak menyurutkan niat ku untuk beranjak pergi dari rumah mu. Namun di ujung jalan ku temui mobil mu, hati ku senang karena kamu baik-baik saja sampai dirumah. Hingga akhirnya aku sadar kamu tidaklah sendirian. Didalam mobil mu duduk seorang yang ku ketahui siapa dirinya, itu adalah orang yang kau panggil dengan sebutan “ teman “. Aku mencoba untuk baik-baik saja, dan segera pergi dari rumah mu. Aku lihat dari kejauhan kamu masuk bersama dengannya dimalam larut. Aku tidak tahu apa yang akan kalian lakukan diluar sana. Aku mencoba tegar dan pada akhirnya ku tahu ada airmata yang mengalir deras dipipi ku.
Setelah kejadian itu, kamu menjadi berubah. Tidak biasanya kamu selalu memperhatikan aku, dan memberikan beberapa kejutan kecil untuk ku. Sungguh aku tidak bisa melupakan kejadian pada malam itu. Aku larut dalam kepura-puraan seakan tidak terjadi apa-apa diantara kita.
“ apa kamu mencintai ku? “
“ ya tentu hanya kamu yang aku cintai”
Itu yang ku dengar dari mu. Hanya aku katamu wanita yang kamu cintai. Hari itu aku mencoba melupakannya. Aku memohon hati ku untuk memaafkan mu untuk pertama kalinya dan melanjutkan kisah kita.
Pada hari ulang tahun mu, aku sengaja meluangkan waktu disela kesibukan ku untuk memberikan kejutan untuk mu. Selepas tugas ku di kantor akhirnya, aku menemui mu di sebuah tempat yang sudah sejak sore tadi ku beritahukan pada mu. Kamu bilang kamu akan datang namun sedikit terlambat karena urusan pekerjaan mu belum selesai, baiklah aku menunggu kedatangan mu dengan perasaan yang sangat senang berharap kamu akan bahagia dengan hadiah yang akan aku berikan untuk mu. Hadiah yang sangat kamu impikan sejak lama. 3 jam berlalu hingga kafe tempat kita janji untuk bertemu tutup akhirnya aku menyerah. Aku datang ke rumah mu malam ini. Aku melihat ada mobil mu didalam rumah. Lagi-lagi fikiran negatif itu datang, dan tuan aku memberanikan diri untuk masuk. Naasnya aku masih bisa mengingat bagaimana sakitnya hari itu. Kamu memeluk dia yang kau sebut sebagai teman dengan hangat, dia memberikan mu hadiah yang hendak ku berikan untuk mu. Lagi, kamu mengecup keningnya dengan hangat. Kau tahu? Apa yang ku rasakan? Bahkan aku tidak bisa mengeluarkan air mata dimalam itu. Semua terasa sesak dan sakit.
“ Aku sudah menunggu 3 jam. Tidak apa jika kamu tidak datang, aku tahu kamu sudah merayakan ulang tahun mu dengannya. Ini yang akan ku berikan pada mu.”
“ Dengarkan aku, ini bukan seperti yang kamu lihat.”
“ Tidak apa, aku akan pergi sekarang. Selamat ulang tahun aku mencintai mu.”
Itu kalimat terakhir yang ku ucapkan untuk mu, kau ingat bukan? Hari dimana aku mencoba untuk melepaskan mu. Hari dimana aku memulai hidup baru dan lebih menghargai perasaan ku. Tidak selamanya aku bertahan tuan.
Aku akan bertahan, jika kamu pun bisa mempertahankan ku didalam kisah ini, namun nyatanya kamu memang merelakan ku dan memilih untuk pergi memulai kisah mu yang baru dengan seorang yang juga baru ku kenal. Tuan, aku akan bahagia jika kamu pun bahagia. Aku tidak mendendam, akan ku biarkan kali ini aku yang tersakiti meski sudah ku hitung berapa kali kamu berhasil menghancurkan hati ku tuan.
Maaf jika aku mengingkari semua janji ku untuk menemani mu. Sungguh bukan aku yang sengaja untuk menginkari itu. Kamu lah yang membuat ku meninggalkan janji itu.
Setelah kejadian ini ku mohon jangan pernah perlakukan wanita lain seperti kau memperlakukan ku. Cobalah untuk setia tuan, kau tidak akan tahu bagaimana sakitnya rasa cinta mu yang tulus di sia-siakan tuan.
Di akhir, aku masih akan mendoakan semua kesuksesan mu tuan, jangan khawatir aku tidak akan membenci mu. Aku hanya melakukan yang harus ku lakukan. Yaitu menjaga jarak agar kau pun merasa nyaman. Ternyata yang dapat ku pelajari menjadi setia haruslah sesakit ini. Terimakasih karena bulan Januari ini juga menjadi hari sangat ku ingat. Saat dimana kamu pergi dan kisah kita usai.
Satu hari di bulan Januari- MVS 13