Friday, 9 January 2015

love never felt so good.


                “ Juaaaaaaaaaaan” lagi-lagi Ignatia merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh kekasihnya itu , ya sikap Juan yang sangat senang menggoda Ignatia itu memang menjadi kesenangan sendiri untuknya saat melihat wajah Ignatia yang marah padanya. Mereka pasangan yang benar-benar sangat membuat semua mata iri karenanya , ya mereka hampir menjalin hubungan selama 5tahun lamanya setelah kenal dibangku SMP dan berlanjut hingga bangku SMA awalnya Juan masuk kedalam sekolah bertaraf internasional di Jakarta namun karena kesetiannya kepada Ignatia akhirnya Juan memutuskan untuk berada disatu sekolah yang sama dengan Ignatia.
                “ Maaf aku sengaja hahahaha” Juan hanya tertawa melihat wajah Ignatia yang seakan-akan merasa sangat kesal kepadanya.
                “ Untung aku sabar hadepin kamu.”
                “ Ngambek? Sini peluk dulu” Juan menarik tubuh Ignatia masuk kedalam pelukannya memang hal ini yang senantiasa Juan lakukan ketika Ignatia mulai kesal terhadapnya dan Ignatia pun akan segera meredam sesaat Juan memeluknya seperti ini.
                Juan memang sangat mencintai wanitanya , ya beberapa kali mereka menghadapi masalah besar namun selalu berjalan dengan mudah saat mereka menyikapi semua itu bersama. Ignatia dan Juan pun terhalang oleh tembok keimanan yang berdiri kokoh menghalangi kebersamaan mereka. Juan merupakan lelaki yang lahir dan besar dalam keluarga yang sangat menjunjung tinggi agama Islam dan Juan pun merupakan sosok lelaki yang taat beragama. Lain halnya dengan Ignatia , dia merupakan gadis yang lahir dengan menganut agama Katolik ya memang ada perbedaan cukup besar diantara mereka berdua , terlebih saat perbedaan itu merupakan perbedaan ke imanan sungguh memang sangat disayangkan. Tapi banyak yang menyangkal jika hubungan mereka akan tetap berjalan walaupun sudah jelas ada sebuah perbedaan dari mereka yang cukup signifikan.

                Pagi menjelang , Ignatia terlihat sedang menunggu sang pangeran datang kerumahnya untuk menjemputnya ke sekolah pagi ini. Ya mereka telah memasuki semester akhir sebagai siswa berseragam putih abu-abu tahun ini. Kefokusan memang menjadi kunci utama untuk lulus dan mendapatkan nilai maksimal , begitupun yang dilakukan  oleh Ignatia maupun oleh Juan mereka bersama berjuang untuk mendapatkan kelulusan serta sebuah prestasi. Setiap malam Juan menyempatkan diri untuk sekedar mengajarkan Ignatia beberapa pelajaran seperti fisika dan Matematika karena mengingat Ignatia sedikit lemah dalam bidang ini. Sebaliknya Ignatia selalu memberikan privat bahasa asing kepada Juan karena Ignatia yang memang sejak kecil sangat mahir berbahasa asing dinilai cukup untuk berprestasi dalam bidang ini.
                “ Selamat pagi bidadari……..” Juan melepaskan masker yang ia kenakan dan mengucapkan selamat pagi kepada kekasihnya itu dengan senyuman manja khas yang ia ciptakan.
                “ Lebay. Udah hampir setengah tujuh nih ayooooooooo” timbul sebuah senyum kecut ketika gombalan Juan dihiraukan oleh Ignatia. Juan memberikan helm dan segera meluncur kesekolahnya mengingat mereka hampir terlambat pagi ini.
                Selama diperjalanan memang mereka tidak pernah berhenti untuk tertawa , ada saja lelucuan yang diciptakan dianatara mereka berdua , terlebih Juan merupakan sosok pria yang sangat humoris itulah yang menjadi daya tarik Ignatia terhadapnya. Setiap kali mereka bertengkar mengenai sesuatu Juang selalu membuat sebuah hal yang mampu mengembalikan senyuman Ignatia kembali entah apa yang ia lakukan tapi yang jelas itu membuat Ignatia berhenti marah kepadanya. Sebuah magic namun ini bukan magic ini hanyalah sebuah ketulusan seorang pria yang tahu bagaimana cara membuat seorang wanita kembali tersenyum disaat kabut hitam kemarahan datang.
                Sesampai disekolah mereka berpisah karena tidak berada dikelas yang sama , itu pun menjadi salah satu alasan mereka untuk tetap fokus dan tahu tempat dimana mereka menghabiskan waktu berdua dan dimana mereka haruslah berfokus dengan pelajaran. Ignatia dikenal sebagai siswa yang cerdas dalam berkomunikasi terlebih saat ia mampu menguasai 3bahasa asing itu sudah cukup membuktikan jika dirinya mempunyai sebuah bakat dalam “ Public Speaking”. Selain itu ke aktifannya sebagai ketua organisasi Rohani Kristen pun  memang dipandang cukup baik , predikatnya sebagai seorang siswa yang taat pada ajaran agamanya memang sudah terlihat sejak ia kecil.
                Berbeda dengan Juan, ya Juan pun merupakan siswa berprestasi dalam hal akademik , ia pernah menjuarai beberapa olimpiade sains yang di selenggarakan dari tinggkat nasional hingga internasional , sekolah merekomendasikannya memang tepat karena nilai-nilai akademik Juan yang sangat menunjang. Belum lagi Juan dikenal sebagai lelaki yang soleh dan bergabung dalam sebuah organisasi keagamaan disekolah, wajahnya yang sangat tampan pun memang banyak menyita perhatian para gadis disekolah , ketika Juan berceramah didepan mereka rasanya mereka merasa jika Juan merupakan seorang imam yang teladan nantinya.
                Memang banyak yang menyangkan mengapa Ignatia dan Juan berpacaran , ya mereka melihat sisi dari paras yang memang mereka miliki memang sangat serasi serta kecerdasan yang mereka miliki juga nyatanya mampu disandingkan. Tapi jika dilihat dari sebuah sisi besar menjadi tolak ukur kebersamaan mereka , tentu saja banyak yang menyayangkan jika mereka pada akhirnya harus menyerah pada keadaan itu. Tentang sebuah tembok besar nan kokoh yang terasa sulit mereka runtuhkan.
                “ Good Afternoon Sweety….” Juan membawakan sebuah susu kotak coklat untuk Ignatia ketika ia mengunjungi Ignatia selepas menunaikan ibadahnya sebagai seorang muslim.
                “ Kamu habis sholat?”
                “ Kok tahu? Wah kamu punya indera ke-9 yah?”
                “ Apasih itu rambut mu masih basah bekas air wudhu”
                “ Haha masih keliat ganteng kan tapi?” Juan mencoba untuk menggoda Ignatia kali ini dengan memainkan rambutnya yang masih basah lalu cipratan airnya dikenai ke wajah Ignatia.
                “ Iya-iya terus deh kebiasaan banget sih. Sore ini aku ada rapat untuk natal , kamu boleh pulang duluan kok biar nanti aku naik umum.”
                “ Nonono , aku tunggu kamu deh yah? Seperti biasa tuan putri aku engga akan ngebiarin kamu naik angkutan sendiri. Engga pake nolak ini sudah taken kontrak nanti aku tunggu kamu sampai selesai. Byeee..” belum sempat Ignatia mengeluarkan kalimat untuk menyuruh Juan untuk tidak menunggunya ya sama saja dengan hal-hal sebelumnya , Juan akan memaksa untuk menunggu hingga Ignatia menyelesaikan rapatnya.

                Jam sekolah pun usai semua siswa berhamburan meninggalkan sekolah tapi tidak untuk Ignatia yang akan menjadi pembicara untuk rapat natal dari sekolahnya , ya ia akan menjadi ketua penyelenggaraan natal yang akan diadakan setiap tahun disekolahnya. Didalam organisasi ini memang ada seorang siswa laki-laki yang menyukai Ignatia ya namanya Fernando yang mungkin merasa aneh ketika mengetahui hubungan Ignatia dengan Juan yang ia nilai tidak cocok.
                “ Jadi bagaimana semuanya? Sudah berapa persen semua persiapan yang kalian lakukan? Disini aku gak bisa banyak berbicara karena semua tugas sudah aku berikan kepada masing-masing penanggung jawab dan semua harus diserahkan H-4 sebelum acara.” Ignatia memang terlihat begitu elegan saat ia berbicara dihadapan banyak orang terlebih ketika ia mulai menggunakan beberapa bahasa inggris dalam logatnya
                “ Semua sudah siap kak , 98% sudah kami persiapkan tinggal dilaporkan.” Seorang juniornya memberikan beberapa laporan tentang persiapan mereka kepadanya , ya Ignatia sudah merasa lega karena sudah hampir menyelesaikan beberapa tugasnya dan hasilnya sekarang tinggal beberapa hal yang bisa ia kerjakan demi kelancaran ini.
                “ Okay , semua hampir finished. Thanks for teamworknya aku harap ini akan berjalan lancar tanpa hambatan. Sampai disini , ada yang ditanyakan? Kalo engga ada aku akhiri pertemuan selanjutnya maybe akan lewat jarkom humas. Terimakasih untuk yang sudah menyempatkan hadir.” Ignatia bergegas pergi untuk mencari Juan yang entah berada dimana menunggunya sejak tadi.
                “ Ignaaaaaaaaaaa….” Seseorang menghentikan langkahnya , ya itu Fernando teman satu organisasi dengannya.
                “ Iya? Ada yang bisa aku bantu?”
                “ Besok malam ada acara?”
                “ Hmmm , emang kenapa Fer?” Tanya nya
                “ Gue mau ajak lo makan bisa?”
                “ Maaf yah , aku gak bisa….”
                “ Karena Juan? Gue gak habis fikir deh mau selama apa lagi lo sama dia? Selama apapun kalian menjalin hubungan tetep aja kalian gak akan pernah bersatu.” Ucapan Fernando memang bukan hanya kali ini saja , ya Fernando sudah sering mengatakan ini kepada Ignatia. Karena ketidak mampuan Fernando untuk mendapatkan hati Ignatia hingga ia tega selalu mengatakan jika hubungan yang dimiliki Ignatia tidak akan berujung pada sebuah kebahagiaan.
                “  Igna?....” Juan yang datang tiba-tiba segera menghampiri kekasihnya itu , ya Juan memang tidak hanya sekali ini melihat Fernando bersikap seperti ini kepada kekasihnya. Juan menggenggam jemari tangan Ignatia dengan erat dihadapan Fernando.
                “ Gue juga gak tau bakal gimana nantinya sama wanita gue. Tapi apa hak lo untuk berkata seperti itu? Lo tuhan? That’s so awesome saat lo berucap seperti itu sedangkan lo gak tau bagaimana jalan masa depan gue dengan wanita ini.” Fernando hanya terdiam saat ia mendengar semua perkataan Juan , dan membiarkan Juan pergi dengan Ignatia. Apa yang dikatakan oleh Juan memang sangat membuat Fernando panas sehingga ia harus mencari cara bagaimana cara memisahkan Juan dan Ignatia
                Sampai saat ini pun memang banyak godaan didalam hubungan Ignatia dan Juan bukan hanya Fernando seorang. Dulu ada seorang siswa perempuan yang begitu cantik menawan dengan jilbabnya yang digosipkan dekat dengan Juan , ya beberapa beranggapan jika kedekatan mereka tidak hanya dekat didalam organisasi namun mereka memiliki hubungan istimewa diluar dari organisasi bahkan kabar angina ini sudah terdengar dan diketahui oleh Ignatia , namun Ignatia tidak begitu saja mempercayai tentang kabar burung yang entah kejelasannya bagaimana. Sampai pada akhirnya ia merasa sangat penasaran hingga bertanya apa yang sebenarnya terjadi apakah semua itu benar. Nyatanya itu hanyalah sebuah berita hoax yang sengaja diciptakan untuk mengoyahkan mereka berdua , nyatanya pun Delia itu hanyalah seorang rekan kerja didalam organisasi rohis bersama dengan Juan tidak lebih.
                Dengan hal itu , mereka menjadi semakin teguh bersatu menjalani hubungan mereka suara sumbang dari beberapa orang yang mencela tentang hubungan mereka pun sudah cukup menjadi makanan sehari-hari untuk Juan dan Ignatia, malahan mereka lebih cerdas lagi untuk menyikapi kejadian yang datang silih berganti menguji cinta mereka berdua..
                “ Kamu laper kan? Hayo ngaku tuh perutnya keroncongan. Hahaha” lagi-lagi Juan mencoba untuk meledek dan menggoda Ignatia , wajah Ignatia lantas memerah ketika ketahuan jika ia sedang merasakan lapar karena sejak pagi tadi ia belum sempat makan.
                “ Juan kamu kalo ngomong pelanan dikit kenapa sih aku malu ih”
                “Harus nih aku teriak-teriak? Haha yaudah ayo kita makan?” Juan menggandeng kekasihnya dengan erat menunjukan kepada dunia bagaimana ia berbangga hati memiliki wanita yang tampil begitu apa adanya , menunjukan sikap kesetiaannya , dan senantiasa menemaninya sesaat ia terjatuh.

                Mereka memutuskan untuk makan disebuah kedai makan pinggir jalan yang sering mereka datangi , Ignatia memang terlahir disebuah keluarga yang sangat berkecukupan. Namun ia merupakan sosok gadis yang sangat sederhana dan tidak penah menuntut apapun ya itu menjadi sebuah nilai + tersendiri yang ia miliki. Terlebih saat bersama dengan Juan , Ignatia tidak pernah menuntut dan meminta apapun darinya , mereka ingin berjalan dengan apa adanya saling memiliki namun tidak saling membebani.
                “ Berdoa dulu jangan lupa loh” Ignatia mengenggam kedua jemarinya , berdoa sesuai dengan ketentuan yang ia jalani , sesaat ia membuka matanya ia masih melihat seorang pria yang teramat ia sayangi berdoa dengan ketentuan berbeda dengannya. Disaat ia menggenggam kedua tangannya untuk berdoa , Juan mengangkat kedua tangannya untuk berdoa.
                “ I’ve done…..”
                “ Yaudah dimakan toh mbak. Hahaha sehabis ini kita cari masjid dulu yah? Aku belum sholat nih” ucap Juan setelah melirik arloji yang ia kenakan di tangan kirinya sudah menunjukan masuk jam Maghrib.
                Jauh didalam lubuk hati Juan yang paling dalam ada sebuah keinginan menjadi seorang imam didalam sholatnya bersama dengan sosok yang ia cintai kelak nantinya. Menjadi seorang imam yang akan membimbing wanitanya didalam ibadah dan semua kehidupannya kelak nanti , memberikan tangannya untuk wanita yang kelak menjadi halal untuknya, namun sesaat ia berfikir untuk melanjutkan semua itu dia yakin jika tuhan masih mempersiapkan kebahagiaan untuknya dan Ignatia kelak nanti , walau kebahagiaan itu tidak akan mereka jalani bersama setidaknya ia sadar dan akan mengikhlaskan jikalau semua itu akan menjadi semua kenyataan.
                Setelah selesai makan malam , Juan dan Ignatia bergegas untuk mencari masjid yang berada tidak jauh dari tempat itu , dengan naik sebuah motor vespa classic mungkin membuat mereka merasa bahagia menjalani hari-harinya. Seperti biasa Ignatia hanya menunggu diparkiran , menunggu panggerannya menyelesaikan kewajibannya sebagai seorang pria yang taat beragama. Sempat Ignatia ingin masuk kedalam masjid melihat apa saja yang ada didalam sana , serta apa saja yang dilakukan seseorang selain sholat ditempat suci ini. Apakah sama atau malah berbeda dengan gereja yang selalu ia sambangi setiap minggu untuk beribadah
                “ Sudah selesai nih. Pulang yuk? Aku anter kamu dulu , sampai depan pagar hahaha” Juan menghampiri Ignatia setelah selesai beribadah dan mengajaknya kembali kerumah mengingat sudah seharusnya ia berada dirumah malam ini.
                “ Baik lah kapten haha. Mana pelindung kepala ku?”
                “ Lebay banget sih hahaha. Nih toh ndo helm mu. Okay naik , kita ready meluncur” dengan gaya khas bicara Juan cukup membuat Ignatia terkikik dibuatnya ya ini yang memang dilakukan pria itu saat berada bersamanya , tidak ada sebuah sifat yang ditutup-tutupi semua berjalan begitu saja mereka mengenal satu sama lain dengan sifat asli mereka satu sama lain.
                                                                                                &&&&
                Jam menunjukan pukul 12.00 siang ,hari ini ada acara disekolah Ignatia namun Juan datang untuk sekedar menjemputnya sehabis acara natal berlangsung , beberapa yang datan memang sudah tidak heran mengapa Juan berada disini. Juan memutuskan untuk sekedar membaca ayat-ayat suci didalam masjid sekolah , untuk menghilangkan rasa jenuh menunggu kekasihnya itu.
                “ Loh? Juan? Kok ada disini?” Delia yang ternyata datang untuk menaruh beberapa alat yang telah digunakan para grup marawis sekolah setelah lomba kemarin datang ke masjid dan mendapati Juan telah berada disana.
                “ Oh Delia? Itu nunggu Igna selesai acara , kasihan kalo pulang sendiri hehe. Lo sendiri ngapain disini? Oh mau balikin alat marawis yah? Gimana? Congrastulation deh yah kemarin menang kan? Haha”
                “ Ah iya Igna kan jadi ketua untuk acara tahun ini yah? Hehe iya nih alhamdulilah syukur banget kita bisa menang lagi hehe.” Ucap Delia dengan lembut
                “ Hmmm , Del boleh Tanya?”
                “ Silakan , mau Tanya apa?” Suasana menjadi sangat hening ketika Juan memulai pembicaraan menjadi serius.
                “ Lo kan pasti tau semua tentang agama? Bagaimana tanggepan lo tentang orang yang berpacaran beda agama?”
                “ Haruskah aku jawab pertanyaan ini Ju?” seperti ada rasa tidak enak kepada Juan jika Delia harus mengatakan itu semua , seakan takut menyinggung perasaan Juan.
                “ Kan gue Tanya mbo yoh toh dijawab Del.”
                “ Sebenarnya pacaran pun dalam islam itu tidak diperbolehkan , yang diperbolehkan itu hanyalah Ta’aruf? Tapi Ta’aruf itu akan menjurus untuk yang sudah siap kenjang pernikahan. Pacaran saja tidak boleh apalagi berbeda keyakinan? Sebenarnya itu memang tidak boleh , ya kalau beranggapan masih sekedar “ pacaran “ tapi jikalau kamu malah “ langgeng “ bukankah itu yang ditakutan? Apakah salah satu diantara kalian akan merelakan pindah ke agama lain? Belum tentu , apalagi kamu dan Igna merupakan sosok yang sangat taat beragama? Kalian itu sebenarnya memang pasangan yang benar-benar serasi dan aku melihat diantara kalian ada sebuah ketulusan mencintai satu sama lain. Namun apakah mungkin kamu akantetap mempertahankan ini hingga kalian bersatu?” Juan terdiam mencerna dalam-dalam apa yang dikatakan oleh Delia memang benar adanya berpacaran saja dalam islam itu tidak diperbolehkan apalagi jika berbeda keyakinan selain islam?
                “ Menurut kamu apa yang harus aku lakukan?”
                “ Semua ada ditangan mu dan Igna bagaimana cara kalian untuk mengambil jalan yang benar-benar terbaik untuk kalian berdua.” Delia tersenyum karena baginya tidak mengikut campuri dan menyerahkan kepada mereka berdua tentang bagaimana kedepannya sudah dirasa cukup.
                Butiran tetes airmata membasahi pipi Ignatia yang tidak sengaja mendengar semua percakapan Delia dengan Juan , ya memang benar adanya hubungan mereka ini tidaklah akan berjalan kesebuah kebersamaan seperti yang mereka impikan sejak lama. Meniti mimpi dan membangun sebuah keluarga kelak dimasa depan nanti memang sangat sulit untuk mereka wujudkan mengingat masih ada benteng yang sangat tinggi membatasi semua mimpi mereka bahkan menghancurkan semua bayangan masa depan yang mereka dambakan akan terjadi nanti.
                Entah ini menjadi awal atau pun hanya sebuah cobaan semata saat Juan mulai bertanya-tanya hal itu. Yang ada dibenak hati Ignatia hanyalah,” Apakah Juan ingin menyerah dengan keadaan ini?” dengan berat hati Ignatia menyembunyikan sebuah kesedihannya bersikap seolah-olah ia tidak mendengar apa yang mereka bicarakan lalu masuk dan menghampiri Juan bersama  Delia.
                “ Assalamualaikum.”
                “ Waalaikumsalam, kamu sudah selesai?” ucap Juan yang terkejut ketika mendapati Ignatia berada dihadapannya kali ini.
                “ Aku baru saja turun dan selesai hehe , ada Delia juga disini?”
                “ Iya nih Igna , aku habis kembaliin alat marawis setelah dipakai untuk lomba kemarin.” Delia tersenyum menatap gadis yang berkacamata itu.
                “ Oalah gitu toh hehe , Ju kita pulang sekarang yuk?”
                “ Hmm kalau gitu gue sama Igna balik duluan yah Del , kasihan nih kayaknya bidadari gue kelelahan haha” Dalam hal situasi ini pun Juan masih saja sempat menggoda Ignatia dan mencoba untuk kembali mencairkan suasana.
                Delia hanya tertawa kecil melihat pasangan itu , rasanya memang sangat disayangkan jika mereka harus berpisah karena telah mendapatkan sebuah predikat the best couple untuk pasangan terserasi disekolah bahkan banyak sekali pasangan yang iri dengan keserasian yang dimiliki Juan dan Ignatia.
                Dipertengahan perjalanan mereka hujan turun cukup deras membuat mereka untuk mencari tempat berteduh hari itu , ya Juan tidak akan membiarkan Ignatia bermain hujan bersama dengannya karena mengingat jika Ignatia mempunyai sebuah imunitas tubuh yang lemah dan mudah terserang penyakit.
                “ Kita neduh disini yah?” Juan memarikirkan kendarannya dan melihat keadaan Ignatia yang sudah basah kuyup karena hujan tadi.
                “ Ah kamu , ini ini pake jaket aku deh kasihan kamunya kedinginan gitu kan, bukannya bawa jaket kan” Juan melepaskan Jaket yang tadinya ia kenakan dan ia berikan untuk Ignatia yang sudah basah kuyup.
                “ Terus kamu? Gak pake jaket dong?”
                “ Gak apa-apa kok yang penting bidadari aku sayapnya gak kebasahan eh udah lepek deng hahahaha” Juan tertawa ketika kembali meledek kekasihnya itu , Ignatia pun tertawa kecil melihat kelakuan konyol yang diciptakan oleh kekasihnya itu.
                “ Hahaha aku kan punya guardian angel jadi aku gak perlu takut sakit deh.”
                “ Lebay kan , gombal kan?” nada ledekan kembali diciptakan ketikan Ignatia mulai untuk menggombal kepada Juan. Ignatia menunjukan wajah sinisnya ketika dibalas dengan nada ketus oleh Juan.
                “ Ngambek? Pinter banget ngambek sih kamu sekarang? Haha sini deh biar hangat.” Juan meraih jemari tangan Ignatia dan menggosok-gosokan jemarinya bersamaan dengan jemari Ignatia , karena itu adalah salah satu cara untuk menciptakan panas didalam tubuh manusia. Tidak perduli banyak orang di Halte tempat Ignatia dan Juan berada ia tetap melakukan itu untuk menghangatkan tubuh kekasihnya kembali. Ini bukanlah kali pertama sebuah keromantisan yang ada didalam diri Juan , banyak sekali sebuah kejadian yang memang bisa jadi membuat Ignatia meleleh dibuatnya. Juan bukanlah sosok yang romantic yang bisa menyiptakan ribuan kalimat cinta namun seketika Juan mampu melakukan sebuah keromatisan yang tidak mampu dilupakan oleh pasangannya.

                Hari ini Juan mengajak Ignatia berkunjung kerumahnya untuk sekedar bertemu dengan kedua orang tua Juan , sebenarnya sudah sangat lama Juan ingin mengajak Ignatia bertemu dengan Ayah dan Ibu Juan namun Juan masih belum siap jika saja kedua orang tuanya melihat siapa sebenarnya gadis yang telah menjalani hubungan selama 5tahun bersama dengan putranya.
                “ Ini rumah ku , memang tidak cukup besar tapi disini aku sudah lama banget haha banyak kenangannya juga.” Juan menunjukan dan mempersilakan Ignatia untuk masuk kedalam rumahnya , tidak lama ibu Juan keluar rumah dan tersenyum ramah kepada gadis yang dibawa Juan kerumah.
                “ Assalamualaikum bu, “ Ignatia mengucapkan salam lalu mencium tangan Ibu Juan  dengan sikap ramah dan sopan dari dirinya.
                “ Waalaikumsalam nak , kamu temannya Juan? Hehe cantik yah, ayo masuk-masuk kita ngobrol didalam saja. Ada Ayah Juan juga didalam.” Dengan disambut hangat Ignatia akhirnya merasa sangat lega , didalam benak Ignatia hanyalah ketakutan jika saja orang tua Juan tidak mampu menerimanya atau bahkan sama sekali tidak meresponsnya.
                “ Yah , ada temannya Juan nih. Bukan teman sih kayaknya tapi pacarnya kan? Haha” Ibu Juan terlihat seakan meledek mereka berdua sampai-sampai wajah keduanya memerah.
                “ Assalamualaikum om, “ Ignatia pun mencium tangan Ayah Juan , namun Ayah Juan seketika memusatkan pandangannya kepada sebuah kalung salib yang terpakai dileher Ignatia saat itu , wajahnya yang tadinya akan bersikap ramah menjadi sangat acuh kepada kehadiran Ignartia.
                Ignatia pun mulai menyadari ketidak nyamanan yang ditunjukan oleh Ayah Juan ketika ia berada dirumahnya , rasanya Ignatia telah menyadari sejak pertama bertemu Ayah Juan melihat ia mengenakan kalung salib itu. Juan pun merasakan ada hal beda yang ditunjukan oleh Ayahnya terhadap Ignatia , meskipun Ibunya terkesan open dan ramah menerima kedatangan Ignatia saat itu.
                Begitu sulit memang saat semua itu dirasakan , Ignatia mencoba untuk menelan pil pahit itu dengan harapan jika suatu hari nanti Ayah Juan akan menerimanya seutuhnya.
                                                                                                &&&&
                “ Juan , kemarin itu yang datang pacar kamu?” Tiba-tiba pertanyaan ayahnya menghentikan langkah juan yang akan masuk ke dalam kamarnya.
                “ Iya yah.”
                “ Non islam?” Tanya Ayahnya lagi
                “ Iya.”
                “ Sudah berapa lama?”
                “ 5 tahun yah….”
                “ Putuskan , lagi pula ayah tidak akan mengizinkan kamu bersama dengan wanita yang tidak seiman dengan kamu. Cari wanita lain yang pastinya seiman dengan mu. Masih banyak wanita diluar sana.” Seakan petir yang menghantam dirinya , Juan tidak kuasa mendengar semua yang diucapkan ayahnya. Ya bagaimana tidak , ayahnya dengan tegas meminta Juan untuk memutuskan Ignatia , setelah sekian lama mereka menjalani hari-hari mereka berdua kini hal yang paling ditakutkan olehnya sudahlah terjadi. Bagaimana mungkin Juan bisa memutuskan hubungannya dengan Ignatia. Berapa banyak moment yang dilakukan bersama dengannya rasa berat jika harus menghilangkan dan meninggalkan semua itu.

                Sore hari Juan memang miliki janji untuk bertemu dengan Ignatia , hari ini mereka bertemu disebuah taman kota yang ada didaerah menteng , ya ini memang tempat favorite mereka menghabiskan waktu berdua ketimbang berkeliling di mall.
                “ Kamu mau turutin 1 permintaan aku gak?”
                “ Apa? Mau lah kamu kan selama ini gak pernah minta sama aku” dengan wajah semangat Juan menyimak apa yang diinginkan oleh kekasihnya itu.
                “ Aku mau edelwies. Bisa kamu kasih itu untuk aku?”
                “ I go it. Aku akan kasih Edelwies buat kamu.” Juan Tersenyum setelah tahu apa yang sangat di inginkan oleh kekasihnya saat ini , mungkin ini menjadi sebuah barang pertama yang akan ia berikan kepada Ignatia.
                “ Seriously?”
                “ Aku janji akan bawain kamu Edelwies.”  Juan mengapai jemari tangan Ignatia dan berjanji jika ia akan membawakan Edelwies untuk gadis itu.
                                                                                                &&&&

28 December 2013
                Hari ini Juan bersama dengan tim pencinta alam temannya akan melakukan perjalanan ke mahameru yang membutuhkan waktu 3 hari mencapai puncak , ya sebelumnya Juan tidak pernah melakukan olahraga hiking seperti ini mengingat kondisinya dan ia juga memiliki asma yang membatasi dirinya melakukan sebuah kegiatan. Ia tidak memberitahukan Ignatia jika ia akan melakukan perjalanan demi mendapatkan Edelwies untuk Ignatia , ini akan menjadi sebuah kejutan istimewa dikala ulangtahun Ignatia yang jatuh tepat pada 2 Januari nanti. Meskipun rasanya berat untuk meninggalkan Ignatia tanpa kabar selama 3 hari namun ini yang harus ia lakukan agar Ignatia tidak menghalanginya pergi.
                Hari pertama mereka melakukan perjalan menggunakan sebuah kereta , ya disini ada beberapa orang kurang lebih 12 pendaki yang termuda adalah Juan setelah mengetahui apa alasan Juan ikut dalam rombongan mereka , tidak habis fikir jika seorang anak sma seperti Juan mempersiapkan sebuah rencana yang sungguh Romantis untuk kekasihnya. Mereka pun sepakat untuk membantu Juan menjalankan semuanya.
                Disisi lain berbeda dengan halnya Juan , kini rasa cemas dan gundah dirasakan oleh Ignatia. Bagaimana tidak? Ini tidak seperti biasanya Juan bersikap seakan menghilang dari segalanya , bahkan beberapa temannya tidak mengetahui keberadaan Juan saat ini. Rasanya memang seperti kehilangan secara tiba-tiba yang ia rasakan.
                Sesaat Ignatia hanyalah memandangi wajah Juan lewat gambar foto mereka berdua yang ia letakan dikamarnya , ya hanya itu yang mampu ia lakukan. Beberapa kali ia mencoba untuk menghubungi Juan namun nihil adanya, ponselnya tidak aktif dan kini entah Juan sedang berada dimana dan apa yang sedang ia lakukan.
                “ Delia , “ Ignatia mencoba untuk datang kesekolah , berharap jika akan bertemu dengan Juan disekolah karena sepengetahuannya Juan selalu menyempatkan diri untuk memantau jalannya latihan dalam kegiatan rohis.
                “ Ya? Ada apa Igna?” Delia menghentikan langkahnya ketika mendapati Ignatia datang dengan wajah bingungnya.
                “ Kamu tahu Juan dimana? Mungkin dia kesekolah untuk liat kalian latihan?”
                “ Engga udah beberapa hari ini Juan gak kelihatan di sekolah Igna, memang kenapa?”
                “ Juan sudah 2 hari tidak menghubungi ku bahkan aku engga tau dimana dia sekarang Del. Aku sudah coba hubungin dia tapi ponselnya gak aktif aku khawatir ada apa-apa sama dia.” Wajah Ignatia seakan menahan semua rasa sedihnya karena kepergian Juan yang secara tiba-tiba darinya , ini merupakan kali pertamanya ia merasakan hal ini,
                “ Sebelumnya kamu ada masalah sama dia? Atau pertikaian kecil diantara kalian?”
                “ Maybe nope…. Aku terakhir ketemu sama dia itu Cuma ngobrolin kalau aku lagi ingin bunga Edelwies tapi gak ada masalah dari itu semua. Setelah itu malamnya kita masih telfonan gak kesangka paginya dia sama sekali gak kasih aku kabar” Kini airmata yang sejak tadi Ignatia tahan telah membahasi pipinya , Delia binggung apa yang harus ia lakukan selain mencoba menenangkan Ignatia yang sudah menangis terisak.
                “ Insyaallah gak akan terjadi apa-apa sama Juan kok Na , kamu Positif saja yaah udah dong jangan nangis tenangin diri kamu mungkin ada sebuah hal yang gak bisa Juan katakan atau belum siap untuk itu semua.”
                “ Aku tahu kok aku sama Juan itu gak akan berjalan happy ending but I want him to be my future, aku mau kok belajar menjadi seorang muslimah. Tapi tidak semudah itu sepertinya orang tua ku? kamu tau mereka berada dan memegang kuat teguh iman sebagai seorang katolik. Bagaimana mungkin semudah itu mereka mengizinkan ku untuk mempelajari agama lain? Orang tua Juan bahkan juga bersikap sama , seakan mereka tidak mau kami bersama. Lantas apa yang harus aku lakukan Del?” tangisan Ignatia semakin pecah , Delia merasakan semua kesedihan itu , semua kesakitan saat mereka sudah mempertahankan semua ini namun harus kandas dan pada akhirnya menyerah pada sebuah keadaan.
                “ Aku dulu sempat seperti kamu , namun sayangnya aku menjadi diposisi Juan dan kamu menjadi diposisi kekasih ku dulu. Kami juga belum lama berakhir baru beberapa bulan lalu. Hubungan kami bahkan sudah sama seperti kalian berjalan selama 5tahun lamanya , namun karena kami berdua terlalu menyerah pada keadaan akhirnya membuat kami memutuskan untuk menjalani jalan kami masing-masing. Aku sama seperti halnya kamu, mendapat sebuah pertentangah keras dari keluarga ku dan dipaksa untuk mengakhiri semua itu.” Ignatia menghentikan tangisannya , dan memfokuskan semua pandangannya kearah Delia yang ternyata pernah mengalami hal yang sama seperti yang dialami dirinya dan Juan.
                “ Lalu yang kamu lakukan? Setelah itu apa yang kamu rasakan?”
                “ Kami mencoba untuk berpisah secara baik-baik. Menjalani jalan masing-masing , mungkin itu adalah sebuah jalan terbaik yang mungkin dapat kami ambil. Sekarang aku dan dia berteman , aku hanya ingat jika jodoh yang allah berikan itu tidak akan diduga dan aku selalu ingat jika jodoh itu gak akan lari kemana. Mungkin saat ini aku dan dia harus terpisah namun someday entah kapan itu terjadi bisa saja allah mempertemukan ku dan dia lagi.”
                “ Namun sungguh sulit jika harus melepaskan semua untuk ku….”
                “ Jika kamu masih akan berjuang begitupun dengan Juan , pertahankan lah semua ini. Aku yakin allah akan memberikan kebahagian untuk kalian berdua.”
                Ignatia erat memeluk Delia dengan tangisan , ya kali ini hanya ada satu orang yang mampu merasakan apa yang benar-benar menjadi sebuah kesakitan baginya. Selama ini orang lain hanya mampu melihatnya bersedih-sedih namun tidak bisa memahami apa sebenarnya yang senantiasa menjadi kesedihannya. Mungkin Delia pun sempat merasakan bagaimana rasanya berada diposisi ketika ia begitu sulit untuk melepaskan sesuatu yang tidak mungkin akan pernah bisa dilepaskan
                                                                                                &&&&
31 Januari 2013…..
                Hari ini Juan telah menyelesaikan perjalannya , rasanya seakan melihat semua ciptaan yang tuhan ciptakan begitu indah. Juan melepaskan kelelahannya sesaat melihat sebuah foto dirinya bersama dengan Ignatia yang sengaja ia bawa untuk melepaskan rasa rindu kepada gadisnya itu. Setelah beristirahat Juan dengan beberapa rekannya bergegas untuk menjalankan rencanya awal mengapa ia mendaki sejauh ini.
                Setelah turun kesebuah padang bunga sungguh Juan merasakan sebuah kelegaan karena ia telah melihat ribuan atau bahkan hamparan bunga Edelwies yang berada didepannya. Seharusnya ia membawa Ignatia ikut serta bersamanya agar Igantia dapat melihat semua hamparan Edelwies yang sangat ia inginkan.
                “ ini kan gabisa diambil?” salah satu dari rekan Juan memberi tahukan Juan Jika edelwies bukanlah bunga yang dapat dibawa pulang.
                “ terus gimana? Sebatang aja yah yah? Tolong?” wajahnya sangat memelas saat meminta Edelwiesnya walau hanya satu batang asalkan ia dapat membawanya untuk Ignatia.
                “ Hmmm gimana?” beberapa penjaga disitu pun akhirnya berdiskusi untuk mencari jawaban akan permintaan anak muda ini.
                “ Hanya satu batang….” Wajahnya kembali dibuat seakan ia minta dikasihani.
                “ 1 batang? Yaudahlah bawa deh inget 1 batang gak banyak-banyak?”
                “ Yaallah makasih makasih paaaaak!!!!!!!” seketika Juan loncat kegirangan karena mampu menepati janjinya untuk kekasihnya itu. Ini akan menjadi sebuah kenangan yang memang terindah karena ia mampu memberikan apa yang diinginkan oleh Ignatia.
                Setelah mendapatkan itu , Juan kembali untuk membuat sebuah film pendek sebagai hadiah ulang tahun untuk Ignatia , hanya ini yang mampu ia berikan untuk Ignatia bukan sebuah cincin berlian maupun barang-barang berharga melainkan sebuah perjalanannya untuk mendapatkan apa barang yang diinginkan oleh kekasinya itu.
                Semua telah ia lakukan kini adalah saat kembali kebawah dan kembali ke Jakarta lalu memberikan sebuah kejutan kecil namun bernilai besar bagi Juan untuk Ignatia. Sebatang Edelwies yang mungkin tidak bernilai dibandingkan banyak sekali hadiah yang didapatkan oleh Ignatia mungkin menjadi sebuah kado terspecial karena butuh sebuah perjuangan besar demi mendapatkan bunga ini.

1 Januari 2014.
                Tahun sudah berganti , semalam menjadi sebuah moment yang memang tidak begitu special , tahun-tahun sebelumnya Ignatia menghabiskan pergantian malam tahun baru ini bersama dengan Juan namun tidak untuk tahun ini. Sampai saat ini pun Ignatia belum mendapatkan kabar dimana keberadaan Juan berada, besok adalah hari lahir Ignatia biasanya Juan akan memberikan atau bahkan mempersiapkan sesuatu untuknya namun untuk tahun ini mungkin Ignatia tidak berharap lebih , baginya kehadiran Juan pun berada di pestanya sudahlah lebih dari cukup.
                “ Kok murung? Masih tahun baru loh masa sudah murung?” seorang wanita paruh baya menghampirinya yang terdiam duduk disebuah ayunan kayu ditaman belakang rumah.
                “ Juan mah sampai sekarang Juan pun gak kasih kabar dimana dia mah sama Igna…..”
                “ Lalu bagaimana? Sudah Tanya keteman-temannya?” sekali lagi wanita itu mencoba untuk menenangkan putrinya seakan memberikan putrinya sebuah sinyal jika seseorang yang sangat ia khawatirkan akan baik-baik saja.
                “ Sudah , semua temannya tidak tahu dimana Juan sekarang……”
                “ Yaudah dia pasti baik-baik saja percaya deh sama mamah yah” wanita itu lalu memeluk erat putrinya , rasanya memang sungguh berat untuk merelakan putri kesayangannya yang sejak kecil ia didik untuk menjadi wanita pemegang teguh kesetiaannya pada ajaran katolik harus ia lepaskan demi kebahagiaan bersama dengan pria yang ia cintai kelak nantinya. Sungguh sulit jika menyadari putrinya akan benar-benar ia lepaskan namun ini semua untuk sebuah kebahagiaan yang akan digapai oleh Ignatia semata.
                “ Mah bagaimana jika aku benar-benar bersama dengannya? Apakah mamah mengizinkan ku?”
                “ Ya.. mamah memilih kebahagian mu , meski berat rasanya melepaskan sebuah anugrah yang tuhan berikan untuk mamah dikeluarga ini , mamah berharap jika kamu mampu berpegang teguh dalam hal ajaran yang memang telah mamah berikan kepada mu sayang. Rasanya memang sulit melihat seorang anak yang diharapkan selalu bersama dalam komitmen beragama dengan keluarganya direlakan untuk memilih agama lain. Namun jika itu yang mampu membuat kamu bahagia mamah ikhlas akan semua itu.” Theresia memeluk erat putrinya , tanpa ia sadari airmatanya pun membasahi pundak Ignatia , ia menyadari jika Ibunya menangis entah apakah memang ibunya sudah benar-benar mampu melepaskan putrinya untuk kebahagiaan atau malah belum merelakan sepenuhnya untuk hal itu.
                “ Mamah benar-benar merelakan ku untuk bersama dengan Juan?” Ignatia menatap wajah ibunya masih tersisa butir air mata menggenangi pipi Theresia.
                “ Jika semua demi semua kebahagiaan mu , mamah ikhlas jika harus melepaskan mu nak.” Ignatia tidak kuasa menahan semua kesedihan karena ibunya telah memberinya izin untuk memilih cintanya dibandingkan mempertahankan agamanya.

2 Januari 2014….
                Hari ini merupakan hari kelahiran Ignatia , ia mengadakan sebuah pesta kecil disebuah cafĂ© yang terletak dibilangan Jakarta , beberapa temannya sudah datang memenuhi undangan termaksud dengan Delia yang ternyata datang seorang diri tanpa ditemani oleh Juan , padahal Ignatia berharap jika Delia telah menghubungi Juan dan membawanya untuk bertemu dengan Ignatia. Ignatia terus menerus mencari sosok Juan berharap ia ingat hari ini adalah ulang tahunnya namun dikerumunan keramaian yang ada Juan tetap saja tidak terlihat. Ignatia memastikan jika Juan tidak akan hadir hari ini.
                Namun tiba-tiba lampu padam hanya sebuah layar projector yang menyala diiringi dengan beberapa lagu romance yang diputar seakan sengaja….. disebuah layar terlihat sosok yang benar-benar sudah sangat Ignatia kenal……

………this for my queen of my life……..
……..she was change my life when first I saw her…………
……….Maria Ignatia Jessilian………….
            Haaaaiiii , seorang wanita yang bernama Maria Ignatia Jessilian , ini adalah hari pertama ku di stasiun gambir untuk pergi ketempat yang memang belum bisa ku katakan kepada mu. Aku sengaja membuat sebuah documenter ini untuk mu. Maaf jika sebelumnya aku tidak mengatakan kemana aku menghilang.
            Hari ini aku menaiki kereta sampai kesebuah tujuan tapi maaf jika dalam pengeditan gambar aku masih merahasiakan kemana aku akan pergi……………..
            Days 2………
            Ini hari kedua dimana aku melakukan perjalanan ku , can u see? Menakjubkan bukan? Aku menaiki sebuah jeep untuk mengunjungi sebuah tempat. Nanti semua akan ku beritahukan diakhir aku membuat documenter ini………
            Days’3……………………………..
            Haaaiiiiii? Hari ini merupakan hari ke-3 ku melakukan perjalan ketempat yang mungkin akan cukup berharga untuk ku dan mungkin untuk dirimu. Sebuah tempat yang akan mewujudkan apa yang kau inginkan dari ku. mungkin aku tidak mampu memberikan mu sebuah barang berharga , maupun sebuah barang mewah yang mencengankan tapi aku akan memberikan mu ini……………………..
Juan menunjukan sebuah hamparan bunga Edelwies yang bermekaran diperjalanannya untuk mendapatkan sebatang Edelwies sesuai dengan permintaan Ignatia
            For my angel…… mungkin sebatang Edelwies ini memang tidak cukup berharga bahkan sama sekali tidak bernilai namun untuk ku , ini sangat membuat ku mampu membahagiakan mu karena tidak mudah untuk ku mendapatkan semua ini. Butuh perjuangan yang cukup untuk mendapatkan ini , karena aku tidak ingin membuat seorang wanita yang bersama ku merasa kecewa ketika aku tidak mampu memberikan apa yang ia mau. Kamu bahkan baru sekali ini menuntut ku untuk memberikan kamu sesuatu kan? Maka dari itu aku ingin menuruti apa yang kamu miliki……………….

            “ Ignatia , ini sebatang Edelwies yang sengaja ku dapatkan dipuncak gunung , untuk mu. Maaf sudah membuat mu merasakan khawatir karena beberapa hari kepergian ku tanpa kabar , membuat mu cemas dengan keadaan ku tapi semua ini memang ku lakukan hanya untuk mu. Maria Ignatia Jessilian”  Juan datang dari arah layar dengan sebatang Edelwies yang ia genggam untuk kekasihnya , kedatangannya tiba-tiba membuat semua orang terkejut dan terkesan dengan apa yang ia lakukan untuk Ignatia , sebuah pembuktian cintanya terhadap Ignatia telah ia lakukan dan ia tunjukan didepan semua teman-temannya bahkan semua keluarga Igantia.
                Ignatia yang tidak kuasa menahan tangisnya karena melihat semua itu , ia tersenyum seakan ia bangga memiliki sosok pria seperti Juan yang ternyata memberikannya sebuah hadiah istimewa yang bahkan melebihi apapun.
                “ Aku gak bisa ngomong apa-apa lagi. Aku gak bisa berkata apa-apa lagi , this so awesome entah bagaimana aku bisa untuk menyangka kalo ini akan terjadi but. Thanks you somuch dear I love you more than those three word……”  
                Di hadapan banyak orang, Juan memberanikan diri untuk mengungkapkan sesuatu kepada Ignatia yang memang sangat cepat untuk remaja seumuran mereka. Juan berlutut dihadapan Ignatia yang menitikan airmata karena sebuah kejutan yang tidak pernah ia duga sebelumnya akan terjadi. Juan mengeluarkan sebuah cincin dari saku jasnya dan memperuntuhkan cincin imitasi yang ia miliki itu untuk gadis yang kini ada dihadapannya.
                “ mungkin ini hanyalah sebuah cincin imitasi yang tiada harganya dimata siapapun. Bukan sebuah emas atau perak yang aku berikan untuk kamu sebagai lambing pengikat antara kamu dan aku menjadi kita. Namun satu pinta ku, yang sangat ku mohon kepadamu. Tolong tetap jaga cincin ini, karena aku akan menggantinya dengan sebuah permata intan sebagai bukti aku akan mengikat mu sebagai pendamping ku kelak nanti………”
                Semua tamu yang datang terkesimah dengan apa yang lakukan oleh Juan betapa Juan memiliki sebuah keberanian dan gentle ketika mampu mengungkapkan semua itu didepan banyak halayak, sesungguhnya bukan hal mudah untuk mengatakan semua itu perlu sebuah keyakinan dan kesungguhan tentu saja dengan keberanian penuh dalam mengatakan semua itu. Ignatia memang selalu membuat para temannya iri karena memiliki kekasih seperti Juan, tidak hanya mempunyai paras yang sempurna namun Juan pun memiliki sebuah hati yang tulus, dan lagi Ignatia patut membanggakan dirinya karena ia  memiliki Juan sebagai pria yang kelak nantinya menjadi pemimpin didalam kehidupan bersama yang akan ia jalani nanti.

                Ini memang bukan akhir namun menjadi sebuah awal dimana sebuah kisah, sebuah cerita dan lika-liku kisah cinta mereka dimulai sesungguhnya masih banyak rintangan yang menanti mereka didepan sana. Ya terutama benteng yang membatasi antara mereka untuk mempersatukan diri menjadi satu. Sebuah perbedaan keyakinan yang sangat jelas sudah menjadi sebuah rintangan besar yang mereka lalui, hanya ada 2 pilihan. Bertahan atau menyerah? Jika bertahan bukankah itu akan terasa sia-sia? Namun jika menyerah bukankah pengorbanan yang telah lama dilakukan pun sia-sia jika pada akhirnya semua akan berakhir sia-sia tanpa ada hasil?


******************************************To Be Continued*********************************************