“
Juaaaaaaaaaaan” lagi-lagi Ignatia merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh
kekasihnya itu , ya sikap Juan yang sangat senang menggoda Ignatia itu memang
menjadi kesenangan sendiri untuknya saat melihat wajah Ignatia yang marah
padanya. Mereka pasangan yang benar-benar sangat membuat semua mata iri
karenanya , ya mereka hampir menjalin hubungan selama 5tahun lamanya setelah
kenal dibangku SMP dan berlanjut hingga bangku SMA awalnya Juan masuk kedalam
sekolah bertaraf internasional di Jakarta namun karena kesetiannya kepada
Ignatia akhirnya Juan memutuskan untuk berada disatu sekolah yang sama dengan
Ignatia.
“ Maaf aku
sengaja hahahaha” Juan hanya tertawa melihat wajah Ignatia yang seakan-akan
merasa sangat kesal kepadanya.
“ Untung aku
sabar hadepin kamu.”
“ Ngambek? Sini
peluk dulu” Juan menarik tubuh Ignatia masuk kedalam pelukannya memang hal ini
yang senantiasa Juan lakukan ketika Ignatia mulai kesal terhadapnya dan Ignatia
pun akan segera meredam sesaat Juan memeluknya seperti ini.
Juan memang
sangat mencintai wanitanya , ya beberapa kali mereka menghadapi masalah besar
namun selalu berjalan dengan mudah saat mereka menyikapi semua itu bersama.
Ignatia dan Juan pun terhalang oleh tembok keimanan yang berdiri kokoh
menghalangi kebersamaan mereka. Juan merupakan lelaki yang lahir dan besar
dalam keluarga yang sangat menjunjung tinggi agama Islam dan Juan pun merupakan
sosok lelaki yang taat beragama. Lain halnya dengan Ignatia , dia merupakan
gadis yang lahir dengan menganut agama Katolik ya memang ada perbedaan cukup
besar diantara mereka berdua , terlebih saat perbedaan itu merupakan perbedaan
ke imanan sungguh memang sangat disayangkan. Tapi banyak yang menyangkal jika
hubungan mereka akan tetap berjalan walaupun sudah jelas ada sebuah perbedaan
dari mereka yang cukup signifikan.
Pagi menjelang ,
Ignatia terlihat sedang menunggu sang pangeran datang kerumahnya untuk
menjemputnya ke sekolah pagi ini. Ya mereka telah memasuki semester akhir
sebagai siswa berseragam putih abu-abu tahun ini. Kefokusan memang menjadi
kunci utama untuk lulus dan mendapatkan nilai maksimal , begitupun yang
dilakukan oleh Ignatia maupun oleh Juan
mereka bersama berjuang untuk mendapatkan kelulusan serta sebuah prestasi.
Setiap malam Juan menyempatkan diri untuk sekedar mengajarkan Ignatia beberapa
pelajaran seperti fisika dan Matematika karena mengingat Ignatia sedikit lemah
dalam bidang ini. Sebaliknya Ignatia selalu memberikan privat bahasa asing
kepada Juan karena Ignatia yang memang sejak kecil sangat mahir berbahasa asing
dinilai cukup untuk berprestasi dalam bidang ini.
“ Selamat pagi
bidadari……..” Juan melepaskan masker yang ia kenakan dan mengucapkan selamat
pagi kepada kekasihnya itu dengan senyuman manja khas yang ia ciptakan.
“ Lebay. Udah
hampir setengah tujuh nih ayooooooooo” timbul sebuah senyum kecut ketika
gombalan Juan dihiraukan oleh Ignatia. Juan memberikan helm dan segera meluncur
kesekolahnya mengingat mereka hampir terlambat pagi ini.
Selama
diperjalanan memang mereka tidak pernah berhenti untuk tertawa , ada saja
lelucuan yang diciptakan dianatara mereka berdua , terlebih Juan merupakan
sosok pria yang sangat humoris itulah yang menjadi daya tarik Ignatia
terhadapnya. Setiap kali mereka bertengkar mengenai sesuatu Juang selalu
membuat sebuah hal yang mampu mengembalikan senyuman Ignatia kembali entah apa
yang ia lakukan tapi yang jelas itu membuat Ignatia berhenti marah kepadanya.
Sebuah magic namun ini bukan magic ini hanyalah sebuah ketulusan seorang pria
yang tahu bagaimana cara membuat seorang wanita kembali tersenyum disaat kabut
hitam kemarahan datang.
Sesampai
disekolah mereka berpisah karena tidak berada dikelas yang sama , itu pun
menjadi salah satu alasan mereka untuk tetap fokus dan tahu tempat dimana
mereka menghabiskan waktu berdua dan dimana mereka haruslah berfokus dengan
pelajaran. Ignatia dikenal sebagai siswa yang cerdas dalam berkomunikasi
terlebih saat ia mampu menguasai 3bahasa asing itu sudah cukup membuktikan jika
dirinya mempunyai sebuah bakat dalam “ Public Speaking”. Selain itu ke
aktifannya sebagai ketua organisasi Rohani Kristen pun memang dipandang cukup baik , predikatnya
sebagai seorang siswa yang taat pada ajaran agamanya memang sudah terlihat
sejak ia kecil.
Berbeda dengan
Juan, ya Juan pun merupakan siswa berprestasi dalam hal akademik , ia pernah
menjuarai beberapa olimpiade sains yang di selenggarakan dari tinggkat nasional
hingga internasional , sekolah merekomendasikannya memang tepat karena
nilai-nilai akademik Juan yang sangat menunjang. Belum lagi Juan dikenal
sebagai lelaki yang soleh dan bergabung dalam sebuah organisasi keagamaan
disekolah, wajahnya yang sangat tampan pun memang banyak menyita perhatian para
gadis disekolah , ketika Juan berceramah didepan mereka rasanya mereka merasa
jika Juan merupakan seorang imam yang teladan nantinya.
Memang banyak
yang menyangkan mengapa Ignatia dan Juan berpacaran , ya mereka melihat sisi
dari paras yang memang mereka miliki memang sangat serasi serta kecerdasan yang
mereka miliki juga nyatanya mampu disandingkan. Tapi jika dilihat dari sebuah
sisi besar menjadi tolak ukur kebersamaan mereka , tentu saja banyak yang
menyayangkan jika mereka pada akhirnya harus menyerah pada keadaan itu. Tentang
sebuah tembok besar nan kokoh yang terasa sulit mereka runtuhkan.
“ Good Afternoon
Sweety….” Juan membawakan sebuah susu kotak coklat untuk Ignatia ketika ia
mengunjungi Ignatia selepas menunaikan ibadahnya sebagai seorang muslim.
“ Kamu habis
sholat?”
“ Kok tahu? Wah
kamu punya indera ke-9 yah?”
“ Apasih itu
rambut mu masih basah bekas air wudhu”
“ Haha masih
keliat ganteng kan tapi?” Juan mencoba untuk menggoda Ignatia kali ini dengan
memainkan rambutnya yang masih basah lalu cipratan airnya dikenai ke wajah
Ignatia.
“ Iya-iya terus
deh kebiasaan banget sih. Sore ini aku ada rapat untuk natal , kamu boleh
pulang duluan kok biar nanti aku naik umum.”
“ Nonono , aku
tunggu kamu deh yah? Seperti biasa tuan putri aku engga akan ngebiarin kamu
naik angkutan sendiri. Engga pake nolak ini sudah taken kontrak nanti aku tunggu
kamu sampai selesai. Byeee..” belum sempat Ignatia mengeluarkan kalimat untuk
menyuruh Juan untuk tidak menunggunya ya sama saja dengan hal-hal sebelumnya ,
Juan akan memaksa untuk menunggu hingga Ignatia menyelesaikan rapatnya.
Jam sekolah pun
usai semua siswa berhamburan meninggalkan sekolah tapi tidak untuk Ignatia yang
akan menjadi pembicara untuk rapat natal dari sekolahnya , ya ia akan menjadi
ketua penyelenggaraan natal yang akan diadakan setiap tahun disekolahnya.
Didalam organisasi ini memang ada seorang siswa laki-laki yang menyukai Ignatia
ya namanya Fernando yang mungkin merasa aneh ketika mengetahui hubungan Ignatia
dengan Juan yang ia nilai tidak cocok.
“ Jadi bagaimana
semuanya? Sudah berapa persen semua persiapan yang kalian lakukan? Disini aku
gak bisa banyak berbicara karena semua tugas sudah aku berikan kepada
masing-masing penanggung jawab dan semua harus diserahkan H-4 sebelum acara.”
Ignatia memang terlihat begitu elegan saat ia berbicara dihadapan banyak orang
terlebih ketika ia mulai menggunakan beberapa bahasa inggris dalam logatnya
“ Semua sudah
siap kak , 98% sudah kami persiapkan tinggal dilaporkan.” Seorang juniornya
memberikan beberapa laporan tentang persiapan mereka kepadanya , ya Ignatia
sudah merasa lega karena sudah hampir menyelesaikan beberapa tugasnya dan
hasilnya sekarang tinggal beberapa hal yang bisa ia kerjakan demi kelancaran
ini.
“ Okay , semua
hampir finished. Thanks for teamworknya aku harap ini akan berjalan lancar
tanpa hambatan. Sampai disini , ada yang ditanyakan? Kalo engga ada aku akhiri
pertemuan selanjutnya maybe akan lewat jarkom humas. Terimakasih untuk yang
sudah menyempatkan hadir.” Ignatia bergegas pergi untuk mencari Juan yang entah
berada dimana menunggunya sejak tadi.
“
Ignaaaaaaaaaaa….” Seseorang menghentikan langkahnya , ya itu Fernando teman
satu organisasi dengannya.
“ Iya? Ada yang
bisa aku bantu?”
“ Besok malam
ada acara?”
“ Hmmm , emang
kenapa Fer?” Tanya nya
“ Gue mau ajak
lo makan bisa?”
“ Maaf yah , aku
gak bisa….”
“ Karena Juan?
Gue gak habis fikir deh mau selama apa lagi lo sama dia? Selama apapun kalian
menjalin hubungan tetep aja kalian gak akan pernah bersatu.” Ucapan Fernando
memang bukan hanya kali ini saja , ya Fernando sudah sering mengatakan ini
kepada Ignatia. Karena ketidak mampuan Fernando untuk mendapatkan hati Ignatia
hingga ia tega selalu mengatakan jika hubungan yang dimiliki Ignatia tidak akan
berujung pada sebuah kebahagiaan.
“ Igna?....” Juan yang datang tiba-tiba segera
menghampiri kekasihnya itu , ya Juan memang tidak hanya sekali ini melihat
Fernando bersikap seperti ini kepada kekasihnya. Juan menggenggam jemari tangan
Ignatia dengan erat dihadapan Fernando.
“ Gue juga gak
tau bakal gimana nantinya sama wanita gue. Tapi apa hak lo untuk berkata
seperti itu? Lo tuhan? That’s so awesome saat lo berucap seperti itu sedangkan
lo gak tau bagaimana jalan masa depan gue dengan wanita ini.” Fernando hanya
terdiam saat ia mendengar semua perkataan Juan , dan membiarkan Juan pergi
dengan Ignatia. Apa yang dikatakan oleh Juan memang sangat membuat Fernando
panas sehingga ia harus mencari cara bagaimana cara memisahkan Juan dan Ignatia
Sampai saat ini
pun memang banyak godaan didalam hubungan Ignatia dan Juan bukan hanya Fernando
seorang. Dulu ada seorang siswa perempuan yang begitu cantik menawan dengan
jilbabnya yang digosipkan dekat dengan Juan , ya beberapa beranggapan jika
kedekatan mereka tidak hanya dekat didalam organisasi namun mereka memiliki
hubungan istimewa diluar dari organisasi bahkan kabar angina ini sudah
terdengar dan diketahui oleh Ignatia , namun Ignatia tidak begitu saja mempercayai
tentang kabar burung yang entah kejelasannya bagaimana. Sampai pada akhirnya ia
merasa sangat penasaran hingga bertanya apa yang sebenarnya terjadi apakah
semua itu benar. Nyatanya itu hanyalah sebuah berita hoax yang sengaja
diciptakan untuk mengoyahkan mereka berdua , nyatanya pun Delia itu hanyalah
seorang rekan kerja didalam organisasi rohis bersama dengan Juan tidak lebih.
Dengan hal itu ,
mereka menjadi semakin teguh bersatu menjalani hubungan mereka suara sumbang
dari beberapa orang yang mencela tentang hubungan mereka pun sudah cukup
menjadi makanan sehari-hari untuk Juan dan Ignatia, malahan mereka lebih cerdas
lagi untuk menyikapi kejadian yang datang silih berganti menguji cinta mereka
berdua..
“ Kamu laper
kan? Hayo ngaku tuh perutnya keroncongan. Hahaha” lagi-lagi Juan mencoba untuk
meledek dan menggoda Ignatia , wajah Ignatia lantas memerah ketika ketahuan
jika ia sedang merasakan lapar karena sejak pagi tadi ia belum sempat makan.
“ Juan kamu kalo
ngomong pelanan dikit kenapa sih aku malu ih”
“Harus nih aku
teriak-teriak? Haha yaudah ayo kita makan?” Juan menggandeng kekasihnya
dengan erat menunjukan kepada dunia bagaimana ia berbangga hati memiliki wanita
yang tampil begitu apa adanya , menunjukan sikap kesetiaannya , dan senantiasa
menemaninya sesaat ia terjatuh.
Mereka
memutuskan untuk makan disebuah kedai makan pinggir jalan yang sering mereka
datangi , Ignatia memang terlahir disebuah keluarga yang sangat berkecukupan.
Namun ia merupakan sosok gadis yang sangat sederhana dan tidak penah menuntut
apapun ya itu menjadi sebuah nilai + tersendiri yang ia miliki. Terlebih saat
bersama dengan Juan , Ignatia tidak pernah menuntut dan meminta apapun darinya
, mereka ingin berjalan dengan apa adanya saling memiliki namun tidak saling
membebani.
“ Berdoa dulu
jangan lupa loh” Ignatia mengenggam kedua jemarinya , berdoa sesuai dengan
ketentuan yang ia jalani , sesaat ia membuka matanya ia masih melihat seorang
pria yang teramat ia sayangi berdoa dengan ketentuan berbeda dengannya. Disaat
ia menggenggam kedua tangannya untuk berdoa , Juan mengangkat kedua tangannya
untuk berdoa.
“ I’ve done…..”
“ Yaudah dimakan
toh mbak. Hahaha sehabis ini kita cari masjid dulu yah? Aku belum sholat nih”
ucap Juan setelah melirik arloji yang ia kenakan di tangan kirinya sudah
menunjukan masuk jam Maghrib.
Jauh didalam
lubuk hati Juan yang paling dalam ada sebuah keinginan menjadi seorang imam
didalam sholatnya bersama dengan sosok yang ia cintai kelak nantinya. Menjadi
seorang imam yang akan membimbing wanitanya didalam ibadah dan semua
kehidupannya kelak nanti , memberikan tangannya untuk wanita yang kelak menjadi
halal untuknya, namun sesaat ia berfikir untuk melanjutkan semua itu dia yakin
jika tuhan masih mempersiapkan kebahagiaan untuknya dan Ignatia kelak nanti ,
walau kebahagiaan itu tidak akan mereka jalani bersama setidaknya ia sadar dan
akan mengikhlaskan jikalau semua itu akan menjadi semua kenyataan.
Setelah selesai
makan malam , Juan dan Ignatia bergegas untuk mencari masjid yang berada tidak
jauh dari tempat itu , dengan naik sebuah motor vespa classic mungkin membuat
mereka merasa bahagia menjalani hari-harinya. Seperti biasa Ignatia hanya
menunggu diparkiran , menunggu panggerannya menyelesaikan kewajibannya sebagai
seorang pria yang taat beragama. Sempat Ignatia ingin masuk kedalam masjid
melihat apa saja yang ada didalam sana , serta apa saja yang dilakukan
seseorang selain sholat ditempat suci ini. Apakah sama atau malah berbeda
dengan gereja yang selalu ia sambangi setiap minggu untuk beribadah
“ Sudah selesai
nih. Pulang yuk? Aku anter kamu dulu , sampai depan pagar hahaha” Juan
menghampiri Ignatia setelah selesai beribadah dan mengajaknya kembali kerumah
mengingat sudah seharusnya ia berada dirumah malam ini.
“ Baik lah
kapten haha. Mana pelindung kepala ku?”
“ Lebay banget
sih hahaha. Nih toh ndo helm mu. Okay naik , kita ready meluncur” dengan gaya
khas bicara Juan cukup membuat Ignatia terkikik dibuatnya ya ini yang memang
dilakukan pria itu saat berada bersamanya , tidak ada sebuah sifat yang
ditutup-tutupi semua berjalan begitu saja mereka mengenal satu sama lain dengan
sifat asli mereka satu sama lain.
&&&&
Jam menunjukan
pukul 12.00 siang ,hari ini ada acara disekolah Ignatia namun Juan datang untuk
sekedar menjemputnya sehabis acara natal berlangsung , beberapa yang datan
memang sudah tidak heran mengapa Juan berada disini. Juan memutuskan untuk
sekedar membaca ayat-ayat suci didalam masjid sekolah , untuk menghilangkan
rasa jenuh menunggu kekasihnya itu.
“ Loh? Juan? Kok
ada disini?” Delia yang ternyata datang untuk menaruh beberapa alat yang telah
digunakan para grup marawis sekolah setelah lomba kemarin datang ke masjid dan
mendapati Juan telah berada disana.
“ Oh Delia? Itu
nunggu Igna selesai acara , kasihan kalo pulang sendiri hehe. Lo sendiri
ngapain disini? Oh mau balikin alat marawis yah? Gimana? Congrastulation deh
yah kemarin menang kan? Haha”
“ Ah iya Igna
kan jadi ketua untuk acara tahun ini yah? Hehe iya nih alhamdulilah syukur
banget kita bisa menang lagi hehe.” Ucap Delia dengan lembut
“ Hmmm , Del
boleh Tanya?”
“ Silakan , mau
Tanya apa?” Suasana menjadi sangat hening ketika Juan memulai pembicaraan
menjadi serius.
“ Lo kan pasti
tau semua tentang agama? Bagaimana tanggepan lo tentang orang yang berpacaran
beda agama?”
“ Haruskah aku
jawab pertanyaan ini Ju?” seperti ada rasa tidak enak kepada Juan jika Delia
harus mengatakan itu semua , seakan takut menyinggung perasaan Juan.
“ Kan gue Tanya
mbo yoh toh dijawab Del.”
“ Sebenarnya
pacaran pun dalam islam itu tidak diperbolehkan , yang diperbolehkan itu
hanyalah Ta’aruf? Tapi Ta’aruf itu akan menjurus untuk yang sudah siap kenjang
pernikahan. Pacaran saja tidak boleh apalagi berbeda keyakinan? Sebenarnya itu
memang tidak boleh , ya kalau beranggapan masih sekedar “ pacaran “ tapi
jikalau kamu malah “ langgeng “ bukankah itu yang ditakutan? Apakah salah satu
diantara kalian akan merelakan pindah ke agama lain? Belum tentu , apalagi kamu
dan Igna merupakan sosok yang sangat taat beragama? Kalian itu sebenarnya
memang pasangan yang benar-benar serasi dan aku melihat diantara kalian ada
sebuah ketulusan mencintai satu sama lain. Namun apakah mungkin kamu akantetap
mempertahankan ini hingga kalian bersatu?” Juan terdiam mencerna dalam-dalam
apa yang dikatakan oleh Delia memang benar adanya berpacaran saja dalam islam
itu tidak diperbolehkan apalagi jika berbeda keyakinan selain islam?
“ Menurut kamu
apa yang harus aku lakukan?”
“ Semua ada
ditangan mu dan Igna bagaimana cara kalian untuk mengambil jalan yang
benar-benar terbaik untuk kalian berdua.” Delia tersenyum karena baginya tidak
mengikut campuri dan menyerahkan kepada mereka berdua tentang bagaimana
kedepannya sudah dirasa cukup.
Butiran tetes
airmata membasahi pipi Ignatia yang tidak sengaja mendengar semua percakapan
Delia dengan Juan , ya memang benar adanya hubungan mereka ini tidaklah akan
berjalan kesebuah kebersamaan seperti yang mereka impikan sejak lama. Meniti mimpi
dan membangun sebuah keluarga kelak dimasa depan nanti memang sangat sulit
untuk mereka wujudkan mengingat masih ada benteng yang sangat tinggi membatasi
semua mimpi mereka bahkan menghancurkan semua bayangan masa depan yang mereka
dambakan akan terjadi nanti.
Entah ini
menjadi awal atau pun hanya sebuah cobaan semata saat Juan mulai bertanya-tanya
hal itu. Yang ada dibenak hati Ignatia hanyalah,” Apakah Juan ingin menyerah
dengan keadaan ini?” dengan berat hati Ignatia menyembunyikan sebuah kesedihannya
bersikap seolah-olah ia tidak mendengar apa yang mereka bicarakan lalu masuk
dan menghampiri Juan bersama Delia.
“
Assalamualaikum.”
“
Waalaikumsalam, kamu sudah selesai?” ucap Juan yang terkejut ketika mendapati
Ignatia berada dihadapannya kali ini.
“ Aku baru saja
turun dan selesai hehe , ada Delia juga disini?”
“ Iya nih Igna ,
aku habis kembaliin alat marawis setelah dipakai untuk lomba kemarin.” Delia
tersenyum menatap gadis yang berkacamata itu.
“ Oalah gitu toh
hehe , Ju kita pulang sekarang yuk?”
“ Hmm kalau gitu
gue sama Igna balik duluan yah Del , kasihan nih kayaknya bidadari gue
kelelahan haha” Dalam hal situasi ini pun Juan masih saja sempat menggoda
Ignatia dan mencoba untuk kembali mencairkan suasana.
Delia hanya
tertawa kecil melihat pasangan itu , rasanya memang sangat disayangkan jika
mereka harus berpisah karena telah mendapatkan sebuah predikat the best couple
untuk pasangan terserasi disekolah bahkan banyak sekali pasangan yang iri
dengan keserasian yang dimiliki Juan dan Ignatia.
Dipertengahan
perjalanan mereka hujan turun cukup deras membuat mereka untuk mencari tempat
berteduh hari itu , ya Juan tidak akan membiarkan Ignatia bermain hujan bersama
dengannya karena mengingat jika Ignatia mempunyai sebuah imunitas tubuh yang lemah
dan mudah terserang penyakit.
“ Kita neduh
disini yah?” Juan memarikirkan kendarannya dan melihat keadaan Ignatia yang
sudah basah kuyup karena hujan tadi.
“ Ah kamu , ini
ini pake jaket aku deh kasihan kamunya kedinginan gitu kan, bukannya bawa jaket
kan” Juan melepaskan Jaket yang tadinya ia kenakan dan ia berikan untuk Ignatia
yang sudah basah kuyup.
“ Terus kamu?
Gak pake jaket dong?”
“ Gak apa-apa
kok yang penting bidadari aku sayapnya gak kebasahan eh udah lepek deng
hahahaha” Juan tertawa ketika kembali meledek kekasihnya itu , Ignatia pun
tertawa kecil melihat kelakuan konyol yang diciptakan oleh kekasihnya itu.
“ Hahaha aku kan
punya guardian angel jadi aku gak perlu takut sakit deh.”
“ Lebay kan ,
gombal kan?” nada ledekan kembali diciptakan ketikan Ignatia mulai untuk
menggombal kepada Juan. Ignatia menunjukan wajah sinisnya ketika dibalas dengan
nada ketus oleh Juan.
“ Ngambek?
Pinter banget ngambek sih kamu sekarang? Haha sini deh biar hangat.” Juan
meraih jemari tangan Ignatia dan menggosok-gosokan jemarinya bersamaan dengan
jemari Ignatia , karena itu adalah salah satu cara untuk menciptakan panas
didalam tubuh manusia. Tidak perduli banyak orang di Halte tempat Ignatia dan
Juan berada ia tetap melakukan itu untuk menghangatkan tubuh kekasihnya
kembali. Ini bukanlah kali pertama sebuah keromantisan yang ada didalam diri
Juan , banyak sekali sebuah kejadian yang memang bisa jadi membuat Ignatia
meleleh dibuatnya. Juan bukanlah sosok yang romantic yang bisa menyiptakan
ribuan kalimat cinta namun seketika Juan mampu melakukan sebuah keromatisan
yang tidak mampu dilupakan oleh pasangannya.
Hari ini Juan
mengajak Ignatia berkunjung kerumahnya untuk sekedar bertemu dengan kedua orang
tua Juan , sebenarnya sudah sangat lama Juan ingin mengajak Ignatia bertemu
dengan Ayah dan Ibu Juan namun Juan masih belum siap jika saja kedua orang
tuanya melihat siapa sebenarnya gadis yang telah menjalani hubungan selama
5tahun bersama dengan putranya.
“ Ini rumah ku ,
memang tidak cukup besar tapi disini aku sudah lama banget haha banyak
kenangannya juga.” Juan menunjukan dan mempersilakan Ignatia untuk masuk
kedalam rumahnya , tidak lama ibu Juan keluar rumah dan tersenyum ramah kepada
gadis yang dibawa Juan kerumah.
“
Assalamualaikum bu, “ Ignatia mengucapkan salam lalu mencium tangan Ibu
Juan dengan sikap ramah dan sopan dari
dirinya.
“ Waalaikumsalam
nak , kamu temannya Juan? Hehe cantik yah, ayo masuk-masuk kita ngobrol didalam
saja. Ada Ayah Juan juga didalam.” Dengan disambut hangat Ignatia akhirnya
merasa sangat lega , didalam benak Ignatia hanyalah ketakutan jika saja orang
tua Juan tidak mampu menerimanya atau bahkan sama sekali tidak meresponsnya.
“ Yah , ada
temannya Juan nih. Bukan teman sih kayaknya tapi pacarnya kan? Haha” Ibu Juan
terlihat seakan meledek mereka berdua sampai-sampai wajah keduanya memerah.
“
Assalamualaikum om, “ Ignatia pun mencium tangan Ayah Juan , namun Ayah Juan
seketika memusatkan pandangannya kepada sebuah kalung salib yang terpakai
dileher Ignatia saat itu , wajahnya yang tadinya akan bersikap ramah menjadi
sangat acuh kepada kehadiran Ignartia.
Ignatia pun
mulai menyadari ketidak nyamanan yang ditunjukan oleh Ayah Juan ketika ia
berada dirumahnya , rasanya Ignatia telah menyadari sejak pertama bertemu Ayah
Juan melihat ia mengenakan kalung salib itu. Juan pun merasakan ada hal beda
yang ditunjukan oleh Ayahnya terhadap Ignatia , meskipun Ibunya terkesan open
dan ramah menerima kedatangan Ignatia saat itu.
Begitu sulit
memang saat semua itu dirasakan , Ignatia mencoba untuk menelan pil pahit itu
dengan harapan jika suatu hari nanti Ayah Juan akan menerimanya seutuhnya.
&&&&
“ Juan , kemarin
itu yang datang pacar kamu?” Tiba-tiba pertanyaan ayahnya menghentikan langkah
juan yang akan masuk ke dalam kamarnya.
“ Iya yah.”
“ Non islam?”
Tanya Ayahnya lagi
“ Iya.”
“ Sudah berapa
lama?”
“ 5 tahun yah….”
“ Putuskan ,
lagi pula ayah tidak akan mengizinkan kamu bersama dengan wanita yang tidak
seiman dengan kamu. Cari wanita lain yang pastinya seiman dengan mu. Masih
banyak wanita diluar sana.” Seakan petir yang menghantam dirinya , Juan tidak
kuasa mendengar semua yang diucapkan ayahnya. Ya bagaimana tidak , ayahnya
dengan tegas meminta Juan untuk memutuskan Ignatia , setelah sekian lama mereka
menjalani hari-hari mereka berdua kini hal yang paling ditakutkan olehnya
sudahlah terjadi. Bagaimana mungkin Juan bisa memutuskan hubungannya dengan
Ignatia. Berapa banyak moment yang dilakukan bersama dengannya rasa berat jika
harus menghilangkan dan meninggalkan semua itu.
Sore hari Juan
memang miliki janji untuk bertemu dengan Ignatia , hari ini mereka bertemu
disebuah taman kota yang ada didaerah menteng , ya ini memang tempat favorite
mereka menghabiskan waktu berdua ketimbang berkeliling di mall.
“ Kamu mau turutin
1 permintaan aku gak?”
“ Apa? Mau lah
kamu kan selama ini gak pernah minta sama aku” dengan wajah semangat Juan
menyimak apa yang diinginkan oleh kekasihnya itu.
“ Aku mau
edelwies. Bisa kamu kasih itu untuk aku?”
“ I go it. Aku
akan kasih Edelwies buat kamu.” Juan Tersenyum setelah tahu apa yang sangat di
inginkan oleh kekasihnya saat ini , mungkin ini menjadi sebuah barang pertama
yang akan ia berikan kepada Ignatia.
“ Seriously?”
“ Aku janji akan
bawain kamu Edelwies.” Juan mengapai
jemari tangan Ignatia dan berjanji jika ia akan membawakan Edelwies untuk gadis
itu.
&&&&
28 December 2013
Hari ini Juan
bersama dengan tim pencinta alam temannya akan melakukan perjalanan ke mahameru
yang membutuhkan waktu 3 hari mencapai puncak , ya sebelumnya Juan tidak pernah
melakukan olahraga hiking seperti ini mengingat kondisinya dan ia juga memiliki
asma yang membatasi dirinya melakukan sebuah kegiatan. Ia tidak memberitahukan
Ignatia jika ia akan melakukan perjalanan demi mendapatkan Edelwies untuk
Ignatia , ini akan menjadi sebuah kejutan istimewa dikala ulangtahun Ignatia
yang jatuh tepat pada 2 Januari nanti. Meskipun rasanya berat untuk
meninggalkan Ignatia tanpa kabar selama 3 hari namun ini yang harus ia lakukan
agar Ignatia tidak menghalanginya pergi.
Hari pertama
mereka melakukan perjalan menggunakan sebuah kereta , ya disini ada beberapa
orang kurang lebih 12 pendaki yang termuda adalah Juan setelah mengetahui apa
alasan Juan ikut dalam rombongan mereka , tidak habis fikir jika seorang anak
sma seperti Juan mempersiapkan sebuah rencana yang sungguh Romantis untuk
kekasihnya. Mereka pun sepakat untuk membantu Juan menjalankan semuanya.
Disisi lain
berbeda dengan halnya Juan , kini rasa cemas dan gundah dirasakan oleh Ignatia.
Bagaimana tidak? Ini tidak seperti biasanya Juan bersikap seakan menghilang
dari segalanya , bahkan beberapa temannya tidak mengetahui keberadaan Juan saat
ini. Rasanya memang seperti kehilangan secara tiba-tiba yang ia rasakan.
Sesaat Ignatia
hanyalah memandangi wajah Juan lewat gambar foto mereka berdua yang ia letakan
dikamarnya , ya hanya itu yang mampu ia lakukan. Beberapa kali ia mencoba untuk
menghubungi Juan namun nihil adanya, ponselnya tidak aktif dan kini entah Juan
sedang berada dimana dan apa yang sedang ia lakukan.
“ Delia , “
Ignatia mencoba untuk datang kesekolah , berharap jika akan bertemu dengan Juan
disekolah karena sepengetahuannya Juan selalu menyempatkan diri untuk memantau
jalannya latihan dalam kegiatan rohis.
“ Ya? Ada apa
Igna?” Delia menghentikan langkahnya ketika mendapati Ignatia datang dengan
wajah bingungnya.
“ Kamu tahu Juan
dimana? Mungkin dia kesekolah untuk liat kalian latihan?”
“ Engga udah
beberapa hari ini Juan gak kelihatan di sekolah Igna, memang kenapa?”
“ Juan sudah 2
hari tidak menghubungi ku bahkan aku engga tau dimana dia sekarang Del. Aku
sudah coba hubungin dia tapi ponselnya gak aktif aku khawatir ada apa-apa sama
dia.” Wajah Ignatia seakan menahan semua rasa sedihnya karena kepergian Juan
yang secara tiba-tiba darinya , ini merupakan kali pertamanya ia merasakan hal
ini,
“ Sebelumnya
kamu ada masalah sama dia? Atau pertikaian kecil diantara kalian?”
“ Maybe nope….
Aku terakhir ketemu sama dia itu Cuma ngobrolin kalau aku lagi ingin bunga
Edelwies tapi gak ada masalah dari itu semua. Setelah itu malamnya kita masih
telfonan gak kesangka paginya dia sama sekali gak kasih aku kabar” Kini airmata
yang sejak tadi Ignatia tahan telah membahasi pipinya , Delia binggung apa yang
harus ia lakukan selain mencoba menenangkan Ignatia yang sudah menangis
terisak.
“ Insyaallah gak
akan terjadi apa-apa sama Juan kok Na , kamu Positif saja yaah udah dong jangan
nangis tenangin diri kamu mungkin ada sebuah hal yang gak bisa Juan katakan
atau belum siap untuk itu semua.”
“ Aku tahu kok
aku sama Juan itu gak akan berjalan happy ending but I want him to be my
future, aku mau kok belajar menjadi seorang muslimah. Tapi tidak semudah itu
sepertinya orang tua ku? kamu tau mereka berada dan memegang kuat teguh iman
sebagai seorang katolik. Bagaimana mungkin semudah itu mereka mengizinkan ku
untuk mempelajari agama lain? Orang tua Juan bahkan juga bersikap sama , seakan
mereka tidak mau kami bersama. Lantas apa yang harus aku lakukan Del?” tangisan
Ignatia semakin pecah , Delia merasakan semua kesedihan itu , semua kesakitan
saat mereka sudah mempertahankan semua ini namun harus kandas dan pada akhirnya
menyerah pada sebuah keadaan.
“ Aku dulu
sempat seperti kamu , namun sayangnya aku menjadi diposisi Juan dan kamu
menjadi diposisi kekasih ku dulu. Kami juga belum lama berakhir baru beberapa
bulan lalu. Hubungan kami bahkan sudah sama seperti kalian berjalan selama
5tahun lamanya , namun karena kami berdua terlalu menyerah pada keadaan
akhirnya membuat kami memutuskan untuk menjalani jalan kami masing-masing. Aku
sama seperti halnya kamu, mendapat sebuah pertentangah keras dari keluarga ku
dan dipaksa untuk mengakhiri semua itu.” Ignatia menghentikan tangisannya , dan
memfokuskan semua pandangannya kearah Delia yang ternyata pernah mengalami hal
yang sama seperti yang dialami dirinya dan Juan.
“ Lalu yang kamu
lakukan? Setelah itu apa yang kamu rasakan?”
“ Kami mencoba
untuk berpisah secara baik-baik. Menjalani jalan masing-masing , mungkin itu
adalah sebuah jalan terbaik yang mungkin dapat kami ambil. Sekarang aku dan dia
berteman , aku hanya ingat jika jodoh yang allah berikan itu tidak akan diduga
dan aku selalu ingat jika jodoh itu gak akan lari kemana. Mungkin saat ini aku
dan dia harus terpisah namun someday entah kapan itu terjadi bisa saja allah
mempertemukan ku dan dia lagi.”
“ Namun sungguh
sulit jika harus melepaskan semua untuk ku….”
“ Jika kamu
masih akan berjuang begitupun dengan Juan , pertahankan lah semua ini. Aku
yakin allah akan memberikan kebahagian untuk kalian berdua.”
Ignatia erat
memeluk Delia dengan tangisan , ya kali ini hanya ada satu orang yang mampu
merasakan apa yang benar-benar menjadi sebuah kesakitan baginya. Selama ini
orang lain hanya mampu melihatnya bersedih-sedih namun tidak bisa memahami apa
sebenarnya yang senantiasa menjadi kesedihannya. Mungkin Delia pun sempat
merasakan bagaimana rasanya berada diposisi ketika ia begitu sulit
untuk melepaskan sesuatu yang tidak mungkin akan pernah bisa dilepaskan
&&&&
31 Januari 2013…..
Hari ini Juan
telah menyelesaikan perjalannya , rasanya seakan melihat semua ciptaan yang
tuhan ciptakan begitu indah. Juan melepaskan kelelahannya sesaat melihat sebuah
foto dirinya bersama dengan Ignatia yang sengaja ia bawa untuk melepaskan rasa
rindu kepada gadisnya itu. Setelah beristirahat Juan dengan beberapa rekannya
bergegas untuk menjalankan rencanya awal mengapa ia mendaki sejauh ini.
Setelah turun
kesebuah padang bunga sungguh Juan merasakan sebuah kelegaan karena ia telah
melihat ribuan atau bahkan hamparan bunga Edelwies yang berada didepannya.
Seharusnya ia membawa Ignatia ikut serta bersamanya agar Igantia dapat melihat
semua hamparan Edelwies yang sangat ia inginkan.
“ ini kan gabisa
diambil?” salah satu dari rekan Juan memberi tahukan Juan Jika edelwies
bukanlah bunga yang dapat dibawa pulang.
“ terus gimana?
Sebatang aja yah yah? Tolong?” wajahnya sangat memelas saat meminta Edelwiesnya
walau hanya satu batang asalkan ia dapat membawanya untuk Ignatia.
“ Hmmm gimana?”
beberapa penjaga disitu pun akhirnya berdiskusi untuk mencari jawaban akan
permintaan anak muda ini.
“ Hanya satu
batang….” Wajahnya kembali dibuat seakan ia minta dikasihani.
“ 1 batang?
Yaudahlah bawa deh inget 1 batang gak banyak-banyak?”
“ Yaallah
makasih makasih paaaaak!!!!!!!” seketika Juan loncat kegirangan karena mampu
menepati janjinya untuk kekasihnya itu. Ini akan menjadi sebuah kenangan yang
memang terindah karena ia mampu memberikan apa yang diinginkan oleh Ignatia.
Setelah
mendapatkan itu , Juan kembali untuk membuat sebuah film pendek sebagai hadiah
ulang tahun untuk Ignatia , hanya ini yang mampu ia berikan untuk Ignatia bukan
sebuah cincin berlian maupun barang-barang berharga melainkan sebuah
perjalanannya untuk mendapatkan apa barang yang diinginkan oleh kekasinya itu.
Semua telah ia
lakukan kini adalah saat kembali kebawah dan kembali ke Jakarta lalu memberikan
sebuah kejutan kecil namun bernilai besar bagi Juan untuk Ignatia. Sebatang
Edelwies yang mungkin tidak bernilai dibandingkan banyak sekali hadiah yang
didapatkan oleh Ignatia mungkin menjadi sebuah kado terspecial karena butuh
sebuah perjuangan besar demi mendapatkan bunga ini.
1 Januari 2014.
Tahun sudah
berganti , semalam menjadi sebuah moment yang memang tidak begitu special ,
tahun-tahun sebelumnya Ignatia menghabiskan pergantian malam tahun baru ini
bersama dengan Juan namun tidak untuk tahun ini. Sampai saat ini pun Ignatia
belum mendapatkan kabar dimana keberadaan Juan berada, besok adalah hari lahir
Ignatia biasanya Juan akan memberikan atau bahkan mempersiapkan sesuatu
untuknya namun untuk tahun ini mungkin Ignatia tidak berharap lebih , baginya
kehadiran Juan pun berada di pestanya sudahlah lebih dari cukup.
“ Kok murung?
Masih tahun baru loh masa sudah murung?” seorang wanita paruh baya
menghampirinya yang terdiam duduk disebuah ayunan kayu ditaman belakang rumah.
“ Juan mah
sampai sekarang Juan pun gak kasih kabar dimana dia mah sama Igna…..”
“ Lalu
bagaimana? Sudah Tanya keteman-temannya?” sekali lagi wanita itu mencoba untuk
menenangkan putrinya seakan memberikan putrinya sebuah sinyal jika seseorang
yang sangat ia khawatirkan akan baik-baik saja.
“ Sudah , semua
temannya tidak tahu dimana Juan sekarang……”
“ Yaudah dia
pasti baik-baik saja percaya deh sama mamah yah” wanita itu lalu memeluk erat
putrinya , rasanya memang sungguh berat untuk merelakan putri kesayangannya
yang sejak kecil ia didik untuk menjadi wanita pemegang teguh kesetiaannya pada
ajaran katolik harus ia lepaskan demi kebahagiaan bersama dengan pria yang ia
cintai kelak nantinya. Sungguh sulit jika menyadari putrinya akan benar-benar
ia lepaskan namun ini semua untuk sebuah kebahagiaan yang akan digapai oleh
Ignatia semata.
“ Mah bagaimana
jika aku benar-benar bersama dengannya? Apakah mamah mengizinkan ku?”
“ Ya.. mamah
memilih kebahagian mu , meski berat rasanya melepaskan sebuah anugrah yang
tuhan berikan untuk mamah dikeluarga ini , mamah berharap jika kamu mampu
berpegang teguh dalam hal ajaran yang memang telah mamah berikan kepada mu
sayang. Rasanya memang sulit melihat seorang anak yang diharapkan selalu
bersama dalam komitmen beragama dengan keluarganya direlakan untuk memilih
agama lain. Namun jika itu yang mampu membuat kamu bahagia mamah ikhlas akan
semua itu.” Theresia memeluk erat putrinya , tanpa ia sadari airmatanya pun membasahi
pundak Ignatia , ia menyadari jika Ibunya menangis entah apakah memang ibunya
sudah benar-benar mampu melepaskan putrinya untuk kebahagiaan atau malah belum
merelakan sepenuhnya untuk hal itu.
“ Mamah
benar-benar merelakan ku untuk bersama dengan Juan?” Ignatia menatap wajah
ibunya masih tersisa butir air mata menggenangi pipi Theresia.
“ Jika semua
demi semua kebahagiaan mu , mamah ikhlas jika harus melepaskan mu nak.” Ignatia
tidak kuasa menahan semua kesedihan karena ibunya telah memberinya izin untuk
memilih cintanya dibandingkan mempertahankan agamanya.
2 Januari 2014….
Hari ini
merupakan hari kelahiran Ignatia , ia mengadakan sebuah pesta kecil disebuah
café yang terletak dibilangan Jakarta , beberapa temannya sudah datang memenuhi
undangan termaksud dengan Delia yang ternyata datang seorang diri tanpa
ditemani oleh Juan , padahal Ignatia berharap jika Delia telah menghubungi Juan
dan membawanya untuk bertemu dengan Ignatia. Ignatia terus menerus mencari
sosok Juan berharap ia ingat hari ini adalah ulang tahunnya namun dikerumunan
keramaian yang ada Juan tetap saja tidak terlihat. Ignatia memastikan jika Juan
tidak akan hadir hari ini.
Namun
tiba-tiba lampu padam hanya sebuah layar projector yang menyala diiringi dengan
beberapa lagu romance yang diputar seakan sengaja….. disebuah layar terlihat
sosok yang benar-benar sudah sangat Ignatia kenal……
………this for my queen of my life……..
……..she was change my life when first I saw her…………
……….Maria Ignatia Jessilian………….
Haaaaiiii
, seorang wanita yang bernama Maria Ignatia Jessilian , ini adalah hari pertama
ku di stasiun gambir untuk pergi ketempat yang memang belum bisa ku katakan
kepada mu. Aku sengaja membuat sebuah documenter ini untuk mu. Maaf jika
sebelumnya aku tidak mengatakan kemana aku menghilang.
Hari ini
aku menaiki kereta sampai kesebuah tujuan tapi maaf jika dalam pengeditan
gambar aku masih merahasiakan kemana aku akan pergi……………..
Days
2………
Ini hari
kedua dimana aku melakukan perjalanan ku , can u see? Menakjubkan bukan? Aku
menaiki sebuah jeep untuk mengunjungi sebuah tempat. Nanti semua akan ku
beritahukan diakhir aku membuat documenter ini………
Days’3……………………………..
Haaaiiiiii?
Hari ini merupakan hari ke-3 ku melakukan perjalan ketempat yang mungkin akan
cukup berharga untuk ku dan mungkin untuk dirimu. Sebuah tempat yang akan
mewujudkan apa yang kau inginkan dari ku. mungkin aku tidak mampu memberikan mu
sebuah barang berharga , maupun sebuah barang mewah yang mencengankan tapi aku
akan memberikan mu ini……………………..
Juan menunjukan sebuah hamparan bunga Edelwies yang
bermekaran diperjalanannya untuk mendapatkan sebatang Edelwies sesuai dengan
permintaan Ignatia
For my
angel…… mungkin sebatang Edelwies ini memang tidak cukup berharga bahkan sama
sekali tidak bernilai namun untuk ku , ini sangat membuat ku mampu
membahagiakan mu karena tidak mudah untuk ku mendapatkan semua ini. Butuh
perjuangan yang cukup untuk mendapatkan ini , karena aku tidak ingin membuat
seorang wanita yang bersama ku merasa kecewa ketika aku tidak mampu memberikan
apa yang ia mau. Kamu bahkan baru sekali ini menuntut ku untuk memberikan kamu
sesuatu kan? Maka dari itu aku ingin menuruti apa yang kamu miliki……………….
“ Ignatia , ini
sebatang Edelwies yang sengaja ku dapatkan dipuncak gunung , untuk mu. Maaf
sudah membuat mu merasakan khawatir karena beberapa hari kepergian ku tanpa
kabar , membuat mu cemas dengan keadaan ku tapi semua ini memang ku lakukan
hanya untuk mu. Maria Ignatia Jessilian”
Juan datang dari arah layar dengan sebatang Edelwies yang ia genggam
untuk kekasihnya , kedatangannya tiba-tiba membuat semua orang terkejut dan
terkesan dengan apa yang ia lakukan untuk Ignatia , sebuah pembuktian cintanya
terhadap Ignatia telah ia lakukan dan ia tunjukan didepan semua teman-temannya
bahkan semua keluarga Igantia.
Ignatia yang
tidak kuasa menahan tangisnya karena melihat semua itu , ia tersenyum seakan ia
bangga memiliki sosok pria seperti Juan yang ternyata memberikannya sebuah
hadiah istimewa yang bahkan melebihi apapun.
“ Aku gak bisa
ngomong apa-apa lagi. Aku gak bisa berkata apa-apa lagi , this so awesome entah
bagaimana aku bisa untuk menyangka kalo ini akan terjadi but. Thanks you somuch
dear I love you more than those three word……”
Di hadapan
banyak orang, Juan memberanikan diri untuk mengungkapkan sesuatu kepada Ignatia
yang memang sangat cepat untuk remaja seumuran mereka. Juan berlutut dihadapan
Ignatia yang menitikan airmata karena sebuah kejutan yang tidak pernah ia duga
sebelumnya akan terjadi. Juan mengeluarkan sebuah cincin dari saku jasnya dan
memperuntuhkan cincin imitasi yang ia miliki itu untuk gadis yang kini ada
dihadapannya.
“ mungkin ini
hanyalah sebuah cincin imitasi yang tiada harganya dimata siapapun. Bukan
sebuah emas atau perak yang aku berikan untuk kamu sebagai lambing pengikat
antara kamu dan aku menjadi kita. Namun satu pinta ku, yang sangat ku mohon
kepadamu. Tolong tetap jaga cincin ini, karena aku akan menggantinya dengan
sebuah permata intan sebagai bukti aku akan mengikat mu sebagai pendamping ku
kelak nanti………”
Semua tamu yang
datang terkesimah dengan apa yang lakukan oleh Juan betapa Juan memiliki sebuah
keberanian dan gentle ketika mampu mengungkapkan semua itu didepan banyak
halayak, sesungguhnya bukan hal mudah untuk mengatakan semua itu perlu sebuah
keyakinan dan kesungguhan tentu saja dengan keberanian penuh dalam mengatakan
semua itu. Ignatia memang selalu membuat para temannya iri karena memiliki
kekasih seperti Juan, tidak hanya mempunyai paras yang sempurna namun Juan pun
memiliki sebuah hati yang tulus, dan lagi Ignatia patut membanggakan dirinya
karena ia memiliki Juan sebagai pria
yang kelak nantinya menjadi pemimpin didalam kehidupan bersama yang akan ia
jalani nanti.
Ini memang
bukan akhir namun menjadi sebuah awal dimana sebuah kisah, sebuah cerita dan
lika-liku kisah cinta mereka dimulai sesungguhnya masih banyak rintangan yang
menanti mereka didepan sana. Ya terutama benteng yang membatasi antara mereka
untuk mempersatukan diri menjadi satu. Sebuah perbedaan keyakinan yang sangat
jelas sudah menjadi sebuah rintangan besar yang mereka lalui, hanya ada 2
pilihan. Bertahan atau menyerah? Jika bertahan bukankah itu akan terasa
sia-sia? Namun jika menyerah bukankah pengorbanan yang telah lama dilakukan pun
sia-sia jika pada akhirnya semua akan berakhir sia-sia tanpa ada hasil?
******************************************To Be
Continued*********************************************